Ratna meletakkan kresek berisi buah apel di meja dapur. Sejenak dia terdiam untuk menenangkan degup jantungnya. Perasaan aneh yang timbul karena pertemuannya dengan pria asing di toilet kantor tadi siang sudah hilang ketika dirinya disibukkan kembali dengan pekerjaan kantor. Namun perasaan itu muncul lagi ketika dia mulai memasuki pekarangan rumah Freddy dan tidak menemukan mobil lelaki itu di garasi.
Sendirian.
Tas kantor yang dibawa Ratna jatuh. Nafasnya mulai tersengal-sengal. Wanita itu meremas dadanya untuk menghentikan detak jantungnya yang terasa menyakitkan. Rasa takut menjalari seluruh tubuhnya.
"Jangan sungkan. Anggap saja rumah sendiri."
Ratna mundur selangkah mendengar suara itu. Suara wanita yang begitu dibencinya.
"Kau yakin dia masih perawan?"
Kaki Ratna berubah lemas mendengar suara lelaki itu. Dia kembali mundur dan menempelkan punggungnya di dinding dapur dengan ketakutan.
Kini pendengaran Ratna dipenuhi suara tawa wanita itu ketika menanggapi pertanyaan lawan bicaranya. Ratna menutup kedua telinga untuk menghentikan suara itu. Tubuhnya gemetar. Keringatnya bercucuran bercampur dengan air mata yang membasahi wajah cantiknya. Dia berusaha meredam isak tangisnya agar kedua orang itu tidak tahu dimana dirinya berada.
Sambil bersandar di dinding, Ratna menyeret tubuhnya menuju kamar di lantai atas. Kakinya tersangkut anak tangga dan nyaris jatuh terguling. Beruntung tangannya erat mencengkeram susuran tangga.
Dengan air mata yang semakin deras mengalir, Ratna merangkak menaiki tangga menuju kamarnya. Dia segera mengunci pintu lalu menangis tersedu-sedu di sudut ruangan. Berkali-kali Ratna meremas rambutnya untuk menghentikan bayangan yang berpesta dalam benaknya.
"Kakak, tolong aku!"
***
Freddy mengumpat kesal sambil memarkir mobilnya di garasi. Tadinya Freddy hanya akan keluar untuk bertemu temannya. Tapi dalam perjalanan pulang mobilnya malah mogok.
Freddy masuk ke dalam rumah sambil mencari-cari keberadaan Ratna. Dalam benaknya dia sedang merangkai kata untuk membuat alasan kepada wanita itu. Harusnya Freddy belum bisa menyetir mobil sendiri mengingat lengannya yang retak.
"Darling, aku pulang." Ucap Freddy sambil berjalan menuju dapur.
Freddy sangat senang memanggil Ratna seperti itu. Wajah cantik Ratna tampak menggemaskan ketika memerah karena marah akibat panggilan sayang darinya.
Lelaki itu mendesah ketika mendapati meja makan masih kosong. Biasanya Ratna langsung memasakkan makanan untuknya begitu wanita itu pulang kerja. Pasti sekarang dia sangat marah. Dia pasti semakin curiga bahwa Freddy hanya pura-pura terluka.
Freddy menatap penasaran kresek di atas meja dapur. Freddy berjalan ke arah meja dapur dan nyaris jatuh ketika kakinya tersangkut benda yang tergeletak di lantai. Lelaki itu menatap heran tas Ratna lalu memungutnya dari lantai. Tidak biasanya Ratna membiarkan barangnya berserakan. Sejenak lelaki itu mengintip kresek yang berisi apel. Senyumnya merekah. Ratna begitu perhatian padanya walau harus dengan sedikit paksaan.
Sambil bersiul senang Freddy membawa tas kerja Ratna menuju lantai dua. Dia yakin wanita itu di kamarnya. Perlahan dia mengetuk pintu kamar dan menyiapkan diri untuk menerima tuduhan dan omelan darlingnya.
"Darling, kau di dalam?" tanya Freddy setelah beberapa lama tidak ada sahutan.
"Darl, ayolah. Aku bisa jelas . . ."
"Pergi!!"
Freddy tertegun mendengar teriakan Ratna. Ada yang aneh dengan suaranya. Wanita itu seperti . . . histeris?
KAMU SEDANG MEMBACA
Polisi Penggoda (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Bertemu polisi berwajah tampan di pagi yang cerah, merupakan sebuah anugerah bagi semua wanita. Tapi tidak bagi Ratna. Pertemuan itu membuat harinya kacau hingga ia merasa seperti di neraka. Bahkan belum cukup denga...