Tag 3. Dekat Dengannya

6.8K 333 2
                                    

Tanpa terasa sudah hampir empat bulan aku di kampus tercintaku ini. Semuanya terasa indah buatku, terlebih sekarang aku punya lima orang teman yang bisa dibilang sangat cocok dan klop.

Ya, mereka adalah teman sekelompokku di fisika dasar. Entah kenapa, mungkin karena saling cocok, sekarang kita bisa dibilang bersahabat baik. Ke mana-mana kami selalu berenam. Mulai dari jajan di kantin kampus sampe acara nonton bareng di mall yang sudah jadi rutinitas kami tiap bulannya.

Tapi di antara itu semua yang paling membuatku berbunga-bunga adalah kondisi hubunganku dengan Daniel saat ini.

Semua ini berawal dari peristiwa tiga bulan lalu di perpustakaan kampusku. Sebulan masa awal perkuliahan, perpustakaan adalah tempat yang paling sering menjadi basecamp ku serta Marko dan Daniel tentunya.

Eitsss, jangan salah dulu. Kami di sini bukan untuk membaca buku seperti tujuan mahasiswa pada umumnya, tapi untuk merasakan dinginnya AC di salah satu ruangan baca di perpustakaanku yang disebut Sampoerna Corner.

Entah kenapa namanya begitu, mungkin karena didanai oleh salah satu perusahaan rokok besar yang gak perlu aku sebutkan lagi ya namanya.

Tapi bukan itu yang penting, melainkan siang di hari itu sekitar tiga bulan lalu. Siang itu seperti biasa setelah selesai makan kami selalu mampir untuk sekadar beristirahat di Sampoerna Corner.

Seperti biasa juga, kami langsung mengambil posisi PW yang menjadi pos kami masing-masing. Aku lebih suka duduk di sofa merah empuk yang selalu memaksaku untuk ketiduran paling tidak selama 15 menit di situ.

Berbeda dengan Marko yang selalu asik di depan komputer untuk sekedar buka facebook atau browsing sesuatu.

Nah, kalo Daniel my idol selalu betah duduk di atas bantal besar berwarna coklat yang posisinya ada di depan sofaku, sambil membaca buku yang dia letakkan di atas meja yang tepat berada di depan bantal besar tadi. Tapi tidak selalu membaca, kadang dia juga mengerjakan tugas untuk mata kuliah berikutnya.

Seperti yang sekarang sedang dia lakukan, yaitu mengerjakan tugas mata kuliah Kimia Dasar 1A.

“Lagi ngapain, Dan?” tanyaku basa-basi.

Karena walaupun sudah sekitar sebulan aku berteman dengan dia, kami belum terlalu dekat. Mungkin karena Daniel bisa dibilang agak pendiam seperti aku. Jadi agak susah kalo kita ngobrol.

“Oh, ini gue ada tugas kimia. Eh, kemarin kelupaan.”

“Oh, udah sampe bab 2 dosen lo? Cepet amat, gue masih bab satu.”
“Iya, dosennya ngebut banget ngajarnya. Mana gue bingung lagi. Kayak sekarang nih, bingung gue ngerjainnya.”

“Coba liat.” Aku langsung melongok sedikit ke arah buku kimia Daniel.

Oh ternyata Stoikiometri toh. Kalo cuma itu sih aku ahlinya dan saatnya membuat si Daniel terkesima sama aku. Hehehe.

“Oh ... Stoikiometri ya?”

“Iya, ribet banget lah kimia.”

“Mau gue bantuin nggak?”

“Loh, katanya lo masih bab satu?”

“Iya sih, tapi kali aja gue bisa, kan pas SMA juga udah pernah dapet ini mah.”

“Boleh-boleh. Gue udah lupa Jo.”

Dan perkataan itu ditutup dengan senyuman manis khas Daniel yang selalu buat aku meleleh.

Kalo udah begini, jangankan ngajarin ini, Dan. Jadi guru privat kamu juga boleh deh, kataku dalam hati.

Dengan sedikit mengingat-ingat sisa pelajaran kimia yang aku dapat waktu SMA, aku coba menjelaskan tiap soal ke Daniel. Ya walaupun, ada beberapa soal yang membuatku harus membaca ulang bagian penjelasan bab ini untuk me-refresh ingatanku.

Hati Untuk SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang