“Maksud gue, semua pertanyaan lo terlalu mendadak buat gue. Ya, gue tau sih klise, tapi emang gue butuh waktu buat berpikir.”
“Oh, hmm ... oke boleh lah, kenapa nggak. Lo butuh waktu berapa lama?”
“Minggu depan kan gue masuk minggu ujian kurang lebih dua mingguan, hmm ... boleh nggak elo kasih gue waktu satu bulan?”
“Gak boleh. Hehehe ... becanda kok, Jo. Pastilah boleh. Gue bakal nunggu sampe satu bulan ke depan.”
“Iya, Yo. Thanks, elo mau nunggu. Tapi gue punya pertanyaan buat lo.”
“Pertanyaan apa emangnya?”
“Kenapa lo bisa sampe suka sama gue?”
“Hmm ... susah ya pertanyaannya. Oke, gue jelasin. Pertama yang jelas, karena gue tau kita sama dan lo manis banget.”
“Hah? Masa sih gue manis.”
“Beneran. Oke, gue lanjutin alasan kedua gue ya. Alasan kedua adalah, setiap kali gue bareng lo, gue bisa enjoy dan jadi diri gue apa adanya.”
Sebenernya, kalo boleh jujur, akupun merasakan hal yang sama. Setiap kali aku bersama Mario rasanya nyaman, entah kenapa dia selalu bisa membuatku tersenyum.
“Alasan terakhir, karena lo orangnya polos banget. Entah kenapa, kepolosan lo itu buat gue pengen selalu di samping lo dan ngelindungin lo. Tahu nggak, tempo hari waktu lo mabuk gara-gara ke night club sama gue, gue ngerasa bersalah banget sama lo.”
Memang benar sejak malam aku mabuk hingga seminggu berikutnya. Mario selalu minta maaf padaku setiap pagi. Padahal aku sudah bilang padanya bahwa semua itu bukan salahnya. Tapi tetap saja dia terus meminta maaf. Tidak hanya itu, sejak saat itu dia sering sekali mengantarkanku jika aku keluar kosan entah untuk membeli sesuatu ataupun untuk sekedar makan.
Dari saat itulah kebiasaan Mario mentraktirku dimulai. Beberapa kali kami keluar bersama untuk makan, dia mentraktirku. Biasanya, alasannya adalah karena dia sedang banyak pelanggan.
Memang aneh mendengar alasan Mario, tapi ya itulah pekerjaannya dan aku bisa menerimanya. Walaupun sebagai teman aku selalu berharap dia berhenti dari pekerjaannya.
“Jo, kok malah ngelamun sih?"
“Eh ... sorry, tadi gue kepikiran beberapa hal lalu aja.”
“Apaan?”
“Ada lah. Rahasia, hehehe ...”
“Ya udah deh. Gue cuma mau bilang ke elo, Jo. Walaupun gue pengen banget lo nerima gue. Tapi, apapun keputusan lo satu bulan lagi, gue pengen itu dari hati lo.”
Aku hanya bisa tersenyum manis mendengar kata-kata Mario yang sangat tulus dari hatinya. Entah bagaiman, tapi saat ini aku bisa merasakan ketulusan hati Mario. Semuanya itu terpancar jelas di matanya ketika ia mengungkapkan perasaannya kepadaku hari ini.
⚫⚫⚫
“Ah ... akhirnya berakhir juga ujian kita, seneng deh bisa main-main gini. Bebaaaas ....”April terlihat sangat bahagia mengungkapkan perasaannya barusan.
Memang setelah hampir dua minggu kami menempuh masa ujian yang penuh dengan tekanan, sekarang akhirnya kami bisa melepaskan kepenatan. Sesuai dengan kebiasaan kami, hari ini kami pergi ke salah satu mall di kota kembang ini yang terletak di Jalan Merdeka.
Banyak hal yang kami lakukan bersama hari ini. Aku, April, Marko, Nadia, Karin dan Daniel pastinya. Mulai dari berbelanja, menonton film, makan bersama dan aktivitas yang sedang kami lakukan saat ini adalah mampir ke timezone. Tempat ini menjadi tempat kunjungan wajib kami setiap kali kami pergi ke mall ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Untuk Sahabatku
Ficción General❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : Stephan Frans ❌Homophobic Diharap Menjauh