“Untung semalem gak ujan ya, jadi gak dingin-dingin amat,” kata Karin yang sedang asik menikmati snack paginya yang sudah dia persiapkan dengan baik dari rumah.
Memang, perempuan lebih handal dalam mempersiapkan kegiatan semacam ini. April, Karin, dan Nadia sempat berbelanja bersama sebelum kami berangkat untuk acara ini.
Alhasil, perlengakapan mereka sangat lengkap untuk medan seperti ini. Mulai dari selimut tebal, makanan enak, sampai peralatan mandi super lengkap yang memenuhi karier mereka.
Berbeda sekali dengan aku, Daniel dan Marko yang hanya membawa perlengkapan seadanya. Tapi untunglah kami bersahabat, sehingga kami bertiga tetap dapat menikmati buah manis dari persiapan lengkap mereka.
“Iya bener, mana cowok kan tidur di luar, dingin banget. Apalagi kalo ujan bisa mati kedinginan kita,” jawab Marko.
”Iya, Ko. Bener bangetlah. Dinginnya setengah idup.” timpalku.
“Eh ... kalian mau aku pinjemin selimut tebel nggak? Aku bawa dua.” tanya April.
”Eh ... boleh, Pril. Gue gak bawa selimut soalnya, semalem nebeng sama Daniel. Kan gak enak nebeng terus.”
”Hahaha ... jadi semalem kalian tidur seselimut berdua ya? Kasian amat,” ucap Nadia.
”Tapi romantis kan,” Dan merekapun tertawa puas mendengar gurauan Marko.
”Ah, dasar. Sialan lo, Ko.” jawabku.
”Ya udah, ntar aku bawain sebelum tidur ya. Tapi ingetin, jangan lupa,” kata April.
”Eh, btw, si Daniel mana? Kok nggak keliatan?” tanya Nadia.
”Lagi mandi kayanya,” kataku.
”Tuh dia,” tunjuk April.
Kami semua memandang ke arah samping danau, tepat di mana kamar mandi umum tempat ini berada. Dari kejauhan, terlihat Daniel sedang berjalan santai, mukanya yang sangat segar dan rambutnya yang masih basah menandakan dia baru saja selesai mandi.
Dengan suara nyaringnya, April langsung memanggil Daniel. Setelah beberapa detik bingung mencari arah datangnya suara, sekarang Daniel tersenyum ke arah kami, sepertinya dia menyadari keberadaan kami dan setengah berlari menghampiri kami.
”Wah ... udah pada sarapan nih,” sapa Daniel.
”Cie ... yang abis tidur satu selimut sama Jo, langsung mandinya lama,” goda Karin.
”Hah, enak aja lo. Orang gue mandi cuman 10 menit bahkan,” jawab Daniel.
”Hahaha ... iya becanda kali.”
”Emang ngantrinya lama, Dan?” tanyaku.
”Iya, soalnya tadi gue jalan-jalan dulu, jadi telat ngantri,” jawabnya.
”Hah? jalan-jalan, sama sapa?” tanya Marko.
”Sendirian.”
”Ah ... elo mah, gak ajak-ajak jalan-jalannya,” ucap Marko.
”Tadi, tiba-tiba kepikiran aja pengen jalan-jalan. Enak juga tempatnya, tenang.”
”Ya udah, ini Makan dulu, Dan. Ntar keburu mulai loh, kegiatan pertama kita kan jam delapan. Sekarang tinggal lima belas menit lagi,” sela Nadia.
”Iya-iya.”
”Hari ini acaranya ngapain sih?” tanya Marko.
”Katanya pos-posan gitu, keliling-keliling per kelompok,” jawab April.
”Wah ... seru tuh,” sahut Daniel.
"Asik, pak ketuanya semangat,” timpal April.
”Oh, si Daniel ketua kalian?” tamya Marko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Untuk Sahabatku
Fiksi Umum❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : Stephan Frans ❌Homophobic Diharap Menjauh