Tag 17. Perpisahan

4.5K 247 18
                                    

Pagi ini begitu cerah. Hangatnya sinar mentari pagi menelsup masuk ke kamarku lewat jendela kaca dan membangunkanku dari tidur lelapku.

Ah, sepertinya semalam aku terlalu lelah sehabis menghadiri acara pembukaan kafe baru teman Mario. Bahkan sekarang aku tidak ingat bagaimana proses dari aku sampai di kosan hingga aku tertidur.

Hari ini adalah waktunya, waktu di mana aku harus memberikan keputusanku kepada Mario.

Ah, aku teringat satu hal. Semalam aku belum sempat membuat janji dengan Daniel untuk bertemu dan menanyakan kepastian tentang perasaannya sesungguhnya. Hal ini begitu penting untukku, sebab aku harus yakin dengan keputusan yang akanaku berikan pada Mario hari ini. Tidak boleh ada penyesalan di kemudian hari.

Dengan sedikit berat karena rasa lelah yang masih terasa, aku mencoba merayap dari tempat tidurku untuk menggapai telepon genggam ku yang terletak di meja dekat kasurku.

Hah ... ternyata ada satu pesan masuk. Setelah kubuka ternyata pesan itu dari Daniel.

Ada apa ya?

Aku memang ingin menghubunginya tapi kenapa malah jadi Daniel yang menghubungiku terlebih dulu.

Jo, ada waktu nggak hari ini? Gue mau ketemu dong sama lo sebelum lo ketemuan sama Mario? Ada yang mau gue omongin.

Hah, ternyata Daniel berniat untuk bertemu denganku. Ya, aku pikir waktunya tepat, aku juga ingin menyampaikan sesuatu padanya.

Tapi, apa ya kira-kira yang ingin Daniel sampaikan padaku. Ah, kali ini aku tidak mau banyak berharap. Aku hanya ingin memastikannya ketika bertemu dengan dia nanti.

Bisa, Dan. Sambil makan siang aja gimana? Gue juga ada yang mau diomongin. Kayaknya mending pagian deh, gue pengen ketemuan di kampus aja. Mumpung libur, kan sepi. Jadi enak ngobrolnya.

Oh ... okelah, jam 10 gimana? Gue baru bangun soalnya.

Oke, jam 10 di Bengkok ya.

Jam 10. Berarti yang harus aku lakukan sekarang adalah buru-buru mandi. Karena sekarang tepat jam 8.30. Aku harus memperhitungkan juga waktu sarapan.

Tanpa mau berlama-lama membuang waktu aku langsung menyambar handukku dan juga alat mandiku. Setelah semua perlengkapan di tangan aku langsung menuju kamar mandi.

"Jo!" Tiba-tiba saja seseorang memanggilku dari arah dapur. Benar saja, ternyata Mario yang memanggilku.

Sebentar ya, Yo. Aku harus memastikan sesuatu dulu sebelum bisa ngasih keputusan ke kamu, kataku dalam hati.

Entah kenapa, ketika melihat Mario hal itu yang terpikirkan olehku.

"Buru-buru amat, kebelet ya?"

"Nggak, ada janji sama si Daniel jam 10, gue belum siap-siap."

"Oh, nanti lo ada waktu jam berapa, Jo?"

"Mungkin malem, Yo. Gimana? Sekalian kita makan malem."

"Oh ... oke deh, nanti kalo elo udah kosong, SMS gue aja ya."

"Oke, duluan ya, Yo. Sampe ketemu ntar."

Setelah perbincangan singkat dengan Mario, aku langsung bergegas menuju kamar mandi.

⚫⚫⚫

Hah ... untung saja aku memperhitungkan waktuku dengan baik. Alhasil, sekarang jam 10 tepat aku sudah berada di kantin Bengkok. Tapi nampaknya Daniel belum datang.

Hati Untuk SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang