Fake 02 - Pagar Makan Tanaman

4.2K 343 153
                                    

Terkadang, kita memilih melewati bara api untuk cinta. Tanpa peduli ada hati lain yang tersakiti. Karena setiap manusia, memiliki luka tersendiri dalam hatinya.

*******

Temui gue di Kafe Starbuck jam 4 sore.

Bunyi pesan masuk pada ponsel milik pemuda bernama Arka Brawijaya. Dia kekasih dari Izna, tapi pesan yang masuk dalam ponselnya bukan dari kekasihnya melainkan dari Nea, sahabat Izna. Tanpa gadis itu sadari, Arka tengah bermain api dengan sahabatnya.

Satu tahun sudah Arka dan Izna menjalin hubungan. Sifat urakan Izna sama sekali tidak berpengaruh pada Arka, terbukti pemuda itu tahan menjadi kekasihnya selama setahun ini. Namun, ternyata semua itu berbeda dengan yang terjadi di belakang gadis itu. Diam-diam Arka menjalin hubungan dengan Nea.

Gairah muda membuat Arka menghianati Izna. Selama menjalin hubungan dengan kekasihnya, Arka tidak mendapat kepuasan karena Izna selalu mengatakan no sex before married. Itu prinsip yang dipegang oleh Izna.

Seorang pria sejati pasti akan menjaga keperawanan wanita yang dicintainya, bukan?

Kenapa? Karena cinta menjaga bukan merusak.

Apakah sebuah keperawanan suatu yang harus diagungkan?

Sebagian orang akan berpikir bahwa itu pola pikir yang kolot dan tidak moderen. Namun, bukankah kita hidup di negara yang mayoritas warganya beragama muslim? Jadi sah saja jika hal tersebut sesuatu yang nilainya patut diperhitungkan.

Namun, ada sebagian orang yang berpikir bahwa keperawanan bukanlah tolak ukur. Maka itu boleh saja. Setiap orang memiliki pandangan masing-masing tentang hal tersebut. Dan kita memiliki kebebasan dalam berpendapat. Tidak ada yang salah dalam berpendapat.

Akan tetapi, dalam hidup Izna menjaga diri dengan baik adalah suatu keharusan. Selain takut menanggung dosa, dia juga tidak ingin kedua orang tuanya mendapat murka Tuhan. Kadang gadis itu berpikir, tidak melakukan dosa zina saja dia sudah memiliki banyak dosa. Apa lagi jika dia melakukan hal yang membawa marah Tuhan? Dia tidak berani! Karena lebih menyenangkan membuat Mommy-nya marah daripada membuat Tuhan marah.

"Sms dari siapa, Yang?" tanya Izna pada kekasihnya.

Saat ini, mereka berdua tengah duduk di dalam mobil sembari menikmati cilok yang dijual depan kampus.

"Cuma temen. Dia ngajakin main futsal nanti sore," jawab Arka sambil menerima suapan dari Izna. Cilok salah satu jajanan yang disukai oleh Izna. Selain harganya murah, rasanya juga tidak kalah enak menurutnya.

"Abis ini ada kelas nggak?" Izna bertanya dengan mulut yang penuh dengan cilok. Arka gemas dibuatnya.

"Nggak ada. Telan dulu, baru ngomong. Kebiasaan deh, suka belepotan."

"Nanggung, Yang."

"Beb...." panggil Arka.

"Heem." Izna hanya bergumam sebagai jawaban lantaran mulutnya penuh dengan cilok yang baru dia makan.

"Aku punya cara enak buat makan cilok. Mau tau nggak, Beb?" Senyum mesum tercipta di bibir Arka saat mengusulkan cara memakan cilok agar terasa enak.

"Nggak. Emang gimana, Yang?" tanya Izna polos.

"Sini... babang Arka ajarin." Arka mengambil cilok yang ada di tangan kekasihnya. Disuapkan ke dalam mulutnya, lalu dengan pelan Arka menarik tengkuk Izna dan menciumnya.

Cara terenak memakan cilok versi Arka adalah dari mulut ke mulut. Ya, dari mulutnya ke mulut Izna. Dengan pasrah gadis itu menerima suapan dari kekasihnya. Dia memang menjaga keperawanan untuk suaminya kelak, tapi ciuman tidak akan membuat selaput darahnya pecah. Jadi itu tidak masalah selama hanya sekedar ciuman. Izna tidak sekolot itu, dia masih mengikuti alur kehidupan tapi masih dalam batas kewajaran. Dia bukan orang suci, dia tahu itu. Namun, dia mengerti batas aturan yang boleh dilakukan.

IZNA'S Fake BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang