Fake 04 - Goyang Dumang

3.8K 312 141
                                    

Bertahan dengan senyum. Pahit empedu terasa di lidah. Hatiku remuk, terluka, dan tercabik. Saat kamu lebih memilih pergi meninggalkanku untuk bersamanya.

*******

"Berengsek! Laki-laki itu kalau nggak homo ya berengsek. Lebih baik aku nikah sama cowok homo dari pada aku nikah sama cowok berengsek!" umpatku sambil berjalan keluar dari kafe.

Jedarrr!

Suara petir membuatku berjingkat kaget seolah mengamini ucapanku. Segera aku beristigfar dalam hati, semoga Tuhan tidak mendengar perkataanku. Namun, itu tidak mungkin. Terlebih lagi, ucapan adalah doa. Aku merutuki mulut ini yang suka sekali bicara ceplas-ceplos.

Ya Allah... berikan jodoh laki-laki yang baik buat Izna. Nggak ganteng nggak papa deh, asal tajir. Aku berdoa dalam hati, semoga saja Tuhan mau mengabulkan doaku.

Hujan sore ini membuat tubuhku basah. Aku sengaja memilih berjalan bersama deras hujan agar tidak ada orang yang melihat air mataku.

Ya, aku menangis. Menangisi pemuda berengsek bernama Arka Brawijaya yang memilih pergi untuk menikahi sahabatku. Kekasihku berkhianat. Dia berselingkuh dengan Nea hingga membuatnya hamil.

Sungguh luar biasa! Bagaimana bisa aku tidak tahu mengenai hubungan keduanya? Mereka menipuku selama ini, dan bodohnya aku percaya dengan mereka.

Awalnya aku mencoba menerima dengan bersikap setenang mungkin di depan Arka. Namun, apa yang terjadi sekarang? Aku menangisinya, menyesali kebodohanku karena mencintai Arka.

Menengadahkan kepala ke atas, membiarkan rintik air hujan membasahi wajahku.

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Aku tahu, hidupku tidak akan berakhir hanya karena berpisah dengan Arka. Roda kehidupan berputar dan saat ini mungkin aku berada di bawah. Teraniaya dan tak berdaya.

Namun, aku tidak boleh lemah. Laki-laki bukan hanya Arka saja. Jika aku hancur, mereka akan tertawa di atasku. Aku harus tetap mendongak, mengangkat dagu dan memandang mereka. Aku bisa! Karena aku bukan gadis lemah. Mereka salah jika berpikir aku akan hancur hanya karena kehilangan satu pria.

Jika aku kehilangan satu pria, maka aku hanya perlu mengganti dengan pria lain, semudah itu. Sudah cukup aku meratapi nasibku. Perlahan kuhapus air mata yang jatuh membasahi pipiku bersama deras air hujan. Yang perlu kulakukan sekarang adalah mencari taksi dan pulang.

Ah itu dia, aku melihat sebuah taksi berhenti bersama seorang pemuda tampan turun dari dalamnya. Bukan tampan! Lebih tepatnya pria cantik. Ya, pemuda itu memiliki paras yang cantik. Tidak seperti kebanyakan kaum adam yang sering kulihat.

Bagaimana bisa ada pria dengan wajah layaknya seorang gadis?

Tubuhku bergerak tanpa komando, berjalan mendekat ke arah badan jalan, tepat di mana taksi itu berhenti. Tiba-tiba hatiku berdesir saat aku berpapasan dengan pemuda yang terlihat... cantik itu. Semakin dekat aku dapat melihat jelas wajahnya.

Kulitnya putih pucat, dan wajahnya terlihat mulus tanpa noda jerawat. Dia memiliki hidung mancung dengan mata coklat hazel. Harum tubuhnya memenuhi udara, saat dia berjalan melewatiku. Aku terbius olehnya.

Aku menoleh tanpa sadar, mengikuti pergerakannya. Ekor mataku mengamati setiap detail gerakan pemuda itu. Dia berjalan dengan langkah ringan, di tangan kanannya ada payung hitam yang melindungi tubuhnya dari air hujan. Seperti terpaku, aku termangu menatap punggungnya dari arah belakang.

Dia berjalan ke arah kafe, tempatku tadi bersama Arka. Mengingat Arka, ada rasa sakit yang menyentakku untuk kembali sadar. Hatiku memanas, merasakan amarah yang bergejolak.

IZNA'S Fake BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang