02. Meetup

2.2K 229 74
                                    


Shania POV


Teeettttt.....Teeetttt.....teeeetttt....

"DUUUHHH...!! SHANIA, ITU ALARM MATIIN!!"

Bukan hanya Jeje saja yang terbangun oleh alarm itu, tapi aku juga terbangun. Tanganku sudah bergerak ke sana kemari mencari hapeku tapi aku masih juga belum bisa menemukannya.

Sesuai dengan rencanaku kemarin, aku kabur dari rumah untuk menghindari bertemu papaku. Aku terpaksa datang kemari karena tidak ada tempat lain untuk kabur selain ke kosan Jeje. Terpaksa juga aku ikut ke tempat pesta yang diadakan oleh teman Jeje. Walau aku malas tapi bagiku itu lebih baik daripada aku harus bertemu papaku.

"SHANIAAAA!!!!"

"Iya iya ini udah ampun dah...!!" bentakku pada Jeje yang masih mengulet dalam selimut.

"Sok-sokan nyalain alarm sih! Emang lo mau ke mana!?"

"Kuliah-lah! Udah jam 9 nih!"

Jeje berdecak pelan, dia menutup kembali kepalanya dengan selimut sementara aku beranjak dari tempat tidur untuk bersiap. Kepalaku masih berdenyut-denyut dan pandanganku blur. Itulah sebabnya aku tidak suka minum. Setiap aku minum besok paginya aku menyesal tapi saat aku di tempat pesta aku tidak bisa menahan diri untuk tidak minum. Begitu saja terus tidak ada ujungnya.

Kebetulan karena aku sering menginap di kosan Jeje, aku menyimpan beberapa pakaian di sini. Keputusan yang tepat juga karena aku tak mungkin pergi kuliah dalam keadaan berantakan seperti ini. Aku meminjam kamar mandi untuk bersih-bersih sebisanya.

"Je, gue pergi dulu. Kunci cadangan gue bawa." Kataku.

Aku masuk ke dalam mobilku yang diparkir tepat di luar kosan Jeje. Sambil menunggu mesin mobil panas, aku menyetel musik di radio. Memang benar dari antara semua teman-temanku hanya aku yang paling waras. Meski Kak Mel dan Kak Stella sering memarahiku soal studiku, pada kenyataannya aku masih peduli dengan nilai dan studiku. Kalau aku tidak peduli aku lebih memilih untuk tidur daripada pergi kuliah dengan kepala berat begini.

Untung saja jalan menuju kampus dari rumah Jeje pagi ini relatif sepi. Aku bisa memacu mobil Jazz-ku dengan kecepatan cukup tinggi. Jaraknya juga tidak terlalu jauh, dalam waktu 5 menit saja aku sudah bisa melihat gedung kampusku yang menjulang tinggi.

Aku hanya perlu berbelok ke sini lalu—

.

.

.

Ckitttt....!!!!

"ASTAGA...!!" pekikku saat kulihat tiba-tiba ada orang yang menyebrang tepat setelah aku berbelok di tikungan. Sekuat mungkin aku menginjak rem tapi mobilku tidak bisa berhenti sempurna dengan jarak yang begitu dekat.

Jdugg!!

Tabrakan tidak dapat kuhindari. Orang tersebut langsung terdorong dan terjatuh ke tanah. Aku tidak sempat melihat wajahnya, tapi sepertinya yang kutabrak adalah seorang mahasiswi. Cepat-cepat aku turun dari mobil untuk memeriksa keadaannya.

Aku terkejut. Namun bukan oleh keadaan si korban, melainkan  oleh identitas dari orang yang kutabrak barusan.

Elaine, si manajer tim basket kampus kami.

"Adududuhhh...." Rintihan Elaine membuatku sadar dari lamunanku.

"Astaga...maaf...maaf...kamu gakpapa?" pertanyaan bodoh keluar dari mulutku. Kamu tabrak mau gimana gakpapa, Shan ?

The Tale Of Two PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang