Sorry edited, ad kalimat yg hilang
Gracia POV
Sudah hampir dua minggu aku dirawat di rumah sakit dengan keadaan mataku tertutup sebelah. Meski begitu, aku bisa mengatakan tiga hari terakhir ini keadaanku lebih baik daripada sebelumnya. Bukan hanya membaik secara fisik, tapi...semanjak bertemu dengan Kak Juju, aku merasa lebih tenang daripada sebelumnya.
Kak Juju itu kayak..hmm..kalau Sisca sering bilang sih tipe-tipe cowo korea idaman gitu, cuek tapi sayang. Errr...bukan sayang juga sih, lebih tepatnya care gitu. Nih, contohnya aja, kemarin ini aku ngerasa gak enak numpang makan terus di kamar Kak Juju, jadi aku diem aja di kamarku sendiri dan menunggu makan malamku datang. Namun tiba-tiba Kak Juju masuk ke dalam kamarku, terus menarik tanganku untuk ikut makan bersama di kamarnya tanpa peduli pasien-pasien lain memperhatikan kami berdua.
Tapi, yang sampai sekarang aku masih gak ngerti, wajah Kak Juju masih nampak seperti orang yang sinis. Persis seperti hari pertama aku berjumpa dengannya di UAP waktu itu. Karena wajahnya yang seperti itulah, aku sempat mengira Kak Juju terganggu oleh kehadiranku. Kalau istilah yang sering kudengar sih, yang kayak gitu namanya 'Tsundere' atau sinis tapi baik gitulah. Selama tiga hari ini juga aku lebih banyak menumpang di kamar Kak Juju, kecuali Kak Ve atau anggota keluargaku yang lain sedang menjenguk.
"Ngapain kamu di kamar yang berisik, kotor, dan sempit begitu. Mending juga di sini temenin aku ngobrol."
Seperti itulah yang Kak Juju selalu katakan kepadaku. Meski sebenarnya tak banyak yang kami obrolkan juga. Hanya percakapan sehari-hari saja dan paling jauh juga kami membicarakan soal UAP. Oh ya, kadang juga kalau kami sedang diam dalam keheningan, entah kenapa aku suka melihat ekspresi wajah Kak Juju yang nampak sedih. Pernah kutanyakan soal itu padanya, tapi Kak Juju selalu menjawab dengan ketus.
"Muka-ku emang gini dari sananya, kok. Kalau kelihatan aneh jangan diliatin terus..!"
Yah...begitulah kadang-kadang jawaban yang diberikan kak Juju bernada tidak bersahabat. Tapi mungkin ekspresi sedih Kak Juju ada hubungannya dengan masalah complicated yang waktu itu dia katakan padaku. Ah...aku tak mau terlalu banyak bertanya juga. Rasanya tak sopan membalas perbuatan Kak Juju yang baik padaku dengan 'kepo' yang berlebihan.
Oh ya, hari ini adalah kontrol terakhir sebelum perban di mata kiriku dibuka. Kak Ve bilang mau datang saat sore hari ini sekalian makan malam dan sebelum kerja. Kak Ve sudah pindah kerja dari tempat café-nya yang dulu. Terakhir sih dia bilang pindah ke café lain tapi kebagian shift malem terus jadi gajinya lebih gede. Aku gaktau sih café apa tempat Kak Ve kerja, tapi mudah-mudahan Kak Ve gak memaksakan diri.
Ckrek!
Nah itu dia kakakku yang paling cantik akhirnya datang...
"Hai, Gre... dah nungguin aku ya?" ucapnya sambil menghampiriku. Aku langsung mencium wangi makanan dari kantung plastik yang dibawa Kak Ve.
"Hehe...iya nih, Kak." Kataku. Kamarku juga sekarang sudah tak seramai dulu, dari 5 ranjang yang ada di sini, sekarang hanya terisi 2 pasien termasuk diriku. Jadi bisa dibilang sekarang sudah agak nyaman meski masih sangat jauh jika dibandingkan dengan Kak Juju tentunya. "Kak Ve bawa apa nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale Of Two Princess
Fiksi Penggemar"Gracia , Tuan Puteri dengan kastil mewah dan pangeran tampan hanya ada di negeri dongeng..." - Cresencia Shania Juniatha- ============= Shania Junianatha memiliki segalanya yang diinginkan oleh semua gadis seusianya, terkecuali satu hal : kebebasan...