14. Someone Special

1.7K 221 73
                                    


*sorryeditedtypo

Gre POV


FLASHBACK

Semalaman aku benar-benar tidak bisa tidur. Kegusaran papaku tidak surut dan mamaku tidak berhenti menangis. Sementara kamarku sendiri terkunci rapat sampai pagi dan tidak ada seorangpun dari kami bertiga berani mengetuk pintunya. Terpaksa aku tidur di kamar mama-papaku sementara papaku tidur di sofa depan.

"Udah, Ma. Jangan nangis. Mungkin Kak Ve lagi ada masalah aja di tempat kerjanya jadi kayak gitu. Besok-besok juga Grey akin Kak Ve gak akan kenapa-kenapa..." aku mencoba menghibur mamaku yang masih syok. Jujur sebenarnya aku juga masih tidak menyangka atas tingkah laku Kak Ve barusan. Kalau bisa aku juga ingin menangis, tapi aku memilih untuk berpikir positif, mungkin benar Kak Ve hanya mabuk karena pekerjaannya dan besok dia akan meminta maaf padaku dan kedua orang tua kami.

.

.

.

Pagi hari pun tiba. Aktivitas keluargaku berlangsung seperti biasa, kami semua berkumpul di meja makan untuk sarapan kecuali Kak Ve yang sama sekali belum keluar dari kamar dan papaku yang sudah pergi pagi-pagi buta untuk bekerja. Namun sebelum aku dan mamaku bena-benar memulai acara kami pagi ini, terdengar kunci pintu kamar kami terbuka dan sosok yang membuat jantungku berdebar kencang pun muncul dari dalam sana.

"Kak Ve..." lirihku saat Kak Ve masuk ke dapur. Kedua matanya masih terlihat agak merah dan kantung hitam masih menggantung di bawahnya. Dari gelagatnya, kutebak Kak Ve sepertinya hendak membasuh wajahnya di wastafel.

"Veranda." Mamaku bersuara, membuat aku merinding lagi.

"Hm?" gumam Kak Ve pelan. Dalam hati aku langsung bertanya-tanya, apa efek alcohol semalam sudah hilang?

"Veranda, papa menghargai usahamu untuk membantu keadaan keluarga kita," nada bicara mamaku sudah lebih tenang daripada semalam. " Tapi biar bagaimanapun juga, papa-mama gak setuju kalau kamu harus bekerja di tempat seperti itu."

Kak Veranda diam sesaat, membiarkan air keran membasuh wajahnya berkali-kali terlebih dahulu.

"Lalu apa yang harus aku lakukan, Ma? Pekerjaan papa dan pekerjaanku di tempat sebelumnya tidak akan cukup untuk menutup semua pengeluaran kita." Jawab Kak Veranda. Dari suaranya, aku bisa tahu kalau alcohol tak lagi menguasai Kak Ve meski ada nada ketus dalam pengucapannya.

"Papa akan pinjam uang sama teman papa, yang penting kamu—"

"Pinjam uang lagi? Mau sampai kapan ,Ma, kita gali lubang tutup lubang? Apa Mama lupa kalau hutang keluarga kita semakin membengkak setiap harinya?"

"Papa akan cari cara Ve, yang penting kamu enggak kerja kayak gini lagi!"

"Cari cara apalagi? Setiap keputusan yang diambil papa selalu tidak menghasilkan yang baik bagi keluarga kita!"

"Veranda! Jangan bilang begitu, Papa hanya ingin yang terbaik kita semua!"

"Cukup, Ma. Ve capek, Ve gak mau nambah-nambah pusing karena pertengkaran Mama. Pokoknya Ve janji setelah hutang keluarga kita semua lunas, Ve akan menghentikan semua ini. "Ve pergi dulu."

Aku hanya bisa membatu di tempatku melihat dan mendengar pertengkaran mamaku dan Kak Ve. Kak Ve meninggalkan dapur dan mamaku kembali meneteskan air mata. Aku memilih untuk mengejar Kak Ve yang masuk lagi ke dalam kamar.

"Kak Ve...?" aku terkejut saat melihat sebuah ransel besar yang biasa kami suka pakai untuk pergi jauh Nampak terisi penuh di atas ranjang. "Kak Ve mau pergi ke mana....?"

The Tale Of Two PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang