18. No Happy Ending

2K 218 88
                                    

Shania Junianatha POV

Hah....?

Sepertinya aku mendengar suara hapeku bergetar. Kenapa gelap banget? Apa udah malem? Gracia? Di mana Gracia?

"G...Ge?" aku berusaha mengeluarkan suara sekeras mungkin. "Gracia...?"

Tak ada. Di mana dia? Apa sedang beli makan malam?

Tanganku terulur ke samping ranjang tempat hapeku berada. Ada beberapa buah pesan tapi aku tidak mempedulikannya. Kubaca hanya sebuah pesan Line dari Gracia.

Line

S. Gracia : Kak Juju, barusan aku dapet kabar kak Ve dirawat di rumah sakit tempat kita dirawat dulu. Katanya sih cukup gawat :(((( aku gak pulang ya, Kak.

"Astaga, Gre....." lirihku. Kepala dan tubuhku sama sekali masih belum sembuh, sekarang info dari Gracia membuat keduanya semakin sakit.

Dia pasti membutuhkanku. Dalam keadaan seperti ini Gracia pasti perlu aku di sampingnya.

Aku menyibakkan selimutku kugerakkan tubuhku sekuat tenaga untuk bangkit berdiri.

"Aaaachhh...." Sakit. Efek dua hari yang lalu masih terasa di pinggul sampai pangkal pahaku. Saat kakiku menginjak lantai rasanya aku benar-benar ingin muntah. Binatang-binatang brengsek...! Aku memaki mereka dalam hati namun hanya itu saja yang bisa kulakukan, memakinya dalam hati. Aku tak benar-benar akan melaporkannya juga kepada polisi dalam keadaan seperti ini.

Ah tapi itu nanti dulu! Sekarang ada yang lebih penting. Gracia. Aku harus menyusul Gracia.

Aku menyeret kedua kakiku berjalan meraih lemari pakaianku. Tak mungkin juga aku pergi ke sana dengan pakaian seperti ini, aku setidaknya harus mengganti pakaianku dengan lebih rapi.

"Aaww..." aku bahkan kesakitan saat aku hendak memakai celana panjangku. Brengsek! Benar-benar brengsek! Aku benar-benar murka sampai aku ingin menangis rasanya.

Setelah bersusah payah berganti pakaian, kini aku harus menyeret tubuhku menuruni tangga. Kucari dan kutemui supirku yang ada di pos depan.

"Pak, ke rumah...rumah sakit FX Prima," kataku.

"Mbak Shania? Mbak sakit?"

"Udah gak usah banyak tanya pokoknya siapin mobil terus anter aku ke rumah sakit itu sekarang!!" bentakku.

"I..iya, mbak."

"CEPET!!!" bentakku lagi. Emosiku tidak terkendali, aku tahu. Tapi sesungguhnya kepalaku sudah tak bisa berpikir jernih lagi. Tidak dalam situasi ini.

***

Author POV

Tidak ada yang Shania katakan selain 'cepat', 'cepat', dan 'cepat' pada si supir sepanjang perjalanan. Jalanan ibukota sore itu pun macet jadi sebenarnya desakan Shania percuma saja. Dia tetap harus melewati segala kemacetan dengan rasa khawatir. Berulang-ulang Shania mencoba menelpon Gracia atau mengirimi Line yang sekedar menanyakan keadaan kakaknya, tapi tak kunjung ada jawaban.

The Tale Of Two PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang