Gracia POV
"Hei, Gre!"
"Okta! Sisca! Jahat banget kalian ninggalin aku!!" kataku setelah kutemukan barisan kelompok yang berisi kedua temanku itu. Mereka semua berbaris di depan aula menunggu giliran untuk masuk ke dalam.
"Yeh, tadi kan udah kita Line kalau kita duluan ke aula soalnya barisannya udah dipanggil suruh jalan semuanya..." kata Okta padaku. "Kak Elaine ke bawah kok nyariin kamu."
"Hapeku abis kuota, Ta. Terus Kak Elaine-nya mana sekarang?"
"Nanti aku Line, tadi kita sempet tuker kontak." Jawab Okta. "Tapi kamu tadi ke mana sih? Kok ke toilet lama banget?"
"Tadi aku kekunci di toilet lantai dua, Ta."
"Kekunci? Kok bisa?"
"Mana kutahu, namanya juga kekunci." Gerutuku.
Tak lama setelah itu Kak Elaine datang ke tempat kami berada. Kak Elaine juga menanyakan hal yang sama padaku dan dia juga tertawa saat dia mendengar jawabanku.
"Memang kunci toilet di sini tuh semuanya sistem magnet, jadi cara bukanya agak susah. Apalagi yang di lantai dua magnetnya agak lemah." Jelas Kak Elaine padaku, aku hanya mangut-mangut saja. "Nah, sekarang semuanya udah di sini yuk kita masuk."
Kak Elaine memimpin barisan kami masuk ke dalam aula. Yaa, sesuai dugaanku. Aula ini adalah aula terbesar dan termegah yang pernah kulihat. Tempat duduknya saja empuk seperti kursi bioskop dan kapasitasnya sepertinya mampu menampung 3000 orang.
"Nah, ini Aula Kencana. Aula kedua terbesar di UAP, biasanya wisuda atau acara tertentu diadakan di sini."
"Aula kedua terbesar? Jadi ada aula yang lebih besar dari ini?" tanyaku kaget.
"Ada, satu tempat lagi. Aula Aeria, itu dipakai saat bener-bener semua mahasiswa diundang...hehe..."
Aku menelan ludah. Astaga...benar-benar kampus untuk golongan Elite. Aku pernah ke kampus Kak Ve, tapi kampusnya jauh dari semuanya ini.
Tak lama setelah seluruh peserta acara duduk, mahasiswa yang menyambut kami tadi di depan sekarang naik ke atas panggung. Dia menyambut kami semua sekali lagi sebelum dia menyerahkan panggung pada seorang wanita yang lebih tua, yang memperkenalkan diri sebagai humas dari UAP.
Seperti pada kunjungan kampus pada umumnya, kami diperkenalkan pada keunggulan-keunggulan kampus UAP ini. Beliau juga mengatakan bahwa UAP bukan hanya unggul di fasilitas, tapi juga dari segi pendidikan. Yaa...layaknya promosi saja, semua yang baik-baik disampaikan. Aku sendiri tidak terlalu mendengarkan karena aku sudah berkecil hati saja akan masuk ke sini.
Nih, seandainya saja ya aku dapat beasiswa 75%, tapi biaya kuliahnya aja 50jt. Berarti aku masih harus bayar 15juta, belum hal-hal lainnya.
"Sebelum bicara soal beasiswa, ijinkan saya bertanya, apa ada di sini yang orangtuanya bekerja di Cresenci Group?"
Aku tidak sadar akan pertanyaan itu sampai Sisca menyenggolku dari samping.
"Gre, kamu tuh!"
Aku segera mengangkat tangan bersama tiga orang lainnya. Walau agak ragu-ragu juga karena aku tidak yakin supir dianggap pekerjaan penting juga.
"Nah kalian adalah orang-orang yang beruntung! Kalian bakal dapat kesempatan yang berbeda dengan orang lain. Jangan lupa isi formulirnya ya di luar nanti." Ucap wanita tersebut.
"Waah... pucuk dicinta ulam tiba dong, Gre." Bisik Okta kepadaku.
Aku yang semula hilang asa kini jadi sedikit lebih 'berharap', mudah-mudahan saja bukan harapan palsu. Seusai bicara mengenai beasiswa, wanita tadi bicara mengenai fasilitas yang bisa dipakai saja. Aku kembali tidak mendengarkan ucapannya dan sibuk dengan pikiranku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale Of Two Princess
Fanfiction"Gracia , Tuan Puteri dengan kastil mewah dan pangeran tampan hanya ada di negeri dongeng..." - Cresencia Shania Juniatha- ============= Shania Junianatha memiliki segalanya yang diinginkan oleh semua gadis seusianya, terkecuali satu hal : kebebasan...