05. Worlds Collide

1.7K 210 54
                                    

Shania Junianatha POV

Drrtt...drrt...drrt...

Elaine H : Shaniaaaa...latihan basketnya bentar lagi beres nih.

Shania J : Aduh, Len. Aku masih ada keperluan nih. Kamu di lapangan sampai jam berapa?

Elaine H : Paling juga 15 menit lagi, Shan. Yah...kita gak bisa maen bareng dong.

Shania J : Yahh...yaudah deh gimana lagi, Len. Tapi gakpapa aku tetep ke sana kok.

Elaine H : Oke deh, Shan. Kutunggu yaa...

Aku bukannya tidak bisa hadir pada waktu yang telah kujanjikan dengan Elaine, tapi aku sengaja tidak hadir tepat pada waktunya. Aku benar-benar malas bertemu dengan anak-anak tim basket yang ganjen gak jelas itu. Kemarin-kemarin aja gara-gara aku datang nonton mereka latihan, tuh anak-anak basket nyamperin pas aku lagi makan siang. Kalau bukan karena Elaine, aku sudah mengusir mereka agar tidak mengangguku.

Selama 15 menit itu, aku sebenarnya sudah menunggu dan bersembunyi di luar lapangan basket. Kupantau aktivitas di lapangan basket itu semakin lama semakin sepi. Satu per satu dari tim basket itu keluar dari lapangan sampai kulihat tinggal satu orang lagi dari tim basket dan Elaine yang ada di lapangan itu. Dari tingginya sih, kelihatannya cowo itu Mario. Langsung kuhampiri saja deh.

"Shaniaa...!!" Elaine menyapaku lebih dulu saat aku hendak masuk ke dalam lapangan. "Kok telat banget, Shan? Udah jam setengah 6 ni.."

"Iya, Len. Tadi aku sibuk ngerjain tugas kelompok." Jawabku tentu saja bohong.

"Elaine, Shania, gue duluan ya." Kata Mario sambil berjalan lebih dulu meninggalkan kami.

Aku dan Elaine sama-sama mengucapkan salam kemudian...akhirnya tinggal kami berdua lagi di lapangan ini.

"Sini kubantu beresin ya, Len." Kataku sambil kubantu Elaine membereskan berkas-berkas dan barangnya yang berceceran di bench.

"Shan, gakmau main dulu satu game gitu?"

"Gak usahlah, Len. Udah terlalu sore juga."

"Loh...sayang dong Shania udah bela-belain ke sini tapi enggak main sama sekali?"

Aku berpikir, iya juga sih sekarang sudah mulai gelap ditambah kudengar ada suara gemuruh di langit, pertanda hujan akan turun. Apa ada ide lain ya?

"Ah, gini aja deh." Kataku saat aku mendapat ide lain. "Kamu belum makan kan, Len? Gimana kalau kita makan aja?"

"Hmm...boleh deh."

Hatiku langsung gembira saat mengetahui Elaine tidak ragu sedikitpun menerima ajakanku.

"Kita ke foodcourt kalau gitu?" tanya Elaine.

"Jangan ke foodcourt dong. Kita ke tempat lain aja, aku tau tempat yang cocok."

"Eh? Jangan mahal-mahal tapi, Shan. Aku lagi gak ada duit."

"Udah tenang aja..." kataku meyakinkan. Walau wajahnya masih terlihat ragu, tapi dia tetap mau saat kugandeng tangannya.

Kuajak dia ke parkiran mobil lalu berlanjut ke mobilku. Elaine masih terus menanyakan ke mana kami akan pergi sampai kami harus menggunakan mobil, tapi aku tetap merahasiakannya.

Aku memacu mobilku keluar dari area kampus lalu ke arah pusat kota yang ramai. Layaknya ibukota negara saat jam makan malam, jalanan padat merayap. Aku jadi sedikit merasa bersalah pada Elaine.

The Tale Of Two PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang