16. Heavy

1.6K 223 84
                                    

Gracia POV

"Nah sampee...! Ayo, Gre, Kak Ve, masuk yuk!"

Ci Shani yang sudah sangat bersemangat keluar lebih dulu dari mobil kemudian berjalan cepat mendului kami. Aku dan Kak Ve juga tidak menunggu supir membukakan pintu kami untuk kami keluar dari mobil.

"Bagus ya rumahnya?" bisikku pada Kak Ve dan Kak Ve mengangguk beberapa kali. "Eh, tapi Kak Ve juga kapan-kapan Kak Ve juga harus main ke rumah Kak Juju. Rumah Kak Juju udah bener-bener kaya istana jaman ke negeri-negeri dongeng."

"Ssst....Gre, nanti kedenger sama Shani loh."

"Hehe...enggak pelan kok." Aku langsung memelankan suaraku lebih lagi meski aku yakin sebelumnya suaraku sudah pelan.

"Yuk, yuk, masuk!" kata Ci Shani sambil membukakan pintu depan rumahnya.

"Okeee...permisi ya, Shani."

"Permisi, Ci Shani."

Ci Shani mengantar kami ke lantai atas, tepatnya ke kamar Ci Shani. Aku yang sudah hafal dan 'biasa' datang kemari, langsung saja masuk ke dalam sementara Kak Ve masih terlihat canggung.

"Kak Ve sama Gre duduk dulu ya, aku ambilin makanan sama minuman dulu di bawah."

"Eh, jangan repot-repot, Shan."

Ci Shani hanya membalas kata-kata Kak Ve dengan senyuman sebelum dia menghilang keluar.

"Ci Shani mah emang gitu, Kak. Tiap kali aku ke sini sama temen-temenku juga, Ci Shani selalu kasih kita makanan kayak gak ada abisnya stok di gudang."

"Hahahaha....pantesan kamu rajin datang ke sini ya? Gegara banyak makanan?"

"Ya salah satu alasan sih itu, Kak," jawabku disertai cengiran.

"Dasar." Kak Ve mencubit tanganku pelan. Di luar dugaan aku merindukannya. Aku merindukan candaan ringan dengan Kak Ve seperti ini. Kuharap hari yang santai ini bisa mengurangi beban Kak Ve, meski hanya sedikit.

"Haai, maaf nunggu yah. Ini dicobain deh ada kue oleh-oleh papaku dari Eropa, sama ada jus jeruk."

"Wah, makasih ya, Shani. Memang orangtua Shani ada di mana?"

"Sekarang sih kayanya Italia. Mereka emang kerjanya jarang balik kemari, jadi aku kan suka bosen sendiri gitu di rumah," jawab Ci Shani sambil membagi-bagikan kue tersebut. "Makanya aku sering ngajak teman-temanku buat ke sini sekedar main atau makan. Biar aku gak kesepian."

"Oooh..." Aku termangu. Ternyata cerita orang berbeda-beda ya, ucapku dalam hati. Ada Kak Juju yang memiliki keluarga seperti itu dan aku sendiri pun berada dalam kondisi seperti ini.

"Shani, aku coba kue ini ya." Lamunanku tersadar oleh Kak Ve yang mengambil salah satu kue yang ditawarkan Ci Shani. Aku pun langsung ikut mengambil salah satu kue itu dan memakannya karena aku memang sudah lapar. Tak lupa juga aku menyesap jus jeruk yang nampak segar itu.

"Ngomong-ngomong rencana kalian abis ini mau ke mana?"

"Belum tau sih," Kak Ve menjawab.

"Eh tapi, Kalian belum makan siang juga kan? Gimana kalau kita makan siang dulu?"

"Hmmmm..." aku dan Kak Ve sama-sama saling melirik satu dengan yang lain. Dan sepertinya kami saling menyadari kalau kami sebaiknya tidak menolak tawaran Ci Shani.

"Iya deh mau, Ci." Kali ini aku yang menjawab. "Tapi gak usah yang—"

"Asik! Gitu dong! Sebentar ya aku pesenin dulu makanan di restoran favoritku," potongnya sebelum aku selesai menyelesaikan kalimatku dan lagi-lagi Ci Shani dengan cepat meninggalkan kamar kami untuk pergi entah ke mana.

The Tale Of Two PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang