[Lima]

557 84 39
                                    


Jovan sampai dirumahnya sekitar dua jam yang lalu, namun sampai saat ini pun ia belum bisa memejamkan matanya barang sejenak, rasa kantuknya menguap saat dirinya kembali mengingat perkataan Yhara tadi sore. Jovan yakin sekali, bahwa terjadi sesuatu dengan Yhara, tapi ia tidak berani bertanya jika bukan Yhara sendiri yang bercerita.

Jika di ingat-ingat lagi, ekspresi wajah Yhara sore tadi, tidak seceria biasanya. Kalau boleh memilih, Jovan lebih senang melihat Yhara yang biasa tengil dari pada harus melihat wajah sedihnya. Bukan apa-apa, Jovan hanya takut terbawa suasana.

"Gue pikir elo udah tidur." Yudha mucul dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di pinggangnya. Untungnya Jovan ini tidak seusil Yhara. coba kalau saat ini Yhara yang ada di posisinya, mungkin cewek tengil itu sudah mengambil ponsel lalu dengan senang hati akan merekam tubuh Yudha, esoknya ia akan menjual video itu ke teman-temannya yang berminat beli.

"Gue nungguin elo cerita tentang Yhara." Balas Jovan sembari menegakkan tubuhnya dari posisi tiduran.

Tadi sore, saat Jovan baru sampai di rumahnya, cowok yang terkesan imut itu kaget mendapati kehadiran Yudha yang notabene nya adalah sahabatnya. Apalagi Yudha membawa kabar tentang Yhara. Jovan yang penasaran, langsung setuju saat Yudha bilang hendak menginap. Suatu hal yang tidak pernah Jovan lakukan.

Jovan dan Yudha memang berteman cukup dekat, namun jika berada di kampus mereka memang jarang terlihat bersama, hal itu terjadi karena Yudha lebih sering kencan dengan Ega dibandingkan ngumpul bersama Jovan atau bahkan teman-temannya yang lain. Dan saat tiba-tiba Yudha mengungkapkan bahwa ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan Jovan mengenai Yhara, Jovan langsung menyambut baik kedatangan sahabatnya itu.

"Tapi sebelum itu gue mau nanya dulu nih sama lo." Yudha sudah memakai kaos hasil pinjaman dari Jovan, cowok berambut spike itu kini sudah duduk di kursi dan berhadapan langsung dengan Jovan yang memilih duduk di ranjangnya.

Jovan tidak menjawab, hanya menanggapi dengan menaikkan sebelah alisnya pertanda bahwa Yudha boleh melanjutkan perkataannya.

"Elo serius pacaran sama Yhara? Maksud gue, itu bukan kabar angin kan? Lo tahu sendiri kalau Yhara itu kalau ngomong suka ngasal, jadi gue agak nggak percaya waktu dia bilang pacar lo." Sebenarnya sudah dari dulu Yudha penasaran, dan ingin bertanya langsung kepada Jovan, tapi selalu saja ada halangannya. Dan waktu ia menanyai Yhara, maka Yhara hanya akan memberinya ekspresi bosan padanya, seakan akan pertanyaan Yudha itu tidak bermutu sama sekali.

Kan Yudha jadi sensi.

"Hmm." Malas menjabarkan, Jovan pun memilih mengguman saja.

Yudha menganggukkan kepala tanda sudah mengerti, lalu ia kembali bertanya, kali ini lebih serius. "Elo cinta nggak sama dia?"

"Cinta?" Jovan mengulang kata keramat itu. Ia memandang Yudha dengan wajah malasnya.

"Iya cinta. Lo cinta nggak nih sama si Yhara?"

"Harus ya gue jawab?"

Yudha menyembunyikan kedua tangannya, karena hampir saja ia melayangkan tinjunya pada Jovan. Yudha mensugesti pikirannya agar kembali tenang. Ega sudah berpesan padanya agar bicara baik-baik dengan Jovan.

"Gue bakalan kasih tahu masalah Yhara, tapi tergantung jawaban dari elo."

Jovan bertambah penasaran, ia tahu Yudha sengaja mempersulitkannya. Sekarang ia harus manjawab seperti apa? Faktanya ia memang belum mencintai Yhara, tapi Jovan cukup peduli dengan gadis itu. Jika ia memilih untuk jujur pada Yudha, maka kesempatan untuk mengetahui hal tentang Yhara akan hilang, jadi Jovan memutuskan untuk berbohong saja.

"Iya, gue cinta sama Yhara." Jawab Jovan mantap.

"Elo rela ngelakuin apa aja buat dia?" Tanya Yudha lagi, persis seperti seorang wartawan.

Cherish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang