[Empat Belas]

548 75 6
                                    

Attention..!!!!
Part ini sudah masuk konflik, semoga aja feelnya dapat.

.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca.

***

Jovan masih mengawasi Yhara dengan mata nyalang. Sejak teman-temannya memuji kecantikannya, Yhara selalu terlihat senyum-senyum sendiri, kadang wajahnya tiba-tiba memerah ketika Bagas atau Daffa telihat menggodanya. Jovan kesal, jangan di tanya lagi. Tapi membentak temannya satu persatu agar menjaga Indra penglihatan mereka pun percuma. Ibaratnya satu banding 4, jelas Jovan kalah telak. Jadi dari pada dia emosi sendiri, lebih baik Jovan menulikam telinga saja, anggap ia tidak mendengar apapun yang di ocehkan teman-temannya.

Ketika dalam perjalanan pulang, Jovan tidak membahas apapun yang berkaitan dengan acara dirumah Yudha beberapa saat yang lalu, membuat suasana di mobil tampak sepi, suara radio pun bahkan tidak terdengar.

"Jo, kamu sadar nggak, kalau kamu itu cowok paling beruntung sejagad raya?" Setelah mobil yang dikendarai keduanya cukup lama dilingkupi keheningan, akhirnya Yhara membuka percakapan.

Gaya bahasa Yhara terdengar santai namun Jovan tahu kalau istrinya itu tidak boleh di abaikan.

Jovan pura-pura tertarik. "Oh ya? Kok bisa gitu?"

Yhara berdehem.
"Soalnyaa kamu dapat istri sebaik dan secantik aku." Ujar Yhara dengan percaya diri. Kedipan lucu Yhara mengundang senyum geli Jovan.

Jovan cukup kaget bahwa Yhara malah membahas hal yang menurutnya absurd itu. Mendengar Yhara membanggakan diri seperti tadi cukup membuat moodnya kembali membaik. Bahkan di sela-sela kesibukan menyetirnya, Jovan membawa sebelah tangannya yang menganggur hinggap di atas kepala Yhara, kemudian mengusapnya dengan sayang.

"Dan kamu lebih beruntung lagi Ra, dapet aku sebagai suami kamu.Coba perhatikan aku baik-baik." Titah Jovan, Yhara pun menurut.

"Apa yang kurang dari aku?" Lanjut Jovan dengan wajah tengilnya.

Yhara pura-pura berpikir, ide jahil terlintas di benaknya kemudian. "Ada"

"Oh ya, apa?"

"Kamu kurang ganteng lagi."

Yhara tertawa, namum Jovan malah diam.

"Jo." Panggil Yhara lagi, kali ini kedua tangannya bahkan sudah nemplok manja pada sisi lengan kiri Jovan.

"Hmmm."

"Mana yang lebih cantik menurut kamu, antara aku dan Clara?" Pancing Yhara.

"Nggak usah tanya yang aneh-aneh deh."

"Aku kan cuma nanya kayak gitu, jadi dimana letak keanehannya." Ujar Yhara sedikit merajuk.

"Cantik itu relatif Ra. Dan berhenti membandingkan diri kamu dengan Clara. Kalau kamu ingin sekali mendengar jawabanku, bukankah sudah jelas siapa yang akhirnya kupilih. Satu lagi, Clara itu cuma masa laluku."

Pipi Yhara bersemu ketika mendengarkan kata-kata Jovan yang menurutnya romantis itu, karena jarang-jarang Jovan akan berkata demikian, perkataan Jovan barusan termasuk kejadian langka. Dan jika ditanya bagaimana perasaan Yhara sekarang, tentu saja ia sangat senang sekali.

"Emm, so sweet, sini aku cium dulu." Kata Yhara, lalu semakin memajukan tubuhnya kearah Jovan, dan tanpa aba-aba, satu kecupan ringan mendarat dipipi Jovan.

***

"Udah cuci muka?" Tanya Jovan pada Yhara, ketika baru masuk kedalam kamar mereka.

Cherish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang