Epilog

695 72 18
                                    

"Jo, besok jemput gue dulu ya, biar semua anak kampus tahu kalau gue udah punya pacar."

"Kalau gue boleh nebeng, gue janji besok nggak bakalan nongol di depan muka elo. Pliiss Jovan sayang, boleh ya."

"Elo nggak suka sayur? Sini gue aja yang makan."

"Jo, kapan elo ngapelin gue?"

"Apa gue aja yang ngapelin elo tiap malam minggu?"

"Jo, kenapa semalem chat gue cuma elo R doang?"

"Jo, jawab dong."

"Jo, gue kesepian."

Sekelebat ingatan masa lalunya bersama Yhara tiba-tiba muncul begitu saja. Jovan menertawakan sifat agresif Yhara, jika dibandingkan dengan sekarang, Yhara yang dulu sangat berbeda, namun bagi Jovan itu tidak jadi masalah, karna menurutnya cintanya saat ini hanya untuk Yhara seorang.

"Jo, ngapain? Kok melamun?" Yhara muncul dari belakangnya, membuat Jovan di buat kaget.

"Aku nggak ngelamun." Elak Jovan.

Yhara tidak percaya, namun ia malas mendebat, jadi mending ia melupakan saja topik barusan.

"Ra, inget nggak pas dulu kamu ngejar-ngejar aku?" Jovan kemudian sengaja membahas tentang kenangannya bersama sang istri.

Yhara tentu saja ingat, tapi ia memilih mengelak. "Siapa yang ngejar-ngejar kamu? Salah orang kali."

Jovan tertawa mendapati respon Yhara. "Yaudah kalau gitu, aku mau cerita aja."

"Cerita apa?" Tanya Yhara antusias, secepat itu ia teralihkan.

"Kamu tahu, dulu ada cewek yang nembak aku, dan karna aku gak tega jadi aku terima aja. Dan cewek itu selalu kesal, karna aku nggak pernah mengajaknya kencan, dia bahkan menawarkan diri, agar ia saja yang melakukannya. Aduuuh..."

Belum selesai Jovan bercerita, cubitan diperutnya membuatnya reflek berhenti.

"Sakit Ra." Keluhanya pada Yhara, sembari mengusap-usap bekas cubitan Yhara.

"Kamu nyindir aku?"

"Kamu merasa?"

"Ih Jovan, nggak usah bahas masa lalu bisa nggak sih? Aku kan jadi malu." Kemudian seperti dugaan Jovan, Yharanya saat ini sedang merajuk.

"Tapi sekarang, cowok itu beruntung karna ia cepat menyadari, bahwa ternyata cewek yang ia anggap penggangu itu sudah menyempurnakan hari-harinya." Ujar Jovan lalu memberi kecupan pada punggung tangan Yhara.

"Gombal ih, tapi aku seneng." Kekeh Yhara, lalu membenamkan wajahnya dipelukan Jovan.

"Apa aku sudah membuatmu bahagia?"

"Hmm."

"Maka berjanjilah, kamu akan selalu seperti ini ketika berada disisiku."

"Kamu tidak perlu meminta Jo, karna sudah pasti aku akan bahagia, apalagi dengan kamu yang selalu berada disampingku."

"Makasih Yhara Alfa."

"Sama-sama Jovan Akhil Raksi."

"Kenapa kita jadi gombal gini sih." Jovan baru menyadari, bahwa sedari tadi ia sudah menciptakan suasana yang alay, namun sekali lagi, ia tetap bahagia, bagaimanapun kondisinya.

***

Sekarang, cerita ini benar-benar udah khatam alias tamat.
Maaf yah, kalau epilognya nggak sesuai ekspektasi kalian, karna hanya ini kemampuanku. heheh.

Buat yang berharap ada adegan dedeknya Yhara sama Jovan, aku minta maaf yah, karna nggak bisa munculin, soalnya aku belum rela liat Jovan sama Yhara udah ngasuh anak aja, mereka masih terlalu kecil. Wkkwkw
Jadi dedeknya aku simpen aja.

Sekali lagi see you di cerita-ceritaku yang lainnya. Tanpa support kalian, ceritaku bukanlah apa-apa. Hahah
Terimakasih sekali lagi.

Cherish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang