[Tiga Belas]

535 74 14
                                    


Selamat membaca, di bawa enjoy aja yes. 😊😊

***

Yhara menoleh secara spontan ketika ia merasakan sebuah pelukan ringan mengusik lamunannya, rupanya saat ia melihat ke bawah, kedua tangan Jovan sudah melingkar manis diperutnya, di dukung dengan posisi Yhara yang memang sedang berdiri di tepian balkon, membuat keduanya terlihat seperti sedang menikmati quality time mereka.

"Ada apa? Kulihat kamu lagi sedih. Mau cerita?" Tanya Jovan setengah menuntut. Yhara lantas tertawa kecil.

Jovan selalu saja sebaik ini padanya, tapi kenapa ia masih selalu meragukan kesungguhan cowok yang sudah berstatus sebagai suaminya itu, entah dimana letak kesalahan yang ada pada diri Yhara.

Tidak mendapatkan jawaban berarti dari Yhara, Jovan pun kembali berbicara. "Aku nggak akan maksa kok, kalau kamu emang belum siap buat cerita." Menilik dari nadanya, Yhara berspekulasi bahwa Jovan sedang kesal, namun berusaha terlihat biasa saja.

Kembali Yhara harus menelan semua keraguannya beberapa saat yang lalu. Dalam hati, Yhara terus saja merapalkan doa agar kepercayaannya pada Jovan tidak semakin meredup. Karena jika suatu hubungan sudah tidak mempunyai rasa kepercayaan pada satu sama lain, bagaimana bisa bertahan?

"Aku bakalan cerita kok, dan kamu harus jadi pendengar yang baik kali ini, oke." Ujar Yhara pada akhirnya. Bisa Yhara lihat senyum Jovan tampak teduh di sana.

Yhara pun melangkah meninggalkan balkon sembari menarik jovan agar mengikuti langkahnya menuju kursi panjang yang memang terletak di dekat balkon kamar mereka.

"Aku lagi mikirin hubungan kamu sama Clara di masa lalu, dan seberapa dekat kalian dulu, yang aku sesalkan, kamu nggak pernah cerita apa-apa soal Clara ini sama aku Jo, padahal aku terbuka soal hubunganku sama Miko. Apa itu nggak cukup? Aku ngerasa cemburu banget sekarang, ternyata cemburu itu bikin nyesek ya. " Aku Yhara, kedua tangannya mencari-cari keberadaan tangan besar milik Jovan, setelah menemukan, tangan kecil Yhara lalu menggenggamnya.

Namun karena tangan Yhara punya ukuran yang lebih kecil ketimbang tangan milik Jovan, Jovan pun berinisiatif ganti menggenggam tangan Yhara, sembari tetap mendengarkan apa yang sedang Yhara keluhkan.

"Jo, apa aku salah kalau aku berpikir kamu akan ninggalin aku suatu saat nanti? Aku takut banget loo, kalau sampai itu benar-benar terjadi."

Yhara bisa merasakan tubuh Jovan yang mulai menegang.

"Gimana kalau semisal nanti ternyata kamu sadar kalau ternyata aku bukan yang terbaik buat kamu? Aku nggak akan sanggup kalau harus kehilangan kamu Jo." Yhara mulai menangis, dan memilih menunduk, untuk menyembunyikan air matanya, ia tidak berani menatap mata Jovan secara langsung saat ini.

Di posisinya sekarang, Jovan lantas tersenyum, ia sempat berpikir sebentar tentang seberapa besar luka yang Yhara punya, karena nyatanya sampai saat ini pun Jovan belum sepenuhnya menerima kepercayaan penuh dari perempuan yang sedang menangis di sampingnya ini. Karena jika Yhara percaya padanya, Yhara tidak akan berpikiran sampai sejauh itu. Tanpa Yhara minta pun, Jovan tidak akan meninggalkannya.

Pelan-pelan Jovan mengangkat wajah Yhara, ternyata mata Yhara sudah sembab.

"Jangan berpikiran yang macam-macam Ra. Aku nggak akan pernah ninggalin kamu, kalau itu yang kamu takutkan. Dan soal Clara, aku bingung harus cerita gimana, soalnya dia nggak se-spesial itu, sampai aku amhatua nginget-nginget hubungan kami di masa lalu." Balas Jovan sembari mengusap tetesan air mata Yhara yang mulai berjatuhan. Lalu segera mendekap tubuh wanitanya itu untuk sekedar menyalurkan kehangatan bagi Yhara.

Dalam tangisnya Yhara berjanji satu hal, bahwa ia tidak akan pernah melepaskan lelaki sebaik Jovan.

"Jo." Panggil Yhara kemudian, setelah tangisnya mulai mereda.

Cherish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang