Ternyata aku nggak bisa buat konflik yang berat saudara saudara. Hahha
Jadi cerita ini konfliknya ringan ringan aja ya, buat hiburan gitu. Wkwkwk
Hidupku udah berat mikirin skripsi, nggak mau nambah nambah beban lagi. Haha 😂😂😂
Let's go,
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading.. 😊😊***
Yhara memindai keadaan disekitarnya, sesekali mulutnya berdecak lalu menganga takjub dengan apa yang ia lihat. Hadiah apartemen dari mertuanya Yhara akui tidak mengecewakan.
Meski jujur saja Yhara cukup sedih karena harus berpisah dengan keluarga Jovan, keluarga yang sangat hangat baginya, mereka membuat Yhara bahagia, memberi apa yang tak Yhara dapatkan id keluarganya sendiri.
"Kulkasnya masih kosong, kita delivery aja sekarang. Aku udah lapar,besok baru kita belanja bahan-bahan buat masak sendiri." Suara Jovan secara tidak langsung menginterupsi ketakjuban Yhara. Perempuan itu lantas menoleh, dan mendapati Jovan baru saja keluar dari kamar mandi.
"Kamu lupa?" Mendadak ekspresi Yhara berubah semrawut ketika mendengar perkataan Jovan.
"Apanya?" Kening Jovan mengkerut, ia belum menangkap maksud dari perkataan Yhara.
"Aku kan nggak bisa masak Jo, kamu ngehina banget sih." Yhara mulai merajuk, bibirnya maju lima senti. Yhara kesal sekaligus merasa bersalah, karna sampai saat ini ia belum bisa memasak.
Jovan tahu kalau Yhara tidak bisa memasak, namun sungguh ia tidak bermaksud menghina seperti yang Yhara tuduhkan padanya. Dan agar Yhara tidak semakin salah paham atas pernyataanya barusan, Jovan segera beranjak mendekati Yhara, lalu mengelus kepalanya dengan sayang.
"Nggak masalah, nanti bisa kita bisa belajar pelan-pelan." Ujar Jovan.
"Kita? Kamu juga mau belajar masak?" Tanya Yhara penasaran.
Jovan mengangguk, lalu mengutarakan alasannya. "Kan kalau kita sama-sama bisa masak, enak bisa gantian, jadi nggak akan terlalu capek."
Senyum Yhara kembali terbit, dan tanpa aba-aba ia langsung meringsek ke dalam pelukan Jovan, Yhara terharu karna Jovan selalu sabar dan mengerti dirinya.
"Jangan sampai semaput kalau kamu udah nyobain masakanku." Ujar Yhara menakut-nakuti, membuat Jovan semakin tergelak. Lalu tiba-tiba mengambil kesempatan untuk mengecup sudut bibir Yhara.
"Jangan sembarangan kalau bicara sayang."
Yhara melongo, sepertinya telinganya sedang bermasalah sekarang, karna ia mendengar dengan jelas saat Jovan memanggilnya dengan sebutan sayang,
Sayang yah??.
Hmm, Sungguh saat ini hatinya berbunga-bunga.***
"Gue nggak nyangka, manusia introvert kayak si Jovan ternyata bisa romantis juga."
Yhara spontan melotot, saat perkataan Ega masuk dalam gendang telinganya. Jovan emang dingin, tapi dia nggak introvert seperti yang di tuduhkan Ega. Dan kalaupun benar begitu kan Ega tidak harus mengatakannya didepan Yhara juga, memangnya siapa yang akan senang, jika pasangan kita di cibir di depan kita sendiri, kalau Yhara tentu saja tidak.
"Seengaknya Jovan lebih baik ketimbang Yudha." Balas Yhara sewot.
"Kok bisa gitu?" Alis Ega kontak menukik.
"Buktinya elo bisa suka sama orang lain, di saat elo masih sama Yudha, itu udah membuktikan kalau Yudha nggak bisa jagain mata elo, nggak bisa muasin elo." Ujar Yhara lalu tertawa ketika melihat wajah Ega yang mulai memerah karna emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherish [END]
General FictionYhara dan Jovan itu simbiosis mutualisme, itu saja. Lalu apa yang akan terjadi, saat tiba-tiba Yhara malah mengajukan proposal nikah untuk Jovan? Padahal mereka berdua ini masih anak kemaren sore. Copyright © 2017 by alfaa.