[Dua Belas]

557 70 11
                                    

Selamat membaca aja.. 😊😊

***

Yhara bisa bernafas dengan lega sekarang, pasalnya dua hari yang lalu papanya sudah siuman, dan sudah dalam fase rawat jalan saat ini. Sebenarnya Yhara ingin mendampingi sang papa, namun urung saat menyadari kembali seperti apa kedudukannya sekarang di mata keluarganya sendiri. Fakta bahwa ia sudah tidak di inginkan lagi, membuatnya enggan untuk sekedar bertatap muka dengan seluruh orang yang ia anggap keluarga itu.

"Nanti tunggu aku di kantin, dan jangan kemana-mana."

Yhara melongo mendengar perintah Jovan yang bernada tegas. Sejak hari di mana ia lupa diri memeluk Miko di depan batang hidung Jovan, cowok itu jadi protektif setelahnya. Yhara mau pergi kemana pun harus ada Jovan di sisinya. Alasan yang di gunakan Jovan pun membuat Yhara tak habis pikir.

"Ada aku aja, kamu berani pelukan sama cowok lain, gimana kalau nggak ada." Kata Jovan kala itu. Wajahnya mengeras, membuat Yhara tidak punya pilihan selain menurut.

Fix, Yhara tidak di beri kepercayaan.

Saat ini dirinya sedang berada di parkiran kampus. Berhubung keduanya sama-sama memiliki jadwal kuliah pagi, jadi dengan senang hati Yhara berangkat bersama Jovan,

"Biar hemat ongkos Jo, terus bonusnya kita bisa pacaran di jalan. Momen kayak gitu kan sayang buat di lewatin."

Begitu kata Yhara yang hampir selalu membuat Jovan geleng-geleng kepala dengan berbagai alasannya. Karena jika jadwal mereka berbeda Jovan kadang suka malas hanya untuk sekedar mengantarkan Yhara.

"Nggak bakalan Jo, palingan ya nongkrong sama Ega doang." Sebenarnya Yhara enggan menjelaskan, namun menilik dari sifat Jovan beberapa hari belakangan ini, akhirnya Yhara memilih untuk bercerita.

"Aku lupa kalau temen kamu cuma si Ega doang." Ujar Jovan.

Yang Yhara tangkap itu adalah kalimat ejekan, bisa masuk kategori sindiran malah. Tapi sayang nya itu benar adanya. Huh

Melihat Yhara cemberut, menciptakan senyum geli di bibir Jovan.

Masih dengan raut wajah kesalnya, Yhara hendak membuka pintu mobil untuk keluar, namun dengan cepat Jovan menahan pergelangan tangannya.

"Apaan?" Tanya Yhara bersungut-sungut.

Jika di ibaratkan dengan komik yang biasa Jovan baca, pasti saat ini di atas kepala Yhara terdapat asap yang muncul dari kepalanya, lengkap dengan muka merah menahan amarah.

"Salim dulu." Kata Jovan tambah menggodanya. Sebelah tangannya sudah ia ulurkan tepat di depan wajah Yhara, mau tak mau Yhara pun menuruti kemauan Jovan, lalu setelahnya pergi begitu saja dengan menghentakkan kakinya.

Jovan tak lantas berpaling, ia masih setia memandang kepergian Yhara sampai perempuan itu hilang dari pandangannya. Menurut Jovan, lucu sekali melihat Yhara berjalan sembari menghentakkan kakinya seperti itu.

Dan fix Yhara benar-benar kesal dengannya.

Tok.. Tok.. Tok..

Bunyi ketukan yang berasal dari kaca mobilnya membuat Jovan mengalihkan fokus. Untung saja Yhara sudah tak terlihat lagi, jadi Jovan tidak akan merasa kesal karena aktivitasnya terganggu. Dan saat tahu bahwa orang yang mengetuk kaca mobilnya adalah sahabatnya sendiri, Jovan reflek mendengus lalu melengos begitu saja. Di sana tampak Daffa yang menunduk agar tubuhnya sejajar dengan tinggi mobil Jovan. Berbekal cengiran di bibir lalu tatapan memelas, Daffa berharap Jovan mau membuka pintu mobilnya. 

"Itu kenapa si Yhara?" Tembak Daffa langsung saat Jovan akhirnya keluar dari mobilnya. Jovan asumsikan, Daffa melihat tingkah Yhara barusan, mangkanya ia jadi kepo.

Cherish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang