[Tujuh Belas]

508 72 20
                                    

Kadang aku berpikir, kapan nih cerita enaknya aku tamatin. Hehhe
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Selamat membaca, 😊😊

***

Yhara menatap Jovan dengan rasa kesal yang memuncak, sialnya ia tidak tahu alasan mengapa Jovan telihat begitu menyebalkan dimatanya. Tidak mungkin hanya karna pesan dari Clara kan? Kalau itu Yhara tidak perlu khawatir, karna sudah jelas Jovan akan lebih memilihnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Jovan sembari mencangklongkan ransel di pundaknya.

Yhara tidak menjawab, ia hanya mengedik lalu lebih memilih keluar duluan dari apartemen mereka, membuat Jovan malah bertanya-tanya, apalagi yang membuat Yhara badmood pagi ini, bukankah semalem mereka masih baik-baik saja.

"Kamu duluan aja." Ucap Yhara ketika sudah berada di lobi apartemen.

"Kenapa? Kok nggak bareng." Dahi Jovan lantas mengerut, semakin tidak mengerti akan sikap Yhara hari ini. Berbagai asumsi menyelinap di pikiran Jovan, apakah dirinya telah membuat kesalahan yang mungkin tidak di sadarinya?

"Aku nggak tahu kenapa, yang jelas hari ini aku pengen kamu jauh-jauh dulu dariku, ngerti kan Jo." Ujar Yhara, kemudian langsung melengos dan pergi begitu saja tanpa mau menoleh lagi.

Diperlakukan seperti itu, Jovan pun jadi ikutan kesal. Rambutnya yang sudah ia tata tapi menjadi korban keganasannya pagi ini, sehingga bentuknya jadi awut-awutan.

"Lama-lama gue bisa gila ngadepin tingkah ababil kamu Ra." Ujar Jovan pasrah. Sembari menunduk lesu ia berjalan dengan lunglai ketempat dimana parkir mobilnya berada.

***

Astaga,
Kenapa disaat Yhara sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, dirinya harus menjumpai Clara di kampusnya. Yhara tidak bisa janji untuk tidak melabrak Clara jika cewek itu berulah lagi seperti kemaren.

"Ayo masuk kelas." Ajak salah satu temannya, membuat Yhara mengalihkan fokusnya. Lalu mengangguk seraya mengikuti langkah temannya dari belakang, melupakan sejenak maksud terselubung atas kehadiran Clara yang sedang berdiri di fakultas Jovan.

Sekitar 15 menit setelah kepergian Yhara, Jovan datang dan langsung disuguhi pemandangan yang paling membosankan yang ia lihat pagi ini, sepertinya hari ini Jovan di takdirkan untuk sial terus.

"Jo, aku mau ngomong." Ujar Clara seraya menahan langkah Jovan.

Otomatis langkah Jovan berhenti. Ia menatap sengit pada Clara. "Apalagi sih Cla? Nggak ada yang harus kita omongin lagi." Balas Jovan dengan nada sedikit frustasi. Mood buruknya benar-benar tidak bisa ia kendalikan.

"Kamu terganggu?" Tanya Clara yang masih belum melepas cekalan tangannya.

"Menurutmu?"

"Maaf kalau begitu."

Melihat ekspresi Clara yang mulai terlihat bersedih, mau tak mau Jovan merasa bersalah. Namun ia juga tidak boleh terlalu mengalah pada gadis di depannya itu, karna Jovan tidak ingin membuat Yhara salah paham lagi seperti kemaren.

"Clara, maaf sebelumnya kalau aku ngomong kayak gini, tapi tolong berhenti berharap sama aku, kamu tahu kan kalau aku sudah menikah. Aku harus menjaga perasaan istriku, dan aku mohon sama kamu agar kamu mengerti. Kita udah nggak bisa kayak dulu lagi." Kata Jovan berusaha menjelaskan secara halus.

"Jika seandainya aku kembali lebih awal, apa kesempatan itu masih ada?"

Ditanya seperti itu, tanpa pikir panjang Jovan langsung menggeleng dengan tegas. "Nggak, karna perasaanku sama kamu udah menguap saat kamu mutusin buat pergi ninggalin aku saat itu."

Cherish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang