[Delapan]

585 79 19
                                    


Selamat membaca.. ^_^

***

Baru sekitar jam 6 malam, Yhara dan Jovan pulang dari rumah keluarga Yhara, dan rasanya Yhara tidak ingin kembali menginjakkan kakinya dirumah itu lagi, apalagi kalau harus bertemu dengan Miko, ditambah dengan tatapan tidak suka yang selalu ditunjukkan oleh saudara dan mama tirinya.

Ia pusing.

Yhara kembali menghela napas yang entah sudah keberapa kalinya, pandangannya kali ini tertuju kepada frame foto kecil yang terletak dimeja belajar Jovan, disana ada foto dirinya dan Jovan yang di ambil ketika pernikahanan mereka berdua. Yhara pun mulai mulai melamun lagi, tapi tidak berlangsung lama, karena suara Jovan tiba-tiba mengusiknya.

"Ra, liat kaos lengan panjang gue yang warna putih nggak?" Tanya Jovan ketika baru keluar dari kamar mandi.

Meski tidak tahu kaos macam apa yang Jovan maksud, Yhara ikut membantu Jovan mencarinya di dalam lemari. Tak menemukan apa yang dicarinya, Yhara lantas keluar kamar menuju tempat keranjang cucian bersih yang biasanya terletak diruangan tempat ART rumah Jovan biasa menyetrika.

"Ini bukan?" Tanya Yhara sambil menenteng satu kaos yang sesuai dengan ciri-ciri yang Jovan sebutkan tadi. 

Jovan nyengir lalu mengangguk mengiyakan.

Langkah kakinya berderap saat mendekati Yhara. "Iya benar, makasih." Ujar Jovan. Kedua bibirnya melengkung ke atas, membentuk sebuah senyum hangat yang khas dirinya.

Yhara hanya mengangkat bahunya acuh, lalu seketika ide jahil muncul begitu saja di otaknya, sudah lama sekali sepertinya Yhara tidak menjahili Jovan.

"Jo." Panggil Yhara sengaja membuat suaranya terdengar mendesah.

Jovan baru selesai mengganti kaosnya saat Yhara memanggil, entah kenapa bulu kuduknya tiba-tiba merinding. "Kenapa?"

"Gue baru sadar sejak kita nikah, gue nggak pernah liat lo toples." Ada sedikit nada genit yang sengaja Yhara selipkan pada perkataannya.

Jovan sempat tertegun beberapa saat, namun dengan cepat ia sadar dan merespon godaan sang istri.

"Jangan topless Ra, lo nyuruh gue telanjang pun gue kabulin. Jadi gimana? Elo mau liat sekarang?" Tanya Jovan sembari mengangkat ujung kaosnya hendak menuruti kemauan Yhara.

Mata Yhara nyaris keluar dari tempatnya. Ia tadi hanya bermaksud menggoda Jovan, tapi ternyata Jovan malah menganggap serius perkataannya. Kalau tahu akan seperti itu, Yhara berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Padahal Jovan yang Yhara kenal tidak begini. Kemana Jovannya yang dulu?

Dan sebelum Jovan benar-benar melepas kaosnya, Yhara dengan gesit segera berlari kearahnya lalu menubruk tubuh Jovan bermaksud mengagalkan rencana sang suami.

"Jangan di buka, plisss. Gue tadi cuma becanda." Teriak Yhara.

Awalnya Jovan kaget karena mendapat serangan tiba-tiba dari Yhara, ia bahkan hampir terjengkang ke belakang jika saja ia tidak menyeimbangkan tubuhnya.

Melihat wajah pias Yhara, Jovan malah nyengir, ada rasa bahagia melingkupi hatinya ketika Yhara memeluknya seperti sekarang, mungkin karena itu adakah tindakan paling intim yang pernah mereka lakukan. Dan itu sukses semakin melebarkan senyum Jovan, ternyata bahagia memang sesederhana itu.

"Astaga, mata gue udah gak perawan." Teriak seseorang dari arah pintu.

Yhara yang berinisiatif melepaskan pelukannya, padahal Jovan belum puas.

Jovan berdecak sebal saat tahu bahwa orang itu adalah kakak perempuannya, Nadia.

"Lebay amat sih kak, kita cuma pelukan doang. Biasanya juga kakak sering nonton adegan kissing." Ujar Jovan mencibir kelakuan sang kakak yang hobi nonton drama korea itu. Jovan jelas tahu ada banyak adegan kissing di drama kesukaan kakaknya itu, karena ia kadang di paksa okeh Nadia untuk menemaninya nonton.

Cherish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang