[Lima Belas]

546 74 12
                                    


Selamat membaca, 😄😄

***

Yhara terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul 07.15 menit, merasa bangun kesiangan, buru-buru ia bergegas ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan sikat gigi. Selesainya, ia langsung mencari keberadaan Jovan.

Ternyata tidak susah mencari keberadaan Jovan, karena ternyata Jovannya ada didapur dan yang sedang dilakukan cowok itu sekarang adalah menenggak air mineral dari dalam botol. Yhara hanya melihat dari posisinya berada sekarang, tidak terlalu dekat, dan tidak jauh pula, dan Yhara juga tidak serta merta langsung membuka percakapan, tentu saja tidak segampang itu, karena ia masih mengingat dengan jelas perlakukan Jovan padanya kemaren. Ia masih kesal.

Jovan yang menyadari kehadiran Yhara, urung melanjutkan aktivitas minumnya. Melihat dari cara Yhara melihatnya tentu Jovan paham apa gerangan yang membuat wanitanya itu menatapnya tajam seperti itu.

"Masih marah?" Tanya Jovan sembari meletakkan kembali sisa air mineralnya kedalam kulkas, lalu berjalan menghampiri Yhara.

Ditanya seperti itu, Yhara hanya melengos. Sekarang ia malah bingung, harus tetap memasang ekspresi marah pada Jovan atau tidak, pasalnya suaminya itu sudah bersikap ramah seperti biasanya.

Bingung harus bersikap seperti apa, Yhara akhirnya memilih untuk menyingkir saja, dalam hati ia merutuki dirinya, hanya kerena tatapan sendu milik Jovan, ia sudah lantas luluh.

"Yhara." Jovan menahan langkah Yhara, otomatis membuat Yhara kembali berbalik untuk menghadap Jovan. "Aku minta maaf atas kejadian kemaren."

Kali ini Yhara memberanikan diri, mendongak untuk menatap keseriusan di wajah Jovan. Hatinya tiba-tiba sesak, kenapa situasinya selalu seperti ini, selalu saja Jovan yang pertama kali meminta maaf, sedangkan dirinya terlalu menjungjung tinggi rasa gengsinya. Padahal jika mengingat kejadian kemaren, dirinya juga ikut andil dalam membuat Jovan marah.

Pelan-pelan, Yhara mendekat lalu memeluk tubuh Jovan, menyenderkan kepalanya kemudian mulai sesenggukan, akhir-akhir ini sepertinya perasaannya sangat sensitif sekali.

"Harusnya aku yang minta maaf, karena udah bersikap kekanakan kemaren sama Clara. Aku cuma takut kehilangan kamu Jo."

Sembari mengelusi rambut Yhara, senyum Jovan mulai terbit. Ia senang mendapati fakta bahwa Yhara sangat takut kehilangannya.

"Nggak perlu ngerasa takut, karna aku nggak akan ninggalin kamu, apalagi demi perempuan lain, karena masa depanku sudah ada dalam pelukanku sekarang." Sungguh, Jovan tidak bermaksud menggombal. Itu memang berasal dari hatinya.

Pipi Yhara bersemu, Jovan jarang bahkan hampir tidak pernah menggombal, dan mendapati Jovan yang mengucapkan kata-kata yang membuatnya serasa terbang, Yhara senang bukan main. Namun, demi mengilangkan rasa malu sekaligus gugupnya, Yhara mengalihkan perhatian Jovan dengan mencubit perut ratanya, membuat Jovan mengaduh kesakitan.

"MAMA, POKOKNYA NADIA NGGAK MAU TAHU, JOVAN SAMA YHARA HARUS PINDAH DARI SINI."

Teriakan Nadia otomatis mengagetkan Jovan maupun Yhara. Keduanya lantas melepaskan pelukan mereka lalu sama-sama menatap Nadia yang saat itu juga sedang menatap mereka.

"Apaan sih kak." Mama kemudian muncul, dan langsung menanyakan alasan Nadia berteriak.

"Mereka sering buat mesum dimana-mana Ma, nggak tahu tempat. Dan Nadia merasa terganggu." Lapor Nadia, gadis itu merengek seperti anak kecil saja.

Jovan mencibir kelakuan kakaknya, ia agak terganggu dengan pemilihan kata Nadia yang menyebutnya mesum. Padahal kan ia dan Yhara hanya berpelukan saja, tidak melakukan hal-hal yang tidak senonoh, jadi dimana letak kemesumannya.

Cherish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang