Taylor P.O.V
Setelah perjalanan yang membosankan tadi, sekarang aku dan teman-temanku sudah sampai di sekolahku, pada saat bus sudah berhenti semua siswa langsung berhamburan untuk segera menuju ke kelas. Aku pun segera turun dari bus, aku berjalan sendiri karena... yah... palingan kalian sudah tau, karena Harry sudah meninggalkanku dia lebih memilih untuk berjalan dengan Selena, memang sih aku hanya sekedar temannya, tapi Hello...? Apakah kamu bisa menghargaiku? Ah! Sudahlah, lupakan saja.
Aku berjalan melewati lapangan Basket, dan... tepat sekali! Aku melihat dia, Justin, sedang latihan dengan teman-temannya, wajahnya yang penuh dengan keringat karena kelelahan, ahhh! Dia sangatlah sempurna. Aku pun memulai imajinasiku yang menurutku sangatlah 'aneh' karena mana mungkin seorang Kapten Basket seperti Justin bisa menyukaiku si kutu buku. Saat aku sedang melamun, tiba-tiba ada sesuatu yang mengenai kepalaku, aku pun terjatuh ke lantai yang sangat keras sambil memegangi kepalaku, dan seketika itu pandanganku buram.
Justin P.O.V
"Justin! Lempar bolanya ke sini!" kata Ryan sambil berteriak menyuruhku untuk memberikan bolanya padanya, Ryan adalah temanku, kita sedang latihan untuk lomba Basket nanti. Aku pun melempar bola tersebut, sayangnya Ryan tidak bisa menangkapnya, bola itu menuju ke arah seseorang yang sedang lewat, tunggu! Orang yang sedang lewat itu kan... Taylor! Ya, Taylor! Kita semua pun berteriak untuk menyuruhnya menyingkir, tetapi anehnya dia masih belum menyingkir juga, dan.....
Bammm........!!!
Taylor terjatuh di lantai sambil memegangi kepalanya, aku merasa bersalah terhadapnya, karena aku yang membuatnya begini.
"Justin! Cepat bawa dia ke UKS, sebelum ada Guru yang lewat!" kata Ryan panik.
"Ok, baiklah, santai saja Ry." kataku sambil mengangkat Taylor atau menopangnya dan membawanya ke UKS. Sesampainya di UKS, aku membantunya berbaring di tempat tidur yang sudah di sediakan. Aku menatap wajahnya, dia cantik juga kalau dilihat dari dekat, tapi sayang dia sedikit menjadi kutu buku, kemana-mana dia di temani dengan buku, ckckckck......
Author P.O.V
"Dimana aku?!" kata Taylor sambil membuka matanya dan dia pun kaget melihat wajah seseorang sangat dekat dengannya, ya! dia adalah Justin.
"Justin, apa yang kau lihat? ada sesuatu di wajahku?" kata Taylor gugup sambil memastikan apakah ada sesuatu di wajahnya.
"Tidak... hanya saja kau begitu cantik, Tay!" kata Justin sambil terus menatap Taylor, wajah Taylor pun merona.
"Apa?! Aku tidak mendengarnya!"
"Oh, tidak! Lupakan saja! Aku pergi dulu yah, soalnya teman-temanku sudah menunggu! Bye Taylor." kata Justin dan mulai pergi meninggalkan Taylor, karena tadi dia sempat salah tingkah karena Taylor.
"Apa yang dia bilang tadi? Aku cantik, WOW! Akhirnya ada dia berkata bahwa aku cantik." kata Taylor dalam hati sambil senyum-senyum sendiri. Tanpa Taylor sadari sedari tadi saat dia melamun dan kemudian tersenyum sendiri, Harry melihatnya dari depan pintu UKS, memang tadinya Harry ingin menyapa Taylor untuk menanyakan keadaannya sekarang, karena tadi saat dia menanyakan keadaan gadis itu kepada teman-temannya mereka berkata bahwa Taylor sedang di UKS.
"TAYYYLLLOOOORRRRR!" teriak Harry, bermaksud untuk menyadarkan Taylor dari lamunannya.
"HARRY EDWARD STYLES! KAU BISA MEMBUAT AKU JANTUNGAN KARENA SUARAMU ITU!" kata Taylor yang sudah tersadar dari lamunannya karena suara Harry yang memanggil namanya dengan berteriak.
"Ok, ok! Aku minta maaf yah, Tay. Aku kesini cuma mau menanyakan kalau kamu sudah baikan atau belum." kata Harry sambil mendekati Taylor.
"Aku sudah baikan kok, kalau tidak kenapa aku bisa berteriak tadi?!"
"Oh iya, yah! Ayo kita ke kelas sama-sama, lagi pula sebentar lagi bel masuk, kamu tidak mau kan di hukum oleh Mrs. Berta guru 'killer' itu"
"Astaga! Kalau begitu ayo cepat!" kata Taylor sambil beranjak dari tempat tidur dan menarik Harry menuju ke kelas mereka, karena Taylor takut akan dihukum oleh Mrs. Berta. Mereka berdua pun sampai ke kelas mereka, untung saja guru itu belum datang jadi mereka berdua masih bisa belajar, mereka adalah anak yang pandai. Lima menit kemudian, Mrs. Berta masuk dan memulai pelajaran.
"Selamat siang, anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang Seni Rupa, jadi Seni Rupa itu adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Dan seni rupa itu terbagi atas--" kata Mrs. Berta yang mengajar tentang Seni Rupa, semua anak-anak di kelas itu sudah sangat bosan, kecuali Harry dan Taylor, mereka sangat memperhatikan setiap penjelasan para guru yang mengajar.
"Sampai disini pelajaran kita, karena kalian sudah mengerti ibu akan membagikan kelompok untuk membuat sebuah anyaman yang berupa sebuah taplak meja. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang, jadi inilah nama-nama kelompok tersebut: Kelompok 1 terdiri dari; Taylor, Harry, Selena, and Justin. Kelompok 2 terdiri dari---" kata Mrs. Berta.
'Yeah, aku satu kelompok dengan Selena dan Taylor!', batin Harry sambil tersenyum sendiri.
'Apa kenapa harus satu kelompok dengan Taylor sih, nanti Harry malah perhatian sama sahabatnya itu lagi', batin Selena sambil cemberut, karena dia tau kalau ada Taylor, Harry dan Justin akan perhatian padanya, dan akan membiarkan Selena.
'Akhirnya aku bisa satu kelompok dengan Selena, tapi pasti dia akan bersama Harry', batin Justin cemas.
'Yeah, aku satu kelompok dengan Harry, sahabat terbaikku', batin Taylor sambil tersenyum.
"Itulah nama-nama kelompok yang akan ibu bagi. Ibu berikan 3 minggu agar kalian bisa mengarjakan tugas itu, dan ingat semua anggota kelompok harus aktif, tidak ada yang tidak aktif. Sebelum kalian membuat taplaknya kalian harus membuat kayu untuk bingkainya dengan ukuran 60×60, kayunya harus tebal. Ok, pelajar sudah selesai, silahkan kalian istirahat." Kata Mrs. Berta pada saat bel istirahat berbunyi. Semua anak-anak pun keluar untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything has Changed (Taylor Swift love story)
FanfictionTaylor Alison Swift gadis yang mempunyai teman baik bernama Harry Edward Styles. Mereka berdua sering bersama hingga suatu saat mereka ditakdirkan untuk berpisah karena pekerjaan kedua orang tua mereka. Saat mereka berdua sudah dewasa takdir mempert...