Alert!!
gaje, kecepetan, efek habis us, duh jadi malu😶
------------------------------------
Matahari bersinar terik, Taehyung berharap akan ada awan yang menutup matahari itu supaya kulitnya tidak terbakar di siang hari sepulang sekolah seperti saat ini.Tapi, karena itu hanya harapan anak sekolah dasar berumur 10 tahun, Tuhan tidak mengabulkannya. Karena lebih banyak manusia di muka bumi yang membutuhkan sinar matahari untuk kelanjutan hidupnya.
Tetapi, untungnya saja ada semilir angin yang setidaknya bisa menyejukan tubuhnya. Dan harum bunga kamelia beserta krim kue yang terasa---
Tunggu, bunga kamelia dan krim kue?
Taehyung menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap tubuh laki-laki yang melewatinya tadi memakai seragam smp. Badannya tegap dan bahunya lebar, tingginya? Pasti lebih tinggi darinya yang baru kelas 4 sekolah dasar.
"Tunggu," Taehyung berlari kecil menyusul laki-laki yang melewatinya tadi.
"Ya?"
Taehyung seketika terpana melihat langsung wajah laki-laki di depannya. Mata bulat jernih, hidung bangir, pipi chubby, dan bibir ranum itu bisa terlihat mempesona dibingkai oleh bentuk wajah yang tegas. 'Aku menemukannya!'
"Apa kau mengingatku?"
Laki-laki di depannya terlihat mengerutkan dahinya tanda berpikir."Seokjin hyung, Seokjinnie hyung, hyungie tampan! Ini aku, Kim Taehyung. Taetae kau ingat?" Ia berujar semangat mencoba mengembalikan ingatan yang lebih tua.
"Aku seperti pernah bertemu denganmu, tapi aku tidak benar-benar ingat." Laki-laki itu, Seokjin menggaruk pipi menggunakan telunjuknya.
"Enam tahun lalu di musim panas, luka di lutut, band aid, eskrim coklat dan stroberi, papa Dae dan aku anak yang tinggal di kompleks N?" Taehyung belum menyerah, berdoa dalam hati semoga hyung tampan di depannya mengingatnya.
"Kau anak berumur empat tahun yang jatuh di taman itu?"
Taehyung mengangguk.
"Yang bilang aku habis dari toko kue?"
Taehyung mengangguk.
"Yang bilang aku tampan sebanyak 15 kali waktu itu."
Dengan pipi sedikit merona, Taehyung mengangguk.Seokjin memandang Taehyung lama. "Maaf, ya. Kau sepertinya menungguku lama sekali. Apa aku membuatmu sedih?"
Taehyung tersenyum. "Sedikit, aku tahu kau pasti akan datang. Meskipun telat enam tahun?" Taehyung terkekeh."Aku mengalami kesulitan saat itu, keluargaku harus pindah. Jadi yah... begitu. Apa yang harus aku lakukan sekarang, Taehyungie?" Seokjin bertanya pada Taehyung dengan raut bersalah.
"Belikan aku balon disana, warna hitam dan putih. Aku akan memaafkanmu." Taehyung terkekeh pelan ketika mengatakannya.
"Baiklah."
"Ditambah berbincang sampai sore?"
"Itu juga oke."
"Kau memang terbaik." Taehyung menggoyangkan tangan Seokjin di genggamannya.
"Sebentar," Seokjin menggerakan telunjuknya di telapak tangan kirinya seolah menulis sesuatu. "Karena sekarang, aku telah bertemu dengan Taehyung, aku akan mengabulkan keinginannya dan kita harus sering bertemu. Ingin menambahkan?"
"Hmm..." Taehyung berpikir. "Mari jangan berpisah."
"Baiklah, mari jangan berpisah." Seokjin mengusapkan kedua tangannya, menangkup pipi Taehyung dengan tangannya.
"Ayo kita melakukannya bersama-sama, Taehyungie?" Seokjin tersenyum tampan.
Taehyung merasa jantungnya berdetak seperti habis main kejar-kejaran dengan temannya."Eum, lakukan bersama." Taehyung mengangguk kecil.
Seokjin mengecup kedua punggung tangannya yang masih berada di pipi Taehyung.
Taehyung membatu bahkan sampai Seokjin melepaskan tangkupan dari pipinya. 'Apa itu tadi?'"Ayo, beli balon."
END
*ujuy

KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Filantropi
FanfictionIni adalah sebuah ungkapan bagaimana kasih tertuang. Atau ketika ia tertumpah. Atau mungkin, saat ia berlari menghindari keramaian para manusia yang haus akan rajutan asmara. Jangan tanya, tentang mengapa kadang kasih bisa begitu kejam mengaduk rasa...