Falling in Love with Ahjussi Series
Part 2
~~~
Taehyung melongo di depan dapurnya.
Seingat Taehyung, Daehyun Hyung nya masih kurus kerempeng, hobi memakai piyama bergambar kartun, dan yang jelas jelas tidak suka memasak.
Tidak berotot bisep yang menggoda, bersinglet hitam serta celana pendek selutut yang tengah menggoreng bacon serta telur mata sapi di dapurnya. Dan yang paling penting, Daehyun Hyung nya tidak setampan dan sepanas ini di pagi hari.
Sosok itu kemudian berbalik. Menatap Taehyung yang masih menggunakan piyama baby blue kebesarannya.
Taehyung dengan segera memperbaiki letak tangan piyamanya yang melorot hingga menampakkan bahunya yang putih. Kala mata pria itu mematai area tubuhnya itu dengan begitu intens.
"Sarapan Tae?" tanyanya mengbalikan kesadaran Taehyung dari ke blank an nya.
"Aah n-nde."
Taehyung lalu dengan kikuk mendudukan dirinya di kursi makan bersama pria ini.
Sosok pria yang ia ingat sebagai salah satu teman kantor kakaknya. Namun yang ia bingung adalah kenapa pria ini masih ada di rumahnya.
Pria ini meletakkan sebuah piring berisi telur mata sapi dan baconnya di hadapan Taehyung. Membuat pemuda ini kembali terpesona.
"Makanlah." ucapnya.
Namun Taehyung tak serta merta mengikuti ucapan pria tersebut.
"Hyung ku?"
"Eem Daehyun masih tidur kurasa."
"Aah dan Hyung?"
"Aku Seokjin, panggil saja Seokjin Hyung. Aku kelaparan jadi aku memutuskan untuk memasak."
Taehyung mengangguk samar lalu meraih segelas susu yang juga telah Seokjin siapkan. Dan tepat ketika Taehyung hendak memakan telurnya, tangan Seokjin tiba tiba mampir di sudut bibirnya.
"Manis, kalau makan jangan belepotan."
Aaarrgghhhh kubur Taehyung sekarang.
Dengan cinta Seokjin tentu saja.
[End]
.
.
.
.Ada yang mau lanjutan series ini? XD
Add oa kami ya jinv/taejin shipper^^
Id : @siy1170j
Om Seokjin menunggu xD
—Njoon
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Filantropi
FanfictionIni adalah sebuah ungkapan bagaimana kasih tertuang. Atau ketika ia tertumpah. Atau mungkin, saat ia berlari menghindari keramaian para manusia yang haus akan rajutan asmara. Jangan tanya, tentang mengapa kadang kasih bisa begitu kejam mengaduk rasa...