Ali mengganti earphone nya dan kembali memasangkan IEM di telinganya.Pip.
"Bagaimana?"
"Jadi bocah itu adalah seorang pembunuh?"
"Sudah percaya sekarang."
"Dia amatiran."
"Lo tahu itu dengan baik."
"Dia bahkan gak menyadari kalo semua perbuatanya di rekam cctv."
"Mungkin dia tahu, tapi dia sengaja melakukan itu agar ibunya bisa melihat."
"Dia gila!"
"Lebih gila elo."
"Whatever, jadi pertanyaan gue adalah kenapa gak ada satu pun berita tentang kejadian itu yang tersebar di masyarakat?"
"Kekuasaan tokoh Masyarakat."
Udah gue duga.
Pip. Pip.
Kekuasaan orang tuanya pasti yang membuat dia aman dari masyarakat sampai sekarang. Tapi jika memang pembunhan itu tidak di ketahui umum, apa yang mereka ketahui dari alasan kematian CEO kaya itu?
Ali membuka aplikasi searching nya untuk mencari jawaban. Ia ingin tahu, apa yang sebenarnya tersebar di telinga masyarakat luas tentang kejadian pembunuhan Rassya.
Keyword sudah di masukkan oleh Ali. Dan satu detik kemudian sudah muncul lebih dari seribu hasil dari website yang berbeda. Ali meneliti hasil yang keluar dari atas sampai bawah. Hingga ia berhenti pada sebuah judul artikel yang menarik perhatiannya.
Alasan sebenarnya tentang kematian CEO Mike Corp.
Ia segera membuka halaman tersebut dan munculah beribu baris huruf yang saling merangkai menjadi sebuah kata dan kalimat.
Scroll down.
Ali membaca dengan seksama. Seakan tidak ingin melewatkan satu kata pun.
Teuku Rassya dinyatakan sebagai saksi mata atas kejadian bunuh diri CEO Mike Corp.
Apa? Gila! Yang bener aja. Saksi mata? Bunuh diri? Wow.. kekuatan politik emang gabisa di hindari.
Setelah membaca artikel tersebut sampai habis Ali menghembuskan nafas nya ringan. Sekarang ia tahu kenapa insting nya sudah menunjukan tanda bahaya semenjak pertama kali melihat Rassya.
Cukup berbahaya.
Ceklek!
Suara pintu ruangan Prilly terbuka, membuat Ali segera berdiri dari duduk nya dan merapikan seragamnya lalu menundukan kepalanya sebagai tanda hormat pada tamu atasannya itu.
Setelah Rassya pergi Ali mengangkat kepalanya. Mendapati Prilly yang masih diam di depan pintu ruangannya yang terbuka.
"Anda butuh sesuatu Miss?"
Prilly menoleh ke arah Ali. Ia menampakan ekspresi ingin bertanya tapi bibirnya tidak bergerak sama sekali.
"Gue butuh lo."
Ali pun mengangguk, lalu segera mengikuti Prilly masuk menuju ruangan gadis itu.
"Ada yang bisa saya bantu miss?"
Prilly diam, ia hanya menatap Ali dengan tatapan sendu. Seperti ingin menangis tapi tertahan oleh sesuatu.
"Kita-"
Prilly berhenti, rasanya bibirnya kelu saat ia ingin mengeluarkan kalimat dari bibirnya.
"Kita-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Psychopath
Short StoryComplete. "Sekarang tarik saja pelatuknya" Ali tidak bisa menggerakan jari nya. Bahkan hanya untuk menyentuh pelatuknya saja pun ia tidak mampu. Tubuhnya terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. "Lo itu pembunuh bayaran terpayah yang pernah gue temui...