sebelas.

2.6K 180 2
                                        


Hari ini Prilly berangkat menuju Australia. Ia memutuskan untuk menemui adiknya. Pertama kali dalam hidup Prilly, ia merasa sangat khawatir. Ia takut jika nanti disaat ia datang ke pusaran adik nya, semua akan berubah menjadi buruk.

"Lo gapapa?"

Ali menanyakan kabar Prilly, ia tahu bahwa gadis di sampingnya ini sedang tidak baik. Bahkan disaat menunggu jam keberangkatan pesawat mereka pun Prilly sudah seperti ini.

"Lo tau pasti perasaan gue sekarang li."

"Gue tahu, tapi kematian Raja bukan salah lo Prill. Ini semua emang udah takdir tuhan"

Cih! Ali benar-benar pintar bermain kata. Takdir tuhan? Apa yang dimaksud dirinya? Bahkan Ali saja tidak percaya adanya tuhan.

Benar-benar psikopat brengsek!

"Tidurlah, tenangin diri lo."

Sesuai dengan saran Ali, ia mencoba untuk menenangkan diri. Mengistirahatkan tubuhnya yang memang sudah di ambang batas untuk berdiri. Terlalu banyak beban yang berada di pundak gadis itu sejak kedatangan Rassya dengan berita buruknya.

***

"Raja, kakak datang."

Prilly menyentuh batu berwarna abu-abu bertuliskan nama adiknya. Ia tersenyum, menghirup dalam-dalam angin di sekitar pusaran adiknya.

"Maafin kakak karena selama ini udah nggak meduliin hidup kamu."

Sekali lagi.

Prilly menghirup kuat udara di sekitarnya lalu menghembuskannya kasar. Hanya mencoba untuk menahan air matanya yang sedari tadi mendesak ingin keluar.

"Maafin kakak Raja, maafin kakak"

Mungkin sedari tadi hanya tiga kata itu saja yang ada dalam pikiran Prilly. Bibir nya bergetar karena menahan tangis, wajah nya merah. Ia tidak sanggup mengucapkan kata lain selain kata 'maaf' dari bibirnya.

Melihat batu dengan nama adiknya terukir di atasnya ternyata benar-benar menyebabkan dampak besar bagi Prilly. Sebenarnya ia sempat ingin beristirahat dulu di hotel setelah lepas landas, tapi pikirannya berubah mengingat kesalahan yang telah ia perbuat hingga menyababkan adiknya meninggal seperti ini.

"Raja-Hiks......Hiks....Raja kakak minta maaf...hiks...."

Prilly tidak kuasa lagi menahan tangisnya. Butiran air mata jatuh di pipinya membuat sebuah genangan air di kelopak mata gadis itu. Sungguh, ini benar-benar menyakitkan bagi Prilly.

"RAJA! Hiks.......Hiks......"

Ia semakin mengeraskan suara tangisannya. Semakin sesak hatinya hingga nama adik nya begitu terngiangan-ngiang di otaknya. Membuatnya tidak tahu harus melakukan apa selain meneriakkan nama adiknya.

Posisi Prilly yang tadinya jongkok. Kini sudah terduduk lemah dengan memeluk batu nisan adiknya. Tangisnya pecah hingga membuat nafas nya terputus-putus.

Ia tidak bisa menerima Raja pergi begitu saja. Bahkan Prilly belum sempat menemuinya, ia juga belum berhasil membuat adiknya di pandang baik oleh keluarga Latuconsina. Terutama neneknya yang sudah memisahkan Raja dengannya maupun orang tuanya.

Dari kejauhan Ali hanya mengamati gadis itu dengan berdiri di samping mobil hitam miliknya. Ia berulangkali mengerutkan dahinya setiap melihat Prilly begitu terpukul dengan kematian Raja.

Itu cuma sebuah nyawa.

Sekarang ia sedang menimbang-nimbang sesuatu. Informasi yang diberikan Kaia tadi benar-benar tidak terduga. Ia tidak tahu bahwa ini yang sebenarnya akan terjadi.

Flashback On

Ali dan Prilly mendarat dengan selamat di Australia. Mereka segera menuju tempat parkir yang ada di bandara untuk mengambil mobil yang memang sudah di siapkan.

Pip.

"Ada apa?"

"I have very important information"

"Not now, gue ada sama Prilly sekarang"

"But you should know now! Tell her you want to go to the toilet"

"Oh okey, wait"

Pip. Pip.

Ali menoleh ke arah Prilly lalu menyuruh gadis itu untuk menunggu di mobil sedangkan ia pergi ke toilet.

Pip.

"Safe"

"Apa yang diketahui gadis itu tentang penyebab kematian adiknya?"

"Sebuah kecelakaan."

"OH MORON! Lo juga berpikir seperti itu?"

"Itu gue-"

"Itu adalah kecelakaan yang disengaja."

"What do you mean?"

"Teuku Rassya telah membunuh Raja Latuconsina"

"Oh begitu."

"Dan 1 miliar harga untuk nyawanya."

"Siapa yang membayar."

"Klien yang membayar untuk perlindungan penuh terhadap Prilly."

"Sial! Siapa si itu klien? Kenapa dia bisa tau duluan tentang pemubunahan berencana itu"

"Itu bukan urusan kita. Tinggal lo kerjain dengan bersih dan kita dapat uangnya"

"Deal."

Pip. Pip.

Flashback off.

Menurut informasi dari Kaia, saat ini Rassya sedang berada di Australia. Jadi kali ini Ali harus berhasil membuat Prilly tinggal lebih lama disini.

Membunuh di negara lain lebih menyusahkan. Apalagi membunuh amatiran seperti Rassya. Ia memang seorang yang tidak ahli, tapi cukup berbahaya untuk di hadapi Ali.

Kekuasaan hukum nya dimana-mana. Bisa membuat seorang X2 dalam masalah jika tidak di tangani dengan baik.

Sekarang Ali sudah memutuskan, tepat pada malam ini. Ia akan membuat Rassya segera bertemu dengan Raja. Ia akan membuat tubuhnya hancur tak berbentuk.

Di dalam lubuk hatinya, Ali sudah membuat rencana besar untuk targetnya. Rassya adalah target spesial, mungkin nanti untuk pertama kalinya X2 sedikit mengeluarkan keringat untuk membunuh Rassya. Tidak seperti target-target sebelumnya, yang hanya dengan di acungkan pisau di depan leher mereka, sudah mampu membuat kencing di celana.

Ali tersenyum lalu kembali fokus melihat Prilly. Gadis itu sudah meninggalkan pusaran adiknya dengan mata bengkak yang masih di banjiri air mata. High heels nya terlihat sudah tidak mampu membawa beban tubuh gadis itu. Ia berjalan dengan tidak seimbang.

Pandangan matanya fokus ke arah bawah, mungkin ia  berjalan dengan melihat ke arah sepatunya.

Tiba-tiba langit berubah menajadi mendung dan tidak lama kemudian menjatuhkan rintikan air hujan ke bumi. Ali segera membuka bagasi mobil dan mengambil payung.

Tetapi belum sempat Ali membuka payungnya, tidak jauh dari posisinya, Prilly sudah tergeletak di tanah dengan air hujan yang membasahi tubuhnya.

Gadis itu pingsan, ia memang sudah tidak dapat menopang tubuhnya sendiri.

Segera Ali menggendong Prilly dan memasukkan tubuh gadis itu kedalam mobil. Prilly harus cepat cepat di hangatkan. Tubuhnya dingin, kulitnya pucat sudah seperti mayat.

***

Ali membaringkan tubuh Prilly di atas ranjang. Ia memutuskan untuk membawa Prilly ke hotel, tidak mungkin ia membawa Prilly ke rumah sakit. Itu terlalu berbahaya, mengingat ia dan Prilly datang ke Australia secara diam-diam. Selain itu Rassya juga masih hidup, sebelum Rassya mati di tangan Ali. Prilly tidak boleh lepas pengawasan darinya.

Tidak boleh ada yang tahu jika Prilly sedang berada di Australia. Setidaknya jangan sampai malam ini.

Tbc.

Handsome PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang