enambelas.

2.5K 147 2
                                        


Suasana kantin di dalam kantor perusahan Latuconsina Group sedang sangat ramai. Banyak karyawan yang sedang menikmati makanan mereka. Bisa dilihat bahwa setidaknya hampir 90 persen karyawan perusahaan sedang berada di kantin sekarang. Padahal biasanya walaupun di jam makan siang sekalipun, kantin perusahaan tidak pernah seramai ini. Karena pasti banyak yang akan lebih memilih makan di luar kantor bersama teman-teman. Dengan menikmati waktu istirahat yang sebentar tanpa melihat suasana kantor sedikit pun.

"Kenapa lo ngajak gue kesini?"

Senyum Prilly melebar mendengar pertanyaan Ali. Ia tahu pasti sekarang lelaki yang ada di sampingnya ini sedang berpikir, mencari alasan, dan membuat berbagai hipotesa.

Kenapa bos nya mengajaknya ke kantin perusahaan? Padahal mereka sudah melewatkan jam makan siang.

"Ayo kita makan siang!" Ajak Prilly lalu segera menarik lengan Ali menuju counter makanan.

"Tapi kan kita udah makan siang."

Ali sedikit menahan tangannya untuk menahan Prilly. Gadis itu cukup kuat ternyata jika sedang bersemangat.

"Udah ah ayok."

Ali dan Prilly memasuki area kantin. Meja dan kursi sudah dipenuhi oleh para karyawan dari bagaian atas maupun bawah. Sejenak Ali merasakan ada yang aneh dengan kantin perusahaan hari ini. Mata nya yang tajam tadi sekilas menangkap menu makanan asing yang sedang di santap oleh salah satu karyawan yang ia lewati.

Bukankah di kantin perusahaan tidak ada menu makanan seperti itu?

Sebenarnya ia ingin menanyakan itu pada Prilly. Tapi ia urungkan karena mungkin bos nya itu akan menganggapnya aneh karena menanyakan pertanyaan tidak penting seperti itu.

"Ali, lo ambil tempat duduk aja. Gue yang antriin makanannya."

Ali ingin menolak tapi Prilly langsung menyuruhnya untuk pergi. Memang sih Ali tidak begitu peduli jika Prilly melakukan itu untuknya, toh dia juga tidak pernah merasa tidak enak ataupun khawatir pada orang lain, selain pada Kaia dan dirinya sendiri.

Tapi bagaimanapun di lihatnya, ia tidah seharusnya bersikap seperti itu pada Prilly. Karena seorang sekretaris tidak mungkin memberitakan perintah pada bos nya.

Lupakan saja, Ali tidak akan peduli tentang hal seperti itu. Disaat ia melihat Prilly sedang sakit saja yang ia rasakan adalah harsat pembunuh, bukannya rasa simpati. Jadi hal-hal yang berhubungan dengan perasaan simpati pada manusia itu tidak akan terjadi pada Ali. Karena tidak ada yang namanya perasaan simpati tulus di dalam hati lelaki psikopat itu.

Ali menemukan meja yang masih kosong tidak jauh dari tempatnya sekarang berdiri. Ia pun bergegas sebelum meja itu terisi.

Dia bukan sih tokoh utamanya?

Itu bukan si sekretarisnya nona Prilly?

Gue jarang banget liat dia keliaran di perusahaan, ngumpet di ruang nya CEO terus kali ya?

Katanya ada rumor kalo mereka pacaran.

Setuju aja si gue, cocok kok. Ganteng ama cantik.

Telinga Ali yang super tajam itu sedari tadi mendengar suara-suara bisikan dari karyawan lai yang sedang makan siang di dekatnya. Ia terlihat tidak peduli, tapi sebenarnya ia mendengarkan. Apalagi saat ada salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa Ali adalah tokoh utamanya dan itu membuat Ali berpikir. Apa sebenarnya yang terjadi?

"Ali!! Makanannya udah dateng."

Dari jauh Prilly mengampiri Ali sembari membawa sebuah nampan yang berisi full makanan kesukaan Ali. Ia juga membawa sebuah tas kertas besar yang ia cantolkan di pergelangan tangannya.

"Nih makan, di habisin ya."

Prilly duduk di hadapan Ali lalu meletakkan nampan yang ia bawa tadi.

"Gue doang yang makan? Lo nggak?"

"Udah, dan btw ini makanan gue masak sendiri. Khusus buat yang lagi ulang tahun."

"Makasih."

"Sama-sama. Oh iya, satu lagi. Hari ini kantin perusahaan emang sengaja buat menu yang berbeda."

"Sengaja? Buat apa?" Tanya Ali sambil menyuapkan sesuap nasi kedalam mulutnya.

"Karena gue yang minta. Buat ngerayain hari ulang tahun lo."

Uhuk!

Mendengar jawaban Prilly barusan sukses membuat Ali tersedak. Sungguh tidak terduga, gadis di hadapannya ini memang penuh kejutan.

"Jadi maksud lo it-"

Belum selesai Ali mengakhiri ucapannya, Prilly memotong dengan cepat.

"Iya! Sebenernya gue cuma mau ngerayain berdua. Eh tapi ternyata banyak banget karyawati disini yang nge fans sama lo. Jadi mereka ngusulin tentang ini ke gue."

Ali terdiam. Banyak karyawati yang ngefans sama dia? Itu berarti secara tidak langsung identitas aslinya bisa terungkap dengan mudah.

Ini pertanda buruk. Kalau sampai berlanjut semuanya rencanya tidak akan berjalan mulus.

Kalau sampai ada salah satu karyawan ataupun karyawati disini yang tahu tentang dirinya, semuanya akan menjadi rumit. Ia harus segera meminta Kaia untuk lebih menutupi identitas gelapnya.

***

Ali sedang duduk diam di kursi sekretaris nya. Telinganya fokus mendengarkan apa yang di katakan Kaia lewat IEM nya.

Kaia menjelaskan tentang apa yang akan ia lakukan minggu depan. Tepatnya di saat Latuconsina Group akan mengadakan garden party untuk merayakan ulang tahun perusahaan.

Sebelumnya Ali berniat menyuruh kakak cantiknya itu untuk sesegera mungkin mengunci data-data pribadinya. Agar tidak mudah di jangkau dengan internet atau pun yang lain. Dan Kaia pun langsung melakukannya. Tanpa ada hambatan sama sekali.

Kaia menghembuskan nafas kasar ketika mencoba menulusuri sebanyak mungkin informasi tentang X2 yang tersebar di internet. Ia sedikit tidak percaya dengan apa yang dia liat di layar komputer nya. Ada kurang lebih dua puluh akun sosisal media instagram yang berisi foto-foto Ali di dalamnya. Terlihat sekali kalau foto tersebut di ambil diam-diam tanpa sepengetahuan sang objek foto.

"Sudah! Gue yang urus itu ntar, sekarang dengerin gue."

"Hm"

"Kita dapet tugas terakhir Ali. Lo berhasil lakuin ini. Uang satu karung masuk rekening kita."

"Tentang Prilly?"

"Iya."

"What?"

"Kill her and we get the money."

Pip.

Tbc.

Handsome PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang