chapter17

44 7 0
                                    

Jangan lupa Vote dan Comment serta saran untuk cerita ini, makasi.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dion melangkah kan kakinya menuju kamar yang sudah penuh dengan balon dan pernah-pernik ulang tahun.

Langkanya menuju ke arahku yang sedang memegang Kue berlambangkan bola kesukaan Dion.

" Kamu yang bikin semua ini? " Tanyanya menatap lurus pupil mataku.

" I-iya... "
Jawabku gugup seakan takut melihat Dion menatapku dalam-dalam.

Suasana Kamar yang tadinya penuh sorak sorai kembali hening seketika Dion bertanya akan apa yang dia lihat di Kamarnya.

" Kamu kenapa? Saya malah seneng kamu dan yang lain ingat hari ini ulang tahun saya, yang sama sekali saya gak peduli." Ucap Dion mengusap pipi ku yang penuh dengan ketakutan ini.

Awalnya aku merasa Dion marah karna seharian ini. akibat kerja sama antara aku Resti membuatnya mutar-mutar ibukota . Dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mencari pasien bernama Avi.

" Kamu gak marah? " Tanya ku pelan.

Dion menggelengkan kepalanya dan tersenyum ke arahku.

Ucup langsung bersorak diikuti sorakkan dari Rasyi, Resti dan yang lainnya.

Potongan kue pertama dari Dion menuju ke arah ku, aku membelakangi Dion seketika mengambil minuman kebelakang, langsung saja Dion mengikutiku kebelakang .

" Hay," kejut Dion padaku.

Aku langsung membalikkan badan seraya mengambil minuman, untuk mereka yang saat ini hadir merayakan malam ini.

" Potongan pertama ini buat seseorang yang pernah ada, seseorang yang pernah menghiasi hidup saya," Satu potongan kue mendarat di depan bibir ku.

Aku terdiam dan sendok berisikan kue pun tertahan di depan bibirku.

" Kamu, kamu alasan saya berubah dari yang biasanya, kamu mengeluarkan saya dari dunia malam yang dulu sempat saya geluti, kamu merubah drastis hidup saya." Ucap Dion dengan pelan, tanpa pikir panjang aku langsung memakan Kue pertama dari Dion.

Dion meletakkan piring berisi kue pada meja makan yang ada di dapur, tepat dimana aku dan Dion sedang berdiri.

Dion langsung memelukku kuat, mengecup keningku dengan penuh rasa, entah itu hanya sekedar ucapan terima kasih, entah itu apa semuanya masih diragukan.

" Aku tau, kamu bilang gini karna kamu gak ing----"
Dion memotong pembicaraanku dengan mendekap Erat tubuhku.

" Udah, kali ini aku mohon biarkan Saya bicara, jangan sampai ada pertengkaran, perdebatan, diantara kita pada hari yang sangat berarti ini Avi."

" Maafkan saya yang sempat pergi dari kamu yang udah ngelakuin apapun buat Saya, sampe kamu rela keluar jam segini cuma buat bikin acara ini, kamu memang prempuan yang pantas untuk dipertahankan." Ucap Dion.

Suara telapak kaki terdengar dari depan, tak lama kemudian datang lah Resti dengan Rasyi, berniat ingin mengejutkan aku dan Dion.

Aku segera menoleh ke samping untuk melanjutkan mengambil minuman dengan rasa grogi yang melanda.

" Uhukk... Cie cie udah balikan aja."

Ucap Resti merayu ku.

" apaan sih. " Dengusku menutupi malu dan berjalan menuju ruang tamu.

                                  *

Tepat pukul satu dini hari, disaat semua orang tertidur lelap, aku dan Dion keluar rumah membawa tikar merah yang pernah dibawa Dion pada saat Piknik.

Mereka ( Rasyi, Ucup, Resti and the geng) saat ini sedang berada di ruang tamu menikmati segelas minuman yang ku bawakan tadi dengan menyaksikan film Horror tersebut.

Dion mengajakku untuk memandangi gemerlap langit pada malam pergantian usia nya itu.

Dion membentangkan tikarnya, dan aku segera duduk dan memandang ke langit sambil berkata " Liat deh, diantara banyak bintang, bintang itukan yang paling terang! Hey kamu liat kan?" memegang jamari tangannya tanpa menoleh padaku

" Kamu deng..." aku memalingkan wajah ku melihat ke arah Dion, tatapan Dion yang lurus menatap pupil mataku, membuat ku terpaku dan terdiam.

" Iya, kamu benar. Memang bintang yang paling jauh itu yang gemerlapnya paling terang, tapi yang paling indah itu kamu." Ucapnya tersenyum padaku .

Semakin hari Dion membuat ku semakin menggilainya, bukan karena paras dan tutur katanya, melainkan karna dia terlalu memanjakan hati ku yang terlalu sering disakiti dan menyakiti laki-laki ini.

Aku menjawab ucapan Dion, " Ah apaan sih, gak usah ngegombalin anak orang, udah basi tau gak!!! "

" Udah gak usah ngepungkiri hal yang harusnya gak kamu pungkiri, Saya tau kok kamu itu masih sayang kan sama saya, mana ada sih yang rela ngelepas Dion yang ganteng ini." Dengan tingkat pede yang sangat tinggi Dion mengatakan kata-kata kotor itu lagi.

Praaakkk
Satu pukulan melayang pada bahunya Dion. Dion bukannya merasakan sakit tapi malah ketawa cingengesan sambil bilang " Aw... Lagi dong"

Prakkkk
Pukulan kedua melayang di pundak Dion.
" enak ya dipukul cewek, bukannya sakit tapi berasa ada yang mijitin wkwkwk "
Katanya sambil tertawa.

" dasar gatel " katanya mencubit Dion dan membalas dengan tawa.

Selesai dengan ucapan itu lagi, aku langsung saja kepikiran untuk menanyakan sesuatu yang sedang aku pikirkan ini.

" Dion, aku mau nanya..."

" ini udah mau hari kesepuluh loh," Ucapku pada Dion dengan memberi kode-kode an.

" Besok adalah hari ke sembilan, dan tepat pukul 12 nanti, kita akan akhiri drama ini, entah itu kamu akan saya pertahankan, atau Sisi yang akan ada dikeseharian saya." Ucapnya.

" Kalo pada akhirnya kamu masih punya pilihan, terus kenapa kita harus dekat lagi? Kenapa kita harus bareng-bareng lagi dan ---" Dion menghentikan ucapanku.

" Hidup ini butuh pilihan, saya butuh waktu." Ucapnya menderih.

Ucapan Dion barusan mengundang tangisku keluar, seakan tak tahan, aku langsung berdiri dari dudukku .

" Dunia memang gak adil untuk orang ke tiga sepertiku, namun salahkah aku mempertahankan rasa yang sempat tumbuh? Kamu terlalu egois... Aku benci." aku berlari meninggalkan Dion dengan penuh tangis menuju ke dalam rumah Dion untuk mengajak Resti dan yang lain pulang.

Dor...
Bunyi pintu rumah Dion terdengar keras saat aku membukanya, sehingga membuat mereka menoleh dan terhenti sejenak.

" Pu...pu...pulang yuk," Gugup ku dengan menghapus tangis.

Resti terkejut dan segera menghampiriku " Ya ampun, kamu kenapa? " Ucapnya penuh tanya.
.
.
.
.
.
Menurut kalian gimana sejauh ini?

Kata untuk

Dion :

Avi :

Vote dan comment yah

My MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang