kuatku

32 3 0
                                    

Ini bukan tempat sembarangan orang buat singgah, tapi hanya orang spesial lah yang bisa singgah dan masuk kesini, tidak butuh banyak rupiah untuk memasukinya, hanya butuh banyak kebahagiaan untuk memasukinya, yaitu hatiku.
                              
                               *

Dion memang selalu begitu, datang pergi sesuka hatinya.

" Avi, dengerin saya sekali ini aja. " ucapnya memohon, " Gak aku gak mau dengar " kataku menutup kedua telingaku. " Avi, Tolong! Saya tau kamu gak setega itu. " katanya.

Aku menghirup napas dalam-dalam lalu perlahan ku turunkan tanganku ke paha ku, lalu ku hembuskan kembali. " ini terakhir kali kita ketemu, ini terakhir kal---" kataku dan Dion memotong pembicaraan ku lagi. " ya, ini terakhir kali saya ninggalin kamu, dan terakhir kali kamu single. Karna sekarang kamu akan jadi milik saya lagi, sama seperti dulu." katanya dengan tinggkat kepedean sangat tinggi.

Ya, tidak banyak berubah dari Dion, dia masih Dionku yang Dulu. Dia masih manusia yang memiliki tingkat kepedean paling tinggi, entah kenapa begitu. Mungkin memang tipekal orangnya yang suka aneh .

" Mungkin dulu saat saya ninggalin kamu karna sisi memang jahat." katanya. " Yaudah aku udah tau itu, gausah jelasin." celetusku. " kamu emang gak pernah berubah ya Vi, tapi itu disaat saya berada pada tekanan, saya sayang kamu... Saya juga sayang Dia, dulu kan sempat saya bilang, kalian itu sama, saya gak bisa milih salah satu, namun karna menurut saya kamu gak pernah mempertahankan posisi saya, lalu buat apa saya berjuang untuk kamu, kamu sama sekali tidak memperjuangkan saya, malah melepas begitu saja." Suaranya terasa sangat penuh dengan tekanan.

" Dion, " aku memajukan mulutku, " berhenti menyalahkan aku, karna saat ini kamu tidak pernah mengerti apa itu kata sayang, aku bukan tempat pelampiasan kamu, ketika kamu ditinggal Sisi dan ketika Sisi pergi sama cowok lain lalu kamu kesini, kamu pikir hati ku apa? Seenaknya kamu datang lalu pergi. " aku langsung memalingkan wajahku ke arah lain.

Kembali ku ucap " Dion kamu harus tau, kamu adalah salah satu spesies cowok brengsek yang pernah aku temui, jadi berhenti untuk mengganggu ku." aku sudah bilang berkali-kali namun Dion kekeh pada pendiriannya.

Dion berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju pintu rumahku, geraian kain pintu pun berbunyi, Dion menoleh kebelakang ke arahku " mungkin kamu lupa, bahwa aku sempat menjadi orang yang pernah ada di hati mu Vi, namun tidak sekarang." dia berlalu dan pergi dari pandanganku.

                                 *
Hari ini aku sedang bergegas mempersiapkan hari istimewanya Hesti, lebih tepatnya hari lahirnya, kali ini Hesti merayakannya di kafe dekat rumahku, selurus jalan ini lalu mentok sedikit.
Kebetulan yang nge-band hari ini adalah Dion dan kawan-kawan, Hesti memang tidak mengundang Dion bahkan dia juga tidak mengundang Sisi namun jam manggungnya memang pas dengan acaranya Hesti.

Bagaimana mungkin aku dipertemukan dengan Dion dan Sisi, apa jadinya? Aku sempat berfikir, kenapa Sisi dan Dion bisa datang kesini? Apa ini jebakkan? Batinku berucap, enggan saja rasanya aku ingin marah sama Hesti, mengundang mereka tanpa memberitahuku dahula, tapi terlepas dari itu, aku kan juga hanya tamu dan apa jadinya kalo aku merusak pesta Hesti, apalagi ini adalah hari bahagianya Hesti, ah bodoh sekali, masa bodoh lah dengan mereka berdua kataku, tentunya dalam hati.

Aku berjalan menuju ruangan itu menggunakan gaun merah, yang sangat merona, dengan heels tinggi, dengan ikat rambut dikepala. Bergaya dengan sesimple mungkin itu adalah diriku, memang sangat apa adanya, karna terlalu benci di ribetkan hehehe

Acara sedang berlangsung dan aku duduk di kiri dekat dengan Resti dan temanku lainnya, aku melihat sekelilingku, pas saat itu tatapan Sisi pun mengarah padaku, tepat sekali tatapan sisi sangat kejam, aku langsung menoleh dan membiarkan itu berlalu.

My MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang