'chapter9'dinner

80 31 10
                                    

Sisi...
Ya, benar sekali itu Sisi.
Yang di bonceng Dion adalah Sisi.

Aku sontak kaget melihat ini, sekaligus pertanyaan langsung melingkari kepalaku.
"Ah benarkah itu Dion? Apa dia balikan sama Sisi? Terus dia bilang kal---" Aku menggelengkan kepalaku seakan berhenti melamun dan melanjutkan perjalanan menuju sekolah, yang berada dekat dari sekolahnya Dion.

                                                                                                        *

Jam istirahat kali ini, aku memilih untuk duduk ditaman sambil baca novel tereliye-hujan. Salah satu penulis yang aku gemari sih, mungkin karna bahasanya yang baku dan penuh makna itu.

Tiba-tiba saja terdengar suara memanggilku Avisa, sepertinya itu suara Dion, ucap bathinku . " Ah itu mungkin karna aku terlalu kesal dengan Dion, mangkanya konsentrasiku jadi pecah ." Kataku berbicara sendiri.

" Pecah karna kamu terlalu sering mikirin saya kan? " Ucap Dion seakan dia saja lelaki di dunia ini.

Aku menoleh kebelakang dan ternyata itu bukan sekedar ilusi.

" Dion," Sontakku terkejut.

Aku segera bangun dari tempat dudukku, dengan keadaan buku di tangan,

Tanyaku menyerbu Dion berturut-turut " Kamu ngapain disini?"
" Kamu kenapa bisa masuk ke sekolah ini? Kamu cabut lagi?"
"...Cepat balik." Ucapku mengusirnya dan berbalik memunggunginya.

Dion memajukan langkahnya selangkah, dia berusaha mendekatiku, " Saya cuma mau nganterin ini," Kata Dion menggapai tanganku dan memberikan satu buah escriem magnum yang sangat lezat.

Dion sangat tau sekali kalo aku sangat suka escream . Tapi tetap saja aku kesal sama kejadian tadi pagi.

Aku melepaskan tangannya dan mengembalikan escream itu padanya, " Kamu kenapa bisa masuk kesini? Apa gak ada Mang Diman diluar sana? " Ucapku kembali membalikkan badan berlawanan arah dengan Dion.

" Ya, saya manjat pagar sekolah kamu, tapi ketahuan satpam sekolah kamu, ya saya lari aja kesini bawain ini buat kamu, kurang romantis apa saya buat kamu, dan bentar lagi Mamang kamu bakal datang dan usir saya, mangkanya kamu ambil escream saya aja, seenggaknya buat hargain saya yang udah susah-susah manjat pagar sekolah kamu ini." Katanya tanpa harus memasang tampang bersalah sedikitpun.

Sedikit tersentuh dengan kata katanya barusan.

Aku melihat mang diman mengarah ke arah aku dan Dion berdiri.

" Yon, kamu cabut gih, itu Mang Diman kesini!" Aku bicara seakan mengusir Dion pergi.

Dion memutar kepalanya melihat kebelakang, dan ternyata bener Mang Diman berada di belakang nya.

" Hehe... Bapak, iya saya keluar deh." lemas Dion berkata manis ketika mata Mang Diman melototi Dion.

Mang Diman langsung saja menunjuk kan jarinya ke arah pintu keluar pada Dion, " kamu udah dilarang masuk, masih aja masuk, gak bisa baca toh kamu nya? Dasar sampean " kata mang Diman keras sehingga mengundang mata disekitar tertuju pada kami.

Dion langsung berjalan keluar tapi sebelum dia pergi dia masih saja mengangkat tangannya dan menggerakkan jarinya " Dada." ucapnya padaku dan tersenyum lebar...

                                                                                                *

" Hallo... Bunda Avi udah pulang nih, Bunda dimana?" Kataku menelfon Bunda.

My MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang