Dion mulai menyanyikan lagu dangdut yang berjudul Darah muda, memang darahnya muda sekali, sampai-sampai lagunya ikut-ikutan muda.
Darah muda, darahnya para rema---
Tak henti-hentinya Dion bernyanyi dan memetik Gitarnya, seketika aku bosan mendengarkan lagu yang sedang dia bawakan." Ettttsss diam!!! " Ucapku memotong Lagunya Dion.
Sejenak aku dan Dion terdiam, lalu aku sambung lagi lagu Dion tadi dengan lagu raisa yang berjudul mantan terindah.
Mengapa engkau saat itu, putuskan cintaku, dan saat ini engkau slalu ingin bertemu, dan memulai jalin cinta, mau dikatakan apa lagi, kita tak akan pernah sa---
Dion menghentikan aku,
" Jangan diterusin, itu curhat kan! " Katanya dengan tersenyum manis lalu tertawa perlahan.
" Yee... Enak aja, tu mulut asal ngomong aja ya." Jawabku menunjuk-nunjuk ke arah bibir Dion.
" Saya senang, kamu udah bisa nerima saya, kamu udah bisa maafin saya, dan saya juga senang, sekarang kita udah kayak dulu lagi, meski tanpa hubungan yang jelas." Ucapnya padaku, suasana senyap menghidupkan situasi yang saat ini hadir antara aku dan Dion.
" Tapi cinta gak gini, cinta butuh kejelasan, cinta itu terang-terangan, bukan ngegantung saat sama-sama sayang, dan saling diam di dalam kegelapan, ini namanya apa? Friendzone? Semua cewek butuh kejelasan, termasuk AKU!! " Tegasku dengan nada tinggi.
" Saya ngerti, saya gak bisa milih antara kamu dan Sisi, kalian itu punya kemiripan pada wajah, bedanya kamu anak rumahan yang gak bisa keluyuran seenaknya, dan kamu bisa dibilang cewek baik-baik yang pantas dipertahankan, sedangkan Sisi kamu tau lah, kalian itu ibaratkan pinang dibelah dua, disatu sisi saya masih mencintai masa lalu, disisi lain saya juga gak rela kamu sama yang lain, dan bahkan saya gak bisa jauh dari kamu saat ini." Ucapnya menghentikan petikan Gitarnya dan menatap lurus pada danau yang ada di depan nya.
Seketika gurauan antara aku dan Dion hilang. senyum yang terpampang pada raut pipinya mulai hilang, semuanya berubah drastis menjadi diam dan senyap.
" A--aku ngerasa saat ini, aku udah Jahat sama Sisi, disini aku salah, mengikuti kemauan kamu tanpa tau gimana rasanya jadi Sisi. Gak kebayang deh, seandaikan dia tau nanti, dia akan bilang apa,gimana reaksinya? Pasti bakal marah banget, huhh." Seketika aku membayangkan apa yang akan Sisi ucapkan saat tau apa yang telah aku dan Dion lakukan dibelakangnya.
" Kamu tenang aja, semua resiko ada pada Saya, kamu gak perlu cemas kita akan selesaiin ini semua, seperti yang udah pernah aku janjikan sama kamu." Balas Dion menenangkan aku, dan aku membalas dengan menyender pada bahunya.
***
Hari ini adalah hari ultah Dion yang ke 18 tahun, dan sebentar lagi aku juga mau tamat dari SMA ini.
Aku bingung mau ngerayain ultah Dion gimana, coba aku tanya Resti, bathin ku berkata-kata.
Saat ini Resti sedang bersama dengan Fanny, Rania, dan Ega yang akrab dipanggil Egg ( Egg yang berarti telur, wanita satu ini pecinta telur, seketika saja namanya berganti menjadi Egg, tiga huruf yang berarti sangat dalam hihi).
" Woi... Aku boleh gabung gak sih? "
Tanyaku pada mereka." Yaelah, mau ikut cerita aja lo susah banget Vi, " Jawab Rania menepuk pundakku.
" Aku pengen mintak saran kalian buat ngebantuin ngerayain party nya doi, ada yang mau ngasih ide dan ngebantuin? "
Ucap ku pada mereka, lalu duduk disebelah Resti.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Memories
Romansa[akan di Revisi setelah selesai] Follow dulu sebagian cerita di prifacy kamu menghilang bagaikan air garam yang larut dalam air bening yang lama lama akan menjadi kenangan, dengan kenangan aku sempat berbicara sendu di deras hujan namun, apa boleh...