kesempatan

33 1 0
                                    

Kesempatan itu selalu ada untuk mereka yang mau merubah cara fikirnya, semua manusia berhak khilaf, tidak terkecuali kamu.

                                                                                           ***

Denting berdering, waktu berlalu, mentari turut menyembunyikan sinarnya, tatapan itu semakin dalam.
Pada akhirnya aku berfikir untuk tetap berlaku adil, adil pada Dion, dan hatiku, yang memaksa untuk kembali.

Bukan Avi namanya kalo tidak lemah bahkan siap menanggung resiko dari ucapan Sisi nantinya . Aku mengangkat dagunya, melemparkan senyum padanya, sambil berkata " kesempatan itu masih ada" dia Dionku, dia kepunyaanku, ikut tertawa setara aku berkata begitu padanya, meski aku tau ini semua begitu tidak jelas.

Ini jalanku ini inginku, lalu siapa yang bisa melarang? Bukankah kata hati harus didului, mungkin memang tidak sejalan dengan logikanya, aku mengambil keputusan untuk berada pada sisi yang benar-benar rumit.

" Dion, kamu tidak perlu berjanji untuk selalu setia, namun berjanjilah untuk tidak meninggalkanku dalam keadaan sesulit apapun, aku benar-benar takut semuanya terulang kembali. " ucapku padanya, Dion membalas " tenanglah, saya tau, kesalahan apa yang telah saya perbuat padamu, terakhir saja kita akan bersama, mungkin tidak bisa ku janjikan selamanya, karna kamu juga tau, setiap aku berjanji selalu di anggap bullshitt "

Dia berceloteh seakan semuanya candaan, aku memukul manja pipinya " ih kamu gemezz " terangku padanya, " Wah kamu lucu sekali Avi, aku rindu saat begini." Aku membalas dengan tawa saja.

                                                                                                   *

Mekar bersemi untaian kata jumpa cinta pertama..
Telah tetanam rindu dendam
Semakin dalam semakin kelam..
Masa remaja punah lah sudah, menjauh dari angan berlabuh ..

Suara itu terdengar dari ujung sana, berjalan mengelilingi taman, ternyata sesosok wanita telah duduk dikursi bunga itu seiring dengan petikan gitarnya, saat ini taman terasa sepi, membuatku mendengarkan alunan nada nan mellow ini.

"suara nya bagus sekali mba?" kataku memengang pundaknya dari arag belakang, seraya gadis itu melambaikan rambutnya yang berwarna kekuningan itu sambil mengucap "makasi--" ucapan gadis itu memelan, dan ternyata dia adalah Sisi.

Ya, aku baru tau ternyata dia sangat pandai bermain alat musik yaitu gitar, pandangannya sinis, " untuk apa kakak disini? Sudah puas mengambil kebahagiaan saya? " ucapnya dan menghentikan petikan gitarnya. " Sisi mungkin disini ak--" Sisi menghentikan ucapan ku, lalu melibasnya dengan berkata " tidakah kakak ingat bagaimana masa kecil kita? Tidak kah sakit rasanya jika mainan yang kita suka di ambil oleh teman sendiri. " kata nya berucap.

" apa kakak lupa, bagaimana rasanya menjadi perempuan? " aku menghentikan ucapan Sisi dan kembali berkata, " Dik, aku tidak pernah berniat untuk membuatmu bersedih, atau yang kamu maksud mengambil mainan mu pun tidak, namun tidakah kamu sadar? Orang yang kamu mainkan selama inu adalah orang yang sangat mencintai kamu, hingga pada akhirnya dia berhenti mengharapkan mu lalu berpaling padaku. Salahkah aku sebagai perempuan yang mempunyai rasa suka untuk menyukai orang yang sama? Padahal dulu kamu sendiri membuangnya. " kataku pada Sisi dan meneteskan sedikit air mata.

Suasana hening menyapa.
" kak, jika pada akhirnya memang harus begini, aku terima. Tapi dengan satu syarat, tolong ajak Dion bertemu denganku, dan aku akan ajak Andreas untuk bertemu dengan kakak," ucapnya berlalu ." hah? " aku terkejut mendengar nama andreas, setauku lelaki ini adalah teman mainnya Sisi dan juga Dion, dan bahkan Sisi sempat jadi mantannya, lalu apa hubungannya aku, Sisi, Dion dan  Andreas.

" mungkin sebelumnya kakak, bertanya- tanya apa hubungannya kita berempat hingga begini, yah inti cerita nya Dion marah padaku karena aku kembali dekat dengan Andreas lalu tidak mengacuhkan dia, namun Andreas menyukai kakak, dan logika ku menangkap, Dion kembali ke kakak, hanya untuk manas-manasin Andreas aja." ulur tarik kata-kata Sisi membuat dadaku kembang kempis mendengarnya.

" kak, mungkin ini menurut kakak tidak benar adanya, namun biar semuanya selesai disini, aku minta kerja samanya, tolong atur tempat dan lainnya untuk kita saling ngombrol, satu kata itu aku dengar dari Dion cukup, aku bisa anggap semua ini berakhir. "

.
.
.
.
.
Jeeengggg...
Jeeengggg...
Jeeeenggg....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang