Kedelapan belas

48 19 0
                                    

"Gue tau ini sakit"

"Gue gak suka liat lo sedih"

"Gue sama aja sama dia, sama-sama bikin lo kecewa"

"Kita memang brengsek, maaf"

Isak tangis Alexa pun menjadi-jadi suaranya makin keras kuasa tak bisa menahan derita yang menghampirinya

"Lo itu rapuh, sekuat apapun lo pasti bakal kembali ketitik kerapuhan lo"

"Lo itu butuh tiang, tiang yang kuat untuk menahan ini semua. Mungkin lo merasa ga butuh itu, tapi sebenarnya lo itu butuh"

"Gue gak tau lagi harus gimana"

"Gue bakal selalu ada disini, bersama lo"

Alexa pun perlahan mengurangi tangisan, ia tahu ia tak bisa selamanya begini. Karena Alexa tahu semua ini adalah cobaan berat baginya untuk mencoba bertahan, mempertahankan hubungannya bersama Jefri.

Disisi lain Nico datang untuk menghiburnya, Alexa tahu mungkin ini adalah kesempatan baginya untuk kembali bersama Alexa. Tetapi Alexa yakin ia sebisa mungkin mempertahankan hubungannya dengan Jefri.

Sementara di kantin...

"Kurang ajar! Brengsek!" Adya pun dengan langkah cepatnya menuju meja Jefri dan Janice

"Lepasin!" Adya mengehempaskan tangan Janice yang semula ada di ubun-ubun Jefri dengan kasar, Janice kaget dan menaikan sebelah alisnya

"PLAK!" tamparan keras mengenai pipi Jefri

"Sodara macem apa lo?!"

"PLAK!"

"Kedua, lo nyakitin hati sahabat gue!"

"PLAK!"

"Jangan kira gue maafin kelakuan lo walaupun lo sepupu gue!" Seluruh isi kantin mengarah ke arah Adya, Jefri dan Janice mereka seakan menjadi pusat perhatian sesaat

"Maksud lo apa?" Janice menahan lengan Adya yang telah panas menampar beberapa kali, Jefri hanya diam tersungkur

"Lo gausah cari perhatian sama cowo orang! Dasar kegatelan, mantan mah mantan aja gausah menggoda" Adya mendorong badan Janice yang membuat orang itu hampir jatuh dari kursinya

"Dya udah Dya" Yosi menahan tubuh Adya yang sudah siap menyerang Janice kembali

"Lo inget kata-kata gue! Dan lo jangan permainan sahabat gue" Adya menunjuk Janice dan Jefri bergantian menggunakan telunjuknya

Beby, Neta, dan Yosi langsung membawa Adya ke kelas X4 untuk menenangkan hati Adya yang penuh amarah tak tahan melihat Alexa tersakiti oleh sepupunya tersebut.

Sementara Alexa sedang bersama Nico di samping sekolah, keduanya saling menjelaskan satu sama lain tentang kekacaun dalam dirinya. Mungkin sekarang Alexa lupa kalau sebenernya ia juga kesal dengan Nico.

Tapi Alexa punya jalan pikiran lain bahwa Nico dapat menjadi salah satu orang yang dapat membuatnya menjauh dari Jefri.

"Gue mau balik ke kelas" kata Alexa

"Perlu gue anter?" Tanya Nico menatap Alexa dengan prihatin

"Gausah"

"Oke"

"Makasih atas sarannya"

"Lo gak perlu berterimakasih, karena dari lo gue bisa belajar dari hal itu"

Alexa membalas dengan senyum tipisnya, matanya sedikit memerah karena bekas tangisannya. Tapi Alexa tak peduli, karena bukan hanya matanya yang merah sakit, tapi hatinya yang justru lebih sakit.

My Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang