Chapter 4

2.3K 210 80
                                    

" Mau ngomong apa Vin?" tanya Raina to the point ketika sudah sampai di rooftop.

Kevin mendongakkan kepalanya menghadap Raina, karena saat ini posisinya sedang duduk menyilangkan kedua tungkai kakinya di lantai. Sedangkan Raina, dia bersandar di tembok pembatas rooftop.

"Sebenernya nggak ada yang serius sih, gue mau curhat aja gitu."

Raina melirik arloji di pergelangan tangannya. "Curhatnya ntar aja pas pulang, bentar lagi masuk kelas nih"

Kevin memperbaiki posisinya, dia berdiri dan berjalan kearah Raina lantas ikut bersandar di tembok pembatas.

"Guru ada rapat, lo tenang aja"

Raina bernafas lega, seharusnya dia tidak perlu khawatir jika sedang bersama Kevin. Karna Kevin selalu memperhitungkan langkahnya terlebih dahulu. Sebelum mengajak Raina ke rooftop, dia sudah mengetahui akan adanya jam kosong. Jika tidak seperti itu, mana mungkin dia berani meninggalkan kelas, mengingat dia juga menjabat sebagai ketua Osis disini.

"Yaudah, lo curhat aja sekarang" ujar Raina menghadap kearah Kevin yang tengah berada di sebelah kirinya.

"Kayaknya gue suka sama cewek deh" Sahut Kevin tanpa menoleh kearah Raina.

Raina menghela nafas panjang untuk menetralkan detak jantungnya. Kalimat yang Kevin lontarkan barusan sangat berpengaruh besar terhadap jantungnya. Seperti ada sesuatu yang menancap disana, rasanya perih namun anehnya tak berdarah.

"Siapa?" Tanya Raina dengan senyuman yang berusaha ia perlihatkan tulus. Tapi sayangnya, itu hanya fake smile. Hah, lihatlah sekarang, dialah yang fake disini.

"Febby, sekertaris Osis. Lo tau kan?"

Raina tersenyum. Dia tersenyum meremehkan dirinya sendiri. Ah, kapan Kevin akan melihatnya sebagai seorang perempuan? Dia benar-benar muak dengan Kevin yang selalu melihatnya hanya sebagai seorang sahabat.

"Sejak kapan?" Kini tatapannya beralih kepada jalanan ibukota yang dipenuhi dengan kendaraan yang berdesak-desakan.

"Gue juga nggak tau sejak kapan, yang pasti gue selalu deg-degan kalo udah di deket dia."

"Terus, rencana lo?"

Kevin menghela nafas,"Rencananya gue mau PDKT dulu sama dia. Menurut lo gimana?"

Sesak, benar benar sesak. Oksigen di udara seolah-olah di rampas habis dan tak disisakan untuknya. Tapi, lagi-lagi Raina tersenyum. Dia melirik kearah Kevin dengan senyum yang ia buat seceria mungkin.

"Yey! Lagi bentar si monyet nggak jomblo lagi" ujarnya girang, benar-benar bertolak belakang dengan suasana hatinya.

Kevin tersenyum lebar sampai matanya. Dia mengacak rambut Raina lalu merangkul bahu cewek itu. "Kalo lo? Kapan mau taken?"

'Kapan-kapan yang penting sama lo' Batinnya.

"Gue males berurusan sama cowok Vin."

"Lah gue? Gue kan cowok?"

"Lo mah cowok jadi-jadian." Raina terkekeh dan melepaskan rangkulan Kevin.

"Sialan lo!" baru saja Kevin hendak menjitak puncak kepala Raina, cewek itu langsung berlari menuju pintu keluar dengan tawa yang bertengger di bibirnya.

"Raina tunggu!" teriak Kevin mengejar Raina.

***

Raina duduk di kursi taman sekolahnya. Dia tersenyum kecut mengingat curhatan Kevin yang beberapa saat lalu dia dengar. Tak bisa di pungkiri, hatinya sakit. Benar-benar sakit mengingat sahabatnya sekaligus orang yang dia cintai menyukai orang lain.

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang