Chapter 27

1.9K 129 2
                                    

Raina terdiam beberapa saat, namun di detik berikutnya ia tersenyum. Sepertinya dia sudah menemukan jawaban yang tepat untuk Kevin.

"Iya, Bisa."

Singkat, namun membuat senyum Kevin merekah. "Jadi, Kita pacaran lagi?"

Menghela nafas panjang, Raina menggenggam tangan Kevin, Menyalurkan kehangatan yang beberapa bulan ini ia pendam hanya untuk Kevin, "Jangan Egois lagi, Vin. Apa dengan mendapatkan kata Maaf dari gue belum bisa bikin lo puas?" tanya Raina, " Bisa kayak dulu, bukan berarti kita pacaran lagi," Jeda Raina, "Maksud gue, kita bisa kayak dulu dalam artian lo jadi sahabat gue. Status itu gak penting, intinya kita saling menyayangi. Masalah Lista? Udah lupain aja. Bahkan orang yang menyusun skenario kita aja udah lelah banget nulis konflik di seputaran masalah itu. Jadi sekarang kita selesaikan semuanya, lo jadi sahabat gue lagi. Tapi, mungkin suasananya gak akan sama kayak dulu."

Terlihat jelas raut kecewa di wajah Kevin setelah mendengar penjelasan Raina, "Oke, tapi Plis kasi gue kesempatan buat perbaiki semuanya," pinta Kevin memohon.

"Terserah lo, Intinya gue gak mau ngasi harapan lebih

***

Rendiiii

Maaf Rain, tadi gak bisa jemput.

Iya gpp Ren,

Gue udah dirumah kok

Tadi pulang sama siapa?

Hm, Kevin.

Owhh udah baikan ya? hehe

Iya, Ren,

Terus balikan?

Nggak, Luka yang dia ukir masih basah Ren, belum kering.

Tapi masih sayang kan? hayoo ngaku..

Iya sih, tapi mau gimana lagi? hati gue belum siap nerima luka baru Ren.

Yaudah sekarang tidur aja Rain..

Kenapa ren?

Rindu itu perlu istirahat,

Iya Ren, lo bener. gue terlalu capek Rindu, dan sepertinya gue perlu istirahat.

iya Rain, kayak gue hehe. G'Night Raina.

Raina meletakkan ponselnya di nakas tanpa membaca balasan Chat Rendi.

Setiap kalimat yang Rendi ucapkan untuknya selalu benar. Raina menatap nanar langit-langit kamarnya, "Bunda, Ina punya sahabat. Dia baik banget, dia ngertiin Ina lebih dari Ina ngertiin diri ina sendiri,"

Dan ini pertama kalinya Raina memperkenalkan nama laki-laki selain Kevin kepada angin malam yang selalu menemani tidurnya, Dan sekali lagi Apakah ia harus benar-benar melepaskan Kevin saat ini?

Balikan? tidak! Raina menginginkannya tapi tidak dengan kembali menjalin hubungan dengannya. Semuanya sudah cukup baginya, hatinya terlalu lelah merasakan perasaan tabu yang mengobrak abrik emosinya.

Suara jarum jam menemaninya menuju alam mimpi,

Berbeda dengan Rendi. Dia masih disini, di rumah sakit. Duduk dalam ruangan tempat ibunya di rawat, "Mama udah sadar? apanya yang sakit?" Tanya Rendi khawatir.

Sandra- sang mama hanya tersenyum pasi, " Mama gak-papa, kamu pulang aja, besok kan sekolah,"

Rendi menggeleng, "Kalo Rendi pulang, mama sama siapa?"

"Mama udah besar sayang, bisa sendiri kok."

Rendi menggeleng tegas, "Nggak! pokoknya Rendi di sini nungguin mama."

Kondisi ibunya kembali drop beberapa saat yang lalu tepat ketika ia hedak berjalan menjemput Raina. Hatinya merasa terhantam ketika melihat ibunya terbaring lemah di tempat ii. telebih lagi mendapat berita menyenangkan dari Raina. Ralat, menyenangka menurut Raina, tapi tidak bagi Rendi.

Rendi sayang Raina, dia memang bahagia melihat Raina bahagia, Tapi untuk kebahagiaan kali ini, izinkan Rendi menjilat ludahnya sendiri. Benar! dia sama sekali tidak bahagia melihat Raina kembali bersama Kevin, seperti ada sesuatu yang menusuk di hatinya lalu terkena cipratan air panas, Perih. Mungkin kata itu bisa mendefinisikan perasaan Rendi untuk saat ini.

***

Suasana Midlight pagi ini terlihat ricuh, hampir semua orang berlari ke koridor hanya untuk melihat cewek yang sedang berjalan tenang sendirian di sana.

Cewek itu terlihat bingung dengan pandangan orang-orang kepadanya,

"Apa lo liat-liat?!"

Tak ada lagi yang menakutinya, semua orang bahkan telah terang-terangan mencibirnya.

Gak tau diri banget ya..

Ih urat malunya udah putus tuh anak?

Malu-maluin kaum wanita aja, rebut perhatian cowok pake cara murahan.

Dia emang murahan

Iya murahan banget, pake ngaku-ngaku di hamiin om-om

Begitulah suara menyebalkan yang membelai telinga Lista. Kebohongannya telah terbongkar, bahan telah di ketahui oleh seantero sekolah.

Pasalnya ketika ia berdebat dengan Kevin di cafe kemarin, salah satu teman sekolahnya melihatnya dan beginilah hasilnya.

Benar kata Raina, sekolah fake yang selalu mengedepankan kasta ini benar benar menjijikkan. mengumbar kesalahan orang lain dan menjadikannya bulan-bulanan.

"Dunia itu emang berputar, dulu lo yang ngebully dan sekarang lo harus tau gimana rasanya di bully," kata Dena berlalu dari hadapan Lista.

Kalau kalian lupa, dena adalah salah satu cewek yang menembak Kevin dulu, dia bahkan sudah menyadari terlebih dahulu bahwa Lista menyukai kevin, namun ia tak mau ambil pusing terlebih lagi saat itu Kevin telah menolaknya.

Lista menggeram kesal, baru saja ia ingin menampar Dena, namun tangannya di cekat oleh seseorang di belakangnya, "Raina.."

Raina hanya mengangkat sebelah alisnya, "Mulut lo terlalu menjijikan untuk mengeja huruf R A I N A," Ujar Raina sarkas lantas menghempaskan kasar tangan Lista.

"Dan ini," Raina menunjuk tangan Lista, "Terlalu Najis buat nyentuh penghuni Midlight." lanjutnya tersenyum meremehkan, ia beralu meninggalkan Lista yang meremas ujung roknya.

Sepertinya, semua Penguni Midlight berpihak kepada si devil Raina.

"Helo kembar idiot!" Raina menepuk bahu Yunita dan Yunira yang sedang duduk berhadapan di kursi miliknya, "Minggir, ini kursi gue."

Yunira akhirnya menyingkir dan duduk di kusinya, ia memutar kursia agar bisa berhadapan dengan Yunita dan Raina.

"Lo keren Rain, Lista jadi ciut gitu ohmaigatt!!!" Yunita mulai bersuara, Ya tuhan, bantu Raina untuk kabur dari tempat ini sekarang juga!

"Udah, udah.. gak baik gosipin orang pagi-pagi," tegur Yunira,

Raina lebih memilih diam dan menyumpal telinganya dengan earphone.

"Tuh kan kalo Raina udah pake begituan, artinya dia gak mau denger lo ngomong Nit."

Yunita menggeleng lemah, "Padahal gue lagi pengen gosip," kata Yunita kecewa, "Lo mau dengerin cerita gue gak?"

Yunira memutar bola matanya, mencari alasan kepepet untuk menolak tawaran kembarannya, " Gue mau belajar materi Ekosistem, soalnya ada ulangan Matematika." jawabnya cepat tanpa memperdulikan kalimat yang telah ia lisankan.



Selamat malam. Maaf ya kalo masih ada typo.

aku Updatenya ngebut karena permintaan kalian My Moodbooster:*

Semoga suka ya :)

Terimakasih sudah membaca kisah Raina sampai sejauh ini.

-Wiyaala

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang