Chapter 10

1.8K 125 35
                                    

Mulutnya masih tertutup rapat, enggan menyuarakan puluhan pertanyaan di benaknya ketika seseorang di depannya ini telah memberitahunya sebuah kebenaran. Berkali-kali ia membuang nafas kasar hanya untuk meredakan emosi yang tersulut dalam dirinya.

"Arrgghhh!!" Kevin mengacak rambutnya frustasi, "Sekarang kita harus gimana bang? Gue nggak mau tante Clara kecewa, dan sakit lagi!"

Tentu saja Kevin tidak mau melihat tante kesayangannya yang sudah dia anggap seperti ibunya-- terbaring lemah dirumah sakit karna riwayat penyakit jantungnya.

Kevan tidak menjawab, dia hanya diam menundukkan kepalanya dalam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Sejujurnya, dia tidak ingin memberi tahu Kevin perihal Lista yang di hamili oleh Tyo-suami tante kesayangannya itu, tapi apa yang harus dia lakukan ketika dia adalah satu-satunya orang yang mengetahui kebenaran di balik semuanya?

"Sebaiknya gue yang tanggung jawab." Ujar Kevan seiring dengan kepalanya mulai terangkat dan menatap Kevin di sampingnya.

"Nggak bisa gitu dong, bang! Terus mbak Rere mau lo apain? Kalian udah pacaran 4 tahun!"

Kevan menggeleng, "Gue bisa kasi tau Rere baik-baik."

"Gue nggak setuju!"

"Terus, lo punya jalan keluar?" Kevan membuang nafas kasar, lalu menghempaskan punggungnya pada penyangga kursi di belakangnya.

"Kita emang sama-sama sayang sama tante Clara, kita sama-sama nggak mau penyakit tante Clara kambuh lagi. Tapi bukan gini juga caranya! Gue nggak mau lo korbanin masa depan lo cuma buat hal kaya gini, bang! Kita cuma perlu kasi tau tante Clara pelan-pelan."

"Lo punya jalan keluar lain nggak selain ini? Gue nggak mau tante Clara sakit lagi gara-gara tau kebenarannya! Apalagi ini menyangkut tentang suaminya sendiri, Vin!"

"Lo kira gue mau ngeliat tante Clara sakit lagi?!" Kevin memutar jengah bola matanya, emosin ya kembali memuncak karna perdebatan ini. "Asal lo tau, Bang! Cepat atau lambat, tante Clara bakalan tau semuanya! Dan satu lagi." Kevin bangkit dari tempat duduknya, "Tante Clara bakalan lebih kecewa kalo dia tau semuanya belakangan!" ucapnya tajam.

"Tau apa?" Tanya Raina yang baru saja turun dari tangga dan mendengar kata-kata terakhir Kevin.

Kevin terbelalak kaget meihat Raina, karna perdebatannya dengan Kevan barusan membuatnya lupa bahwa di tempat ini juga masih ada Raina. Dan apa jadinya jika Raina mengetahuinya semuanya?

"Eh, Rain. Udah ganti bajunya?" Kevin menghampiri Raina, berusaha untuk mengalihkan pembicaraannya.

Rainna mengangguk, lalu tersenyum simpul. "Lo nggak ganti baju?" Tanyanya.

"Entar aja, gue mau nganter lo pulang dulu." Kevin menggandeng tangan Raina lalu meninggalkan Kevan yang masih tetap bungkam di tempatnya.

***

"Kenapa lo nggak ngasi tau Raina semuanya?"

"..."

"Lista! Jawab gue!"

"..."

"Lo yang ngasi tau dia? Atau gue yang bongkar semuanya?"

Lista menggeleng lemah.

"Terus mau lo apa sekarang? Hah?!"

"Gue mau lo!" teriak Lista tepat di depan wajah si lawan bicaranya.

"Maksud lo apa?!"

"Gue suka sama lo dari dulu, Kevin! Gue sayang sama lo! Kapan lo mau ngeliat kearah gue?!"

Teriakan Lista membuah pupil mata Kevin membulat sempurna, dia benar-benar tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Lista yang notabenya adalah sahabat kekasihnya sendiri.

"Jangan gila lo! Gue pacar sahabat lo sendiri!" ucapnya tak kalah berteriak.

Lista yang sedari tadi hanya duduk, akhirnya mulai berdiri, memperbaiki posisinya agar berhadapan langsung dengan Kevin.

Ia menyilang kedua tangannya didada, lalu menaikkan sebelah alisnya, "Sahabat? Ha ha ha ha." Lista tertawa sumbang. "Kevin Bagaswara, di dunia ini nggak ada yang namanya sahabat! Kata sahabat itu hanya sebuah topeng untuk memperlancar aksi mereka mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Salah satunya gue." Ia tersenyum, membelai wajah Kevin seiring dengan kakinya melangkah mengelilingi tubuh Kevin yang berdiri tegap di depannya. "Gue deket sama Raina karna dia deket sama lo! Gue mau gali semua informasi tentang lo biar gue lebih cepet deket sama lo." Lista menjeda kalimatnya, "Tapi gue salah target, Raina juga suka sama lo." Lista menghentikan langkahnya, ia pura-pura memasang wajah sedih yang membuat Kevin ingin muntah melihatnya. Menjijikkan!

Kevin menepis kasar tangan Lista yang sudah menjelajah di wajahnya dari beberapa saat lalu. "Raina bakalan tau semua kebusukan lo!" tandasnya tajam dengan guratan emosi yang nyata di matanya.

Ia berbalik badan, lalu melangkah pergi meninggalkan Lista yang masih menyeringai licik di tempatnya. "Silahkan aja kalo lo mau tante kesayangan lo jadi penghuni tetap rumahsakit!" teriaknya yang berhasil membuat langkah Kevin terhenti. Kevin membalik badannya, menatap Lista dengan setumpuk kekesalan dan emosi dalam dirinya.

"Apa mau lo sebenarnya? HAH?!!" Kevin benar-benar sudah tidak bisa menahan emosinya, ia benar-benar ingin mencekik cewek licik di depannya ini.

Berbeda dengan Lista, dia tersenyum penuh kemenangan, melangkah berhati-hati kearah Kevin yang menimbulkan suara nyaring dari ketukan heelsnya membuyarkan keheningan di ruang tamu apartemennya.

"Mau gue?" Lista meraih tangan Kevin, lalu menggenggamnya erat. "Lo harus tanggung jawab atas bayi di perut gue."



Hay readers, ketemu lagi ^^ tumben kan, Up nya cepet? iyadeng, mumpung ide lagi numpuk :v maaf pendek, hehe. Gaje ya? emang iya. Ceritanya tambah gaje dari hari kehari. Aduh, syedih deeh :(. Tambah syedih juga sama para reader yang nggak pernah meninggalkan jejak :( ..

See you next Chapter ^^

-Wiyaala

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang