Chapter 5

2.6K 185 55
                                    

"Rain..." Panggil Kevin

Raina hanya diam dari tadi, dia tidak menoleh sedikitpun kearah Kevin.

Dengan poisisi duduk berdampingan di sofa apartemennya, Raina membuang arah pandangnya kemanapun yang penting tidak menatap wajah Kevin. Lista sudah pergi dari beberapa jam yang lalu. Dia sengaja memberikan kedua sahabatnya itu ruang untuk menyelesaikan masalahnya satu sama lain.

"Rain, jangan diem doang, ih."

Raina mendengus, bertopang dagu menatatap nanar pintu apartemennya.

"Rain, gue minta maaf. Gue gak tau kalo lo gitu, gara-gara surat ini."

Kevin menunjuk surat yang tadi dia terima dari Lista, sebelum cewek itu keluar dari apartemen Raina.

"Rain.." Kini suara Kevin semakin melemah. "Gue minta maaf, gue nggak mau diem-dieman kayak gini sama lo, gue nggak bisa Rain."

Raina menghela nafas panjang, perlahan ia menoleh kearah Kevin yang sedari tadi di samping kanannya.

Raina menggeleng, "Kalo gue nggak maafin?"

"Gue tau lo bakal maafin gue." Senyum terukir di wajah tampannya.

"Sok tau."

Kevin terkekeh, sepertinya sahabat bandelnya ini sudah memaafkannya, mengingat juteknya sudah kembali muncul.

Kevin mendekat kearah Raina, lalu memeluk erat cewek itu.

Raina membeku di tempat dengan perlakuan Kevin, desiran aneh itu muncul lagi. Jantungnya berdetak dengan kecepatan tidak normal. Dengan jarak sedekat ini, mungkin Kevin juga merasakan detak jantungnya yang menggila.

Kevin masih memeluk erat Raina, perlahan tangannya mengelus rambut cewek itu.

"Lo tau kan gue sayang sama lo? Gue nggak mau berantem lagi sama lo."

Raina tersenyum kecut. Sesaat kemudian, dia memiliki ide. Mungkin ini saatnya dia mengungkapkan perasaannya, walaupun Kevin akan memiliki persepsi berbeda dengan dirinya.

"Gue juga sayang sama lo Vin, sayangggg...... banget." Raina membalas pelukan Kevin, lalu mengeratkan pelukannya seolah-olah tak ingin kehilangan cowok itu. Bukan hanya seolah-olah sih, Raina memang benar-benar tak mau kehilangan Kevin.

***

Satu minggu sudah berlalu, tak ada yang berubah dari mereka. Kevin masih dengan ambisinya mendekati Febby, dan Raina masih dengan tekadnya mempertahankan perasaannya.

Raina mendesah kesal saat melihat penampilannya dari pantulan cermin. Sore ini, mau tidak mau dia harus menuruti perintah Kevin karena telah kalah bermain basket siang tadi.

Dia harus pulang kerumahnya, dan yang lebih parahnya lagi dia harus memakai pakaian yang sama sekali bukan gayanya.

Dia di haruskan memakai dress longgar warna merah muda dibawah lutut. Dia benci dengan model pakaian yang longgar seperti ini. Dia cenderung lebih suka dengan pakaian yang ketat dan pas ditubuh mungilnya. Karna pakaian longgar seperti ini malah membuatnya terasa seperti tidak berpakaian sama sekali.

"Raina lama, ih! Buruan!"

Teriakan Kevin yang berada di depan pintu kamarnya membuat Raina mendengus. Dia yakin, pasti Kevin aan tertawa melihat penampilannya yang seperti ini.

Raina mengambil spatu tanpa tumit miliknya sebelum membuka pintu. Dia langsung menemukan Kevin disana dengan sudut bbir yang terangkat lebar, enahan tawanya yang membuat Raina ingin menendang cowok itu jauh-jauh.

"Apa!" ujar Raina dengan jutek. Ia kemudian melangkah, menuruni anak tangga tanpa mau memperdulikan Kevin yang sedari tadi sudah terbahak melihatnya.

Kevin berusaha menutup mulutnya agar tawanya tak pecah. Karna Raina si devill Midlight ini akan berada pada mode galak jika melakukan hal yang sangat tak di sukainya.

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang