Chapter 20

1.7K 115 6
                                    


Semilir angin malam menyapu wajah Raina yang sedang menatap kilauan bintang dari balkon bekas kamar mendiang Bundanya. Sudah seminggu lamanya ia berada di kampung halaman wanita yang sangat dicintainya. Berdiam sendiri seperti ini membuat kenangan buruk itu muncul lagi dalam otaknya.

"Lupain Raina, Lupain!" ia terus-terusan bermonolong bermaksud untuk menghentikan dirinya agar tak terlalu berlarut-larut memikirkan hal itu lagi.

***

"Kak Laina, pegangin layangan Kiko dong" pinta Kiko kepada Raina si gadis yang baru berumur sebelas tahun itu.

Raina mengangguk tersenyum lantas berjalan mendekati Kiko dan memegang benang layangan itu.

Kiko si bocah kecil itu terlihat gelisah memegang resleting celananya. Raina mengernyitkan dahinya bingung, "Kiko kenapa?"

"Kiko mau pipis dulu ka, kaka pegangin layangan kiko ya. Jangan campe layangannya putus." Ancaman dengan suara cadelnya bukan membuat Raina takut, melainkan malah mebuat si gadis yang berusia sebels tahun itu tertawa geli.

"Yau-" baru saja ia ingin meng-iyakan Kiko, si Kiko malah lari terbirit-birit menuju rumahnya.

Raina tersenyum simpul, lalu sesekali menarik ulur benang layangan yang di genggamannya.

"Cara main beginian gimana sih?" ia bingung sendiri. Pasalnya ini pertama kalinya ia memainkan layangan selama hidupnya. Sering sih ngeliat si Alqo atau biasa dipanggil si Kiko, tetangganya yang selalu memainkan layangan ketika sore hari di halaman rumahnya. Tapi untuk mencobanya, ini baru pertama kalinya.

Raina memutar kembali ingatannya ketika melihat cara Kiko memainkan layangan beberapa hari yang lalu.

"Ohiya, dia mundur kek gini kan." Raina mempraktikkan cara Kiko mundur untuk menimbang layangan agar tak terjatuh, namun apa boleh buat ketika tidak ada pengalam sama sekali. Kakinya tersandung batu di belakangnya yang membuat pantatnya kepentok papinblok.

"Pantat gue!" teriaknya mengelus pantatnya yang malang.

"PtttttBhahahahaha" Tawa itu berasal dari samping kirinya.

Ia menoleh dan menemukan Kevin disana.

"Lo ngapain ketawain gue?!

Bukannya brhenti tertawa, Tapi Kevin semakin terpingkal-pingkal.

"Lo jatuhnya sad ending masa." Ujarnya di sela-sela tawanya.

Raina menggeram kesal, ia bangkit lalu berjalan kearah Kevin bermaksud ingin memukul cowok yang baru saja menertawainya.

"Kak Laina..." suara itu membuatnya menoleh, itu Kiko yang baru saja keluar dari rumahnya.

"Layangan Iko mana?" tanyanya

Raina terdiam, namun di detik berikutnya ia menepuk jidatnya dramatis. "Layangannya kabur Iko."

Tawa Kevin semakin menggema, "Layangan bisa jalan ya?"

Iko menangis. Raina kelimpungan tak tahu harus menghibur seperti apa lagi.

"Rain, ayah lo nyuruh gue nyari lo. Katanya ada perlu."

Raina mengangguk, ada rasa tak enak meninggalkan iko yang sedang menangisi layangannya yang kabur. Tapi mau gimana lagi? Layangannya beneran kabur kok.



"Kalau kamu nikah sama dia, Biar aku aja yang mati!"

Suara itu menyambut kedatangannya ketika kakinya baru saja menapak di teras rumahnya. Raina mengernyitkan dahinya bingung, "Ada apa sih?" karena penasaran, ia akhirnya berjalan cepat masuk kermahnya dan benar saja, Pemandangan yang tak seharusny Ia lihat tersuguh jelas di depan matanya.

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang