Chapter 8

2.1K 140 65
                                    


"Gue hamil."

Raina terkekeh pelan menanggapi ucapan sahabatnya, menggeleng-gelengkan kepala, lalu menoyor kepala Lista, "Jangan becanda deh lo!"

"Gue serius, Rain." Lista menggenggam tangan Raina, berusaha untuk meyakinkan sahabatnya tentang kejadian yang dia alami. "Gue beneran hamil, Rain." ulangnya lagi.

Kini giliran Raina yang terdiam. Dia menatap mata Lista dalam, berusaha mencari sebuah kebohongan dari sana, namun hasilnya nihil. Lista tidak berbohong.

Menghela nafas panjang,Raina membalas genggaman tangan Lista, jujur saja dia sangat syok dengan pernyataan Lista barusan, Raina membeku di tempatnya, berusaha meredam segala hal yang dia rasakan di dalam dirinya.

"Rain, gue takut." Ujar Lista setengah berbisik, ia menenggelamkan kepalanya di pundak Raina seiring dengan bulir-bulir air bening menetes dari indera pengelihatannya.

Raina mengusap lembut punggung Lista yang bergetar hebat akibat isakannya. Untuk saat ini ia hanya ingin menenangkan sahabatnya. Walaupun sudah tersusun puluhan pertanyaan yang dia ingin tanyakan, namun ia mengurungkannya dan memilih untuk menanyakannya di saat yang tepat.

Beberapa menit terdiam dalam posisi ini, dan tangisan Lista sepertinya sudah mereda.

"Lis..." panggil Raina, masih dengan posisi Lista yang menenggelamkan kepala di pundaknya.

Lista mengangkat kepalanya, menatap Raina yang sepertinya sudah ingin melayangkan banyak pertanyaan kepadanya.

Menarik nafas dalam, Raina memberanikan diri untuk bertanya kepada Lista karna pada dasarnya, ke-kepoannya tentang sahabatnya ini sungguh membuatnya uring-uringan sendiri.

"Siapa yang lakuin ini sama lo?"

***

Raina terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjap, berusaha untuk mengenali tempatnya berada saat ini. Ia menghela nafas, lalu menarik selimutnya sampai leher setelah menyadari tempatnya.

"Raina.. Bangun sayang, ini udah siang." Elena mencoba mengetuk-ngetuk pintu kamar Raina dari luar, namun Raina tak bergerak sedikitpun. Dia hanya menggerung dan kembali membalik badannya mencari posisi yang nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

"Raina.. mama masuk ya."

Elena membuka pintu kamar Raina tanpa menunggu persetujuan terlebih dahulu dari putrinya itu.

Raina menyadari Elena mendekat kearahnya. Baru saja Elena hendak mengusap kepalanya, Raina malah bangun dan bergegas ke kamar mandi.

Elena mendesah pilu, "Sampai kapan kamu mau dendam terus ke mama, Ina."

***

Hari ini, Raina di antar oleh supir pribadi ayahnya. Sebelum itu, dia sudah beradu mulut terlebih dahulu dengan ayahnya melalui telpon mengingat sang ayah saat ini sedang berada di luar negri. Raina igin membawa mobil sendiri, tapi Rio- ayahnya malah melarangnya, jadi mau tidak mau dia harus rela di antar oleh mang Barjo, sang sopir pribadi.

Raina melangkahkan kakinya menuju sekolah dengan wajah kusut. Terlihat seperti orang yang sedang memikul banyak beban.

Bagaimana tidak? Lista, sahabatnya masih tutup mulut tentang -siapa yang menghamilinya. Di tambah lagi, semalam dia harus satu atap dengan wanita yang merebut kebahagiaan masa kecilnya. Jika itu bukan permintaan ayahnya, dia tak mungkin mau tidur dirumah itu. Dan jangan lupakan, pagi ini dia harus adu mulut dulu dengan ayahnya sebelum ia berangkat ke sekolah.

Raina benar-benar sudah bosan dengan kehidupan yang selalu di penuhi oleh masalah. Dia sangat membenci kehidupan yang selalu palsu ini. Pernah terlintas di benaknya untuk bunuh diri, tapi, ide gila itu dia urungkan ketika mengingat nasihat-nasihat Kevin tentang agama, terutama tentang orang masuk neraka karna bunuh diri. jadi, lebih singkatnya Raina takut masuk neraka.

Heart (If You Know) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang