Berawal dari pertemuan antara dua keluarga berlanjut kepada tahap-tahap berikutnya. Seorang gadis berumur 16 tahun yang memiliki wajah blasteran dengan tubuh yang kurus tetapi tidak kerempeng. Memiliki kepolosan, entah itu kepolosan atau emang dia yang sedikit telmi.
Gadis ini adalah gadis yang penurut. Ia tidak keberatan dengan perjodohannya dengan lelaki yang belum ia kenal sama sekali. Hanya dengan bujukan dan sedikit kebohongan, gadis ini menyetujui perjodohan ini.
Berbeda dengan lelaki yang sangat menentang perjodohan ini. Ia memiliki tubuh yang sangat tinggi, kulit putih, wajah tampan, mahir dalam kegiatan berolahraga. Ia adalah anak dari pemilik perusahaan terbesar di Indonesia. Banyak alasan yang sudah ia lontarkan untuk menentang perjodohan ini.
Pria yang sangat diidamkan karena memiliki sifat cool. Pria ini sangat peka bahkan sebelum diberi kode pria ini sudah mengetahui keinginannya.
***
"Kenapa Rubi harus dijodohin mah?" tanya seorang gadis yang memiliki nama Rubiana Lucida. Rubi sedang berada di ruang keluarga bersama kedua orangtuanya untuk membicarakan masa depannya
"Ana,kamu inget gak waktu kecil kamu bilang pengen di jodohin?" tanya Ratna -Ibu- sambil mengelus punggung anak semata wayangnya. Rubiana mengerutkan dahinya pasalnya ia tidak mengingat bahkan tidak merasa pernah mengatakan hal itu kepada Ratna
"Dulu kamu itu minta dijodohin nah karena minggu depan ulang tahun kamu jadi mamah sama papah bakalan jodohin kamu sebagai hadiah ulang tahun kamu tahun ini" DUSTA. Rubi tidak pernah berkata bahwa ia ingin dijodohkan, orangtua Rubi kini sedang berbohong. Mereka tau Rubi pasti akan percaya apapun yang mereka katakana.
"Ya udah kalau itu hadiah ulang tahun aku sih gapapa" ucap Rubi sambil menyunggingkan senyumannya. Kedua orangtua Rubi kini menghela nafas lega
"Aku tunangannya berarti minggu depan dong" gumam Rubi tetapi masih bisa terdengar oleh kedua orangtuanya
"Sayang, bukan tunangan tapi menikah" Rubi membulatkan matanya.Ia kaget karena ucapan yang dilontarkan Rudi -ayahnya-
"Tapi...Rubikan..." ucapan Rubi terpotong oleh ayahnya.
"Papah tau kamu masih sekolah jadi mulai besok sekolah kamu pindah ke SMA Asena. Kamu satu sekolah dengan calon suami kamu. Pernikahan kalian tidak akan bocor karena pemilik sekolah itu adalah besan papah" lagi-lagi Rubi tercengang karena ucapan ayahnya.
Bagaimana ini...Rubi sangat sulit mendapatkan teman karena ia memiliki keberanian untuk jadi orang pertama berinteraksi. Rubi menghela nafasnya kasar.
"Yaudah Rubi bakalan sekolah di SMA itu.Rubi ke kamar dulu" Rubia berjalan lunglai menuju kamarnya yang didominas oleh warna abu-abu.
"Nikah?" gumam Rubi sambil membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang berukuran queensize
***
"Juna nikah pah? pah Juna masih sekolah masa udah nikah gimana kata orang nanti" berbeda dengan kediaman Lucida, disini kediaman Wirasena dipenuhi dengan aura yang mungkin dibilang mencekam.
"JUNA DENGERIN PAPAH,INI ADALAH AMANAT DARI KAKEK KAMU.KAMU HARUS TURUTIN ITU JUNA" bentak Bara -ayah- dengan nafas yang memburu
"Papah pikir Juna bisa gitu aja dibohongin. Juna tau amanat kakek sebelum dia ninggalin Juna pah. Kakek cuman nyuruh Juna jadi laki laki terhormat yang bisa ngurusin perusahaan pah" Juna menatap Bara dengan tatapan kesal
"Laki laki terhormat adalah laki laki yang tidak akan membantah permintaan orangtuanya sayang" timpal Ranti -ibu- dengan lembut
"Kalau kamu menolak perjodohan ini papah bakalan kirim kamu ke Jerman buat jagain omah kamu yang sedang sakit" tambah Bara yang langsung membuat Juna tidak berkutik. Juna tidak mau pergi ke Jerman untuk menemani omahnya karena ia tidak ingin mengenang masa lalunya bersama sahabatnya yang kini sudah beristirahat dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rubi's Diary [HIATUS]
Teen FictionPerjodohan, jalan cerita yang membuat semua itu terbongkar. 28 Agustus 2017 #303inteenfiction 29 Agustus 2017 #197inteenfiction Cover by sachla