#Kesempatan

643 73 20
                                    

"Halo, nama gue Fino. Boleh duduk disini ga?"

Aku membenturkan kepalaku ke meja kantin berulang kali. Kalimat yang harusnya aku ucapkan itu cuma ada di kepalaku. Aku menghela napas putus asa sambil memandangi bidadari di ujung sana, lagi duduk sambil chatting entah dengan siapa. Harusnya aku datangi dia dan kenalan. Harusnya.

Aku menghela napas lagi sambil berpura-pura memperhatikan tanaman hias di sampingku seakan di sana ada ulat bulu dari emas sedang menari. Sesekali aku mencuri pandang ke arah si Bidadari. Aku mengenalnya--maksudku semua anak di sekolah mengenalnya sebagai Chrissa, cewek favorit di SMANSA. Memang dia ga seeksis Kyla si ketua cheers atau Misya si ketua OSIS tapi yah, dia itu tipe girl next door yang diam-diam aja punya sejuta penggemar rahasia, termasuk aku. Anaknya tidak ikut-ikutan memendekkan rok atau mengecat rambut atau dandan ala girlband tapi justru disana pesonanya.

Aku tersenyum-senyum sendiri memandanginya yang aku tahu sedang menunggu sopirnya datang menjemput. Dengan tinggi 160 cm dan rambut hitam sebahu, ditambah wajah yang manis, tidak heran kalau aku jatuh cinta dengannya. Aku dan sepertiga populasi cowok di SMANSA. Suasana hatiku tiba-tiba muram. Sementara yang lain berhasil dapat kontak LINEnya, aku masih saja di sini, memandanginya dari kejauhan.

"Halo, nama gue Fino. Kamu lagi nunggu siapa?"

Aku mengulang-ulang skenario dalam kepalaku sambil mengumpulkan keberanian.

Oh, come on! Kamu itu cowok, Fino! Masa kenalan sama cewek aja susah banget.

Masalahnya Chrissa bukan cewe biasa, suara lain dalam kepalaku berargumen. Dan, selagi aku berdebat dengan diriku sendiri, Chrissa berdiri dari tempat duduknya, berjalan ke arah gerbang sekolah.

Bahuku turun. Lenyap sudah kesempatanku untuk mengajaknya berkenalan. Sudah dua tahun aku hanya jadi penggemar rahasianya dan tahun ketiga ini, tahun terakhir aku bersekolah. Hari ini pula hari terakhir kami ke sekolah untuk mengambil Surat Kelulusan. Aku melihatnya menghilang di balik gerbang dan seluruh harapanku musnah. Lagi-lagi aku membenturkan kepalaku ke meja kantin, mengutuki sifat pengecutku.

Kubiarkan daguku menempel pada meja sementara mataku memandang ke langit.

"Tuhan, aku minta satuuuuuuu lagi kesempatan buat ketemu Chrissa." Aku berkata dalam hati. "Kali ini aku akan bener-bener ngajak dia kenalan."

Aku berharap ada guntur atau suara dari langit, tapi nihil. Aku menghela napas lagi sambil menempelkan seluruh mukaku ke meja, rasanya aku sudah malas melakukan apapun.

Setelah puas meratapi nasib, aku mengangkat wajahku, hendak pulang. Mungkin aku akan main game untuk melupakan kebodohanku. Aku mengangkat tas sekolahku yang hanya berisi map nilai dan berdiri dari kursiku. Pada saat itu mataku melihat keajaiban.

Chrissa masih ada di sana, di tempatnya semula, kembali bermain HP. Aku serta merta memandang langit, Tuhan mendengarkan doaku. Tanpa sadar senyumku mengembang. Rasa ragu kembali menahanku tapi kali ini aku menepisnya, dengan langkah mantap aku berjalan ke arah Chrissa.

"Halo, namaku Fino ...."

End

One Word ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang