#Feminism

102 26 5
                                    


"Aku bisa sendiri!" sergah Nia membuat Rony hanya bisa geleng-geleng kepala melihat gadis mungil itu membawa tumpukan buku teks yang tebalnya bisa menjadi pengganti batu bata.

"Yakin ga mau kubantui?" Rony berjalan mengikuti langkahnya menuju perpustakaan.

"Iya!" balas Nia keras kepala.

Pemuda berambut cepak itu menghela napas, melihat Nia sempoyongan membawa beban berat tersebut. Dia tidak habis pikir mengapa Nia menolak bantuannya. Bukan sekali dua kali gadis itu mati-matian berusaha sendiri, bahkan menolak dijemput oleh Rony sepulang kuliah. Padahal, Rony tahu, mobilnya sedang dipakai oleh sang ayah untuk ke luar kota selama beberapa hari.

Apa salahnya sih meminta tolong pada pacar sendiri?

Rony menyerah ketika melihat Nia terhuyung sekali lagi, nyaris menabrak tembok karena keseimbangannya buruk. Dia langsung mengambil sebagian besar tumpukan buku dan berjalan cepat menuju perpustakaan, membiarkan Nia mengejarnya sambil berteriak kesal.

"Kan-aku-sudah-bilang," ucap Nia terengah setelah berhasil mengejar Rony yang sedang menyerahkan buku-buku skripsi itu kepada petugas perpustakaan untuk diarsip. "Aku-bisa-sendiri."

Pemuda itu tidak menjawab, hanya mengambil sisa buku di tangan Nia dan menyelesaikan tugas yang diberikan dosen pembimbing. Alisnya naik sekilas, memberi tanda bahwa dia mendengarkan Nia.

"Rony!" bentak Nia membuat semua mata mendelik ke arahnya. Terpaksa, pacarnya itu menarik Nia keluar dari tempat bersarangnya kutu buku.

"Apa sih, Nia?" Rony tersenyum manis membuat Nia salah tingkah. "Apa salahnya seorang kekasih yang baik hati nolongin sang cewek yang kesusahan?"

Nia memukul lengan Rony kesal. "Apaan sih?! Aku kan udah bilang kalau aku ga butuh bantuanmu?!"

"Masalahnya aku mau bantu kamu." Pemuda berkemeja kotak-kotak itu mengangkat bahu.

"Ih! Apa kata temen-temenku di organisasi?! Aku kan aktivis feminis di sana! Masa aku memperjuangkan kesetaraan tapi tetep minta bantuan cowo?!" Nia melipat tangan dan memandang Rony sengit. "Cewe kudu setrong! Aku akan buktikan itu!"

Rony menghela napas dan mengacak rambut pendek Nia, merasa gemas. Mau tak mau dia mengulum senyum, ketangguhan Nia yang membuatnya jatuh hati ketika melihat gadis itu berorasi di depan perwakilan kampus-kampus se-Indonesia.

"Nia," ucap Rony membalas tatapan kesal itu dengan senyuman, lesung pipinya terlihat jelas. "Gerakan Feminis itu adalah menuntut hak-hak milik perempuan agar diberikan, bukan mengambil apa yang selayaknya mereka terima. Kamu layak kok, nerima semua perlakuan manisku."

Senyuman Rony melebar, melihat wajah Nia yang memerah hingga ke telinganya.

======================

#BulanDuelNPC
Tema: #Feminism
Genre: Bebas
Time: 30 menit

Udah lama ga nulis drabble2 unyu kek gini lols

silakan berdiabetes wan kawan

One Word ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang