#Pretend

212 35 14
                                    

"Sudah waktunya." Pria itu berkata sambil membuka pintu kamar. Dia memperbaiki letak kacamata bundarnya agar dapat melihat lawan bicaranya, seorang pemuda berpakaian tentara, sedang terduduk di lantai, bersandar pada dinding.

Perlahan pemuda itu menoleh ke arahnya, memandang dengan tatapan datar tanpa melepas pelukan pada lututnya. Alisnya berkerut menandakan betapa banyak hal yang dia simpan untuk dirinya.

"Aku ga bisa, Harold," ucapnya, ada nada memohon dalam suaranya.

Pria bernama Harold itu menghela napas, mengeluarkan tangan dari saku jas dokter miliknya lalu berjongkok di samping sang Pemuda. Wajahnya menunjukkan simpati tapi ada ketegasan dalam suaranya ketika dia berbicara, "Kamu harus, Peter."

Peter kembali menatap lantai, kerutan alisnya makin dalam. "Aku tidak pernah meminta menjadi pahlawan," lanjutnya dengan suara bergetar, menahan marah, kecewa dan sedih untuk dirinya sendiri. Dia menggenggam tangannya yang berbalut sarung tangan putih, hanya prajurit berpangkat Kolonel ke atas yang diizinkan memakainya. Beberapa helai rambut hitamnya dibiarkan menutupi matanya yang cekung, tanda bahwa sudah bermalam-malam dia lewatkan tanpa istirahat.

Harold diam, menunggu anak muda itu melepaskan bebannya.

"Apalagi pahlawan yang membunuh wanita dan anak-anak." Peter mempererat genggamannya hingga tangannya terasa sakit.

Temannya tetap diam, hanya menghela napas dan menepuk pundaknya. Suasana kembali sunyi, hanya kipas angin di langit-langit berputar, menyebarkan bayangannya ke atas kedua pria itu bergantian. Di luar terdengar sebuah sirine, tanda waktu istirahat mereka telah usai.

"Kamu hanya menaati perintah." Akhirnya Harold berbicara.

Peter mengatupkan mulutnya erat-erat. Gigi-giginya berderit saling menggesek. "Kalau begitu, aku akan menjadi orang yang memberi perintah," geramnya. "Aku akan mengubah pemerintahan busuk ini."

Harold sekali lagi menepuk pundaknya. "Aku tahu kamu bisa."

Genggaman tangan Peter melunak. Dia meraih topi dinasnya, menarik rambut depannya ke belakang dan memakainya seraya berdiri. Harold mengikuti gerakannya.

"Sampai saat itu." Peter mengambil senjata di meja dan mengikat senapan itu di pinggangnya. "Aku akan berpura-pura menjadi anjing yang baik."

Dia berjalan menuju pintu, Harold mengekor di belakangnya. Ketika dia hendak menggapai gagang pintu, tangannya berhenti. Dia tahu, begitu dia keluar dari kamar ini, dia akan kembali ke medan perang, dia akan kembali membunuh. Peter menutup matanya erat, mengingat tujuannya lalu dengan mantap memutar gagang besi tersebut.

End

____________________________

Ada yang bisa menyebutkan referensi yang kugunakan untuk adegan ini? :3

Yang berhasil menjawab dengan tepat pertama kali akan mendapat sebuah gambar head shot b/w dari aku huehehhehehe

One Word ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang