#Novel

113 20 24
                                    

Cheryl berjalan menyusuri rak-rak buku yang menjulang melebihi tinggi badannya. Aroma buku lama menerobos masuk indera penciumannya, menyegarkan sekaligus membawa nostalgia. Tangannya menyentuh punggung-punggung buku yang halus dan bersih.

"Sarah?" panggilnya ragu.

Dia tidak ingat bagaimana dirinya bisa terdampar di sana. Terakhir kali, dia dan sahabatnya itu sedang memasuki sebuah kafe cantik di pinggir kota, mencoba es krim yang sedang populer. Begitu dia membuka pintu, kegelapan langsung menyergapnya dan ketika dia sadar, sahabatnya sudah tidak ada. Dirinya bangun di antara tumpukan buku dan dikelilingi lemari kayu.

"Sarah!" panggil Cheryl kedua kali, lebih keras.

Tidak ada balasan. Dia berpikir mungkin Sarah sedang mengerjainya tapi anak sekalem itu tidak mungkin berpikiran jahil.

Mata coklatnya menelusuri judul-judul buku di sekeliling, berusaha mencari petunjuk. Buku-buku di sana berwarna-warni, tapi kebanyakan berwarna coklat atau coklat tua. Ada nama-nama yang tertulis di sana, Amaranth Silverberg, Natsya Kusakina, Maria Soewandi bahkan Ang Shu Han. Alis Cheryl berkerut. Nyaris nama dari seluruh bangsa ada di sana.

Sarah Anderson.

Kerutan di dahinya makin dalam. Itu nama sahabatnya. Kebetulan yang aneh, walau nama Sarah Anderson cukup pasaran. Cheryl mengambil buku setebal tiga senti itu sambil menahan senyum. Dia bisa bercanda dengan Sarah kalau ada buku berjudul nama lengkapnya.

Sebuah novel.

Mata Cheryl membulat. Di sana tertulis tentang kehidupan Sarah. Kebetulan yang makin aneh, bahkan mengerikan. Huruf demi huruf merangkai bagaimana Sarah masuk ke sekolah dasar dan bertemu dirinya, tertulis bahwa itu adalah salah satu kejadian paling bahagia dalam hidupnya.

Cheryl makin tidak nyaman ketika buku itu menceritakan satu demi satu kejadian yang dialami sahabatnya seperti seseorang menguntitnya dan menuliskan semuanya. Dengan cepat tangannya membalik buku itu hingga halaman terakhir.

Kosong.

Paragraf terakhir dari buku itu bercerita tepat apa yang mereka alami. Terbangun di sebuah perpustakaan kuno dan ....

Napas Cheryl tercekat.

"Diabadikan dalam sebuah cerita," bisiknya pelan membaca kalimat terakhir.

Bulu kuduknya meremang dan tiba-tiba dia merasa ada seseorang di belakangnya.

Dia menoleh dan sekali lagi kegelapan menyergapnya.

***

Langkah kaki lembut mendekati sebuah buku yang terjatuh dari rak. Sebuah helaan napas terdengar ketika sesosok pemuda berambut coklat dan berpakaian seperti pelayan mengambil buku coklat tua setebal tiga senti.

"Koleksiku bertambah satu," ucapnya dengan sebuah seringai, meletakkan buku dengan tulisan Cheryl Goldstein ke dalam rak, bersebelahan dengan ribuan buku di sana.

______________________________

#BulanDuelNPC
Tema: #Novel
genre: Bebas
Time: 30 menit

Sayang sekali aku kalah saat duel ini :') padahal aku suka dengan hasilnya. Mungkin aku akan menuliskannya dengan lebih panjang di kemudian hari.

One Word ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang