"Ga tau."
Jawaban kesekian yang keluar dari mulut Flia membuat Dean meradang. Sudah tak terhitung dia menanyakan alasan mereka harus melewati hutan seram di belakang kota, melintasi tanah gersang dan pohon-pohon mati berwarna gelap.
"Yang bener aja?!" Dean menarik tangan Flia. "Kamu bawa aku ke sini dan kamu ga tau apa yang kamu cari?!"
"Lepasin!" Flia menepis tangan Dean, sebelum mengelus pergelangan tangannya yang memerah. "Aku tau apa yang aku cari--"
"Apa?!"
"Nanti kalo ketemu kakak juga akan tau."
Dean mengertakkan giginya gemas. Adik kesayangannya ini minta untuk disekap di lemari bawah tangga selama bertahun-tahun.
"Kalau kamu ga mau bilang, aku kembali! Biar aja kamu nyari sendiri di hutan serem ini."
"Nanti kakak akan dimarahi Ibu karena membiarkan aku sendirian," balas Flia sengit membuat Dean mengerang. Bayangan murka wanita setengah baya itu lebih seram dari hantu yang bisa muncul sewaktu-waktu.
"Jadi kapan kita bisa menemukan yang kamu cari?"
"Ga tau."
Jawaban itu lagi. Dean kehilangan kata-kata dan memutuskan mengikuti Flia yang kembali berjalan. Hari masih sore tapi suasana di hutan mati itu mencekam. Dean bahkan dapat mendengar suara-suara derak pohon seakan mereka hidup. Memang apa yang bisa ditemukan di hutan yang habis terbakar tiga bulan lalu?
Sinar matahari makin redup membuat bayang-bayang memanjang dan warna merah di barat perlahan berubah menjadi gelap. Dean masih mengikuti Flia, mengamati kuncir kudanya berayun seiring langkah. Adik perempuannya itu memang keras kepala. Kalau bukan karena tugas dari orang tuanya, Dean pasti sudah meninggalkan bocah itu berkeliaran sendirian di hutan angker itu.
"Berapa lam--"
"Ssh!" Flia membungkam mulut kakak yang terpaut tiga tahun usianya.
Dengan tangannya dia menyuruh Dean duduk, bersembunyi dibalik batang pohon tumbang.
Dasar kurang ajar, beraninya gadis kecil itu memerintah sang kakak.
Dean hendak protes ketika matanya menangkap secercah cahaya kecil melintas. Seketika bola matanya membulat, melihat kerlip cahaya berteberan di sekitarnya.
Kunang-kunang. Beterbangan rendah di sekitar danau di tengah hutan, saat itu sinar matahari sudah lenyap sepenuhnya, memberikan kesempatan pada benda-benda kecil itu berpendar.
"Selamat ulang tahun, Kak," bisik Flia tersenyum lebar. "Aku menemukan ini seminggu lalu, saat ke sini bersama anak-anak pramuka."
Dean kehilangan kata-katanya dan merasa kekesalannya terlerai. Bahkan kini dia salah tingkah karena sebelumnya sudah marah-marah. "U-uh, te-terima kasih, kurasa."
Senyuman Flia melebar dan memeluk kakaknya yang baru menginjak usia sembilan tahun. "Flia sayang Kakak! Terima kasih sudah menghajar Bobby yang mengganggu Flia."
Kepala Dean makin melambung, sekali-kali memiliki adik yang manis cukup menyenangkan, sebelum sebuah pikiran melintas di kepalanya.
"Lalu, ini udah gelap. Gimana caranya kita kembali?" tanyanya sambil menunduk ke arah sang adik
Flia menggeleng dengan wajah polos. "Ga tau."
Dean menghela napas.
Celaka.
________________________________
#BulanDuelNPC
Tema: #GaTau
Genre: Bebas
Waktu: 30 MenitYah, sesuai temanya aku ga tau nulis apa. Wkakakakaka
Plotnya bikin sambil ngetik lols
KAMU SEDANG MEMBACA
One Word Challenge
Historia CortaSatu kata satu cerita. Dari inti menjadi kisah. Selamat datang di dunia di mana makna kata dilerai menjadi sebuah hikayat dan nikmati setiap perjalanan dari zaman lampau hingga masa depan tentang berbagai jenis tokoh dan kehidupan. Selamat membaca...