Apa kamu tahu kalau lampion yang bersinar itu membawa pesan kita kepada mereka yang telah meninggal?
Seorang anak perempuan berlari menyusuri jalanan kota yang padat oleh orang. Tidak memedulikan kerumunan yang membuatnya harus pintar mencari celah di antara keramaian. Rambut pirangnya yang sepunggung dibiarkan terurai bergerak seiring langkah. Dia hanya punya satu tujuan, harus tiba di dermaga sebelum perayaan dimulai. Sampai tiba-tiba, tubuhnya menabrak sesuatu hingga dirinya terhempas.
"Kamu baik-baik saja?" tanya seorang pemuda mengulurkan tangannya.
Gadis kecil itu mengusap hidungnya yang sakit sambil meraih tangan yang membantunya berdiri.
"Berbahaya untuk berlarian di tengah keramaian, Nak." Pemuda berusia enam belas tahun itu tersenyum ramah. Mata hitamnya menilai sosok anak yang dikiranya sekitar berumur sepuluh tahun dengan baju putih lusuh dan muka penuh kotoran.
"Tapi, Mister, aku harus tiba di dermaga," balas sang anak sambil berusaha mencari celah untuk berlari.
"Mau melihat pelepasan lampion?"
Anak perempuan itu mengangguk bersemangat.
"Biar aku menemanimu." Sang pemuda meraih tangan sang anak dan menuntunnya ke salah satu jalan yang lebih sepi. "Aku tahu jalan pintas, kamu bisa berlari cepat?"
Anak kecil itu mengangguk dengan wajah dipenuhi senyum sebelum kaki kecilnya yang telanjang berlari di belakang sang pemuda. Mereka berkelok di antara dinding-dinding putih tinggi dan jalan berbatu licin, semakin menurun ke arah dermaga tempat pusat keramaian berada. Orang-orang di sekeliling mereka berjalan khidmat membawa lampion-lampion yang sudah dinyalakan. Malam itu, kerlip bintang seperti terpantul di bumi, dengan ribuan kerlip cahaya api yang berkedip lembut dari balik kertas.
Sang pemuda dan anak itu dengan lincah melesat tanpa menyentuh orang-orang di sekeliling mereka. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah jembatan kayu panjang tempat kapal-kapal menambatkan tali. Di sana puluhan ribu lampion mengapung lembut di atas permukaan air. Sang pemuda dan sang anak melihat-lihat keadaan. Beberapa pasangan suami istri memegang lampion sambil terisak, sementara yang lain sendirian menatap sendu ke arah langit. Mata hitamnya menangkap orang-orang membisikkan kata-kata sebelum melepas lampion ke udara.
"Apa yang kamu cari?" tanya sang pemuda ketika dilihatnya sang anak menoleh-noleh.
"Orang yang menyampaikan pesan padaku," gumamnya terus mencari.
Wajah sang pemuda langsung muram. Dia membelai rambut pirang sang anak pelan. "Tidak ada yang menitipkan pesan padamu, Nak."
"Tidak! Pasti ada! Orang tuaku bersedih karena aku pergi, karena itu mereka pasti memberi pesan padaku melalui lampion."
Sang pemuda berlutut di samping anak itu dan menatap dalam ke arah mata hijau yang menyimpan kesedihan, berusaha menghibur dengan seulas senyum. "Orang tuamu tidak layak untuk gadis semanis dirimu. Aku akan membawamu ke tempat di mana kamu tidak lagi perlu mengingat mereka."
Air mata menetes di pipi anak itu sebelum tangisnya pecah. Tapi tidak ada seorang pun yang menoleh ke arah mereka, seakan keberadaan mereka tidak pernah ada. Sang pemuda mengecup kening sang anak sebelum menggendong anak itu di pundaknya, berjalan melewati lampion-lampion yang berterbangan, ke arah laut, melewati sobekan kertas koran yang terbuang di lantai kayu, yang bertuliskan berita tentang seorang anak yang diperkosa dan dibunuh oleh ayahnya sendiri.
---------------------------------------------
#BulanduelNPC
Tema: #Lampion
Genre: Bebas
Waktu: 30 menitHyaaaa~ belajar nulis under 30 menit itu sesuatu ....
KAMU SEDANG MEMBACA
One Word Challenge
Short StorySatu kata satu cerita. Dari inti menjadi kisah. Selamat datang di dunia di mana makna kata dilerai menjadi sebuah hikayat dan nikmati setiap perjalanan dari zaman lampau hingga masa depan tentang berbagai jenis tokoh dan kehidupan. Selamat membaca...