(21) BOCAH INDIGO

525 24 0
                                    


"Lia... Mama pergi belanja ke warung dulu ya?
Kamu berani kan dirumah sendirian sebentar? "
tanya Niken pada putrinya.

"Iya Mah.. Lia berani kok!
Lagian dirumah ada Devi yang menemani.
Lia mau main ayunan sama Devi ya mah?"
Jawab Lia gadis kecil berusia 6 tahun.

"Terserah kamu sajalah .. yang penting jangan main jauh2 dari rumah!"

Niken lalu berangkat belanja ke warung yang letaknya agak jauh karena berada di ujung kampung.

Niken sudah lama merasakan keanehan pada Putri satu2nya yang namanya Lia,
Lia seringkali berperilaku aneh, tertawa sendiri dan kadang bicara sendiri,
kadang pula seperti sering lari2 mengejar sesuatu yang tak kasat mata.

Lia sangat sering menyebut nyebut nama Devi,
Padahal di kampung itu tak ada orang yang namanya Devi. Niken sudah membawa Lia ke Dokter jiwa dan Psikiater tetapi jawaban mereka hampir sama, menurut mereka Lia punya teman hayalan yang diberi nama Devi.
hal seperti itu sering terjadi menimpa beberapa anak yang kesepian dirumah.
menurut mereka lambat laun Lia akan sembuh dgn sendirinya seiring bertambahnya usia.

Saat itu Niken sedang mengandung, usia kandungannya sudah hampir 9 bulan.
Dalam pikiran Niken Mungkin Lia bisa melupakan teman hayalannya itu bila sudah punya adik sehingga pikiran dan rasa sayangnya akan tercurah pada adiknya.

Suami Niken bekerja sebagai mandor proyek di kota,Bambang suami Niken pulangnya setiap bulan sekali.

"Lia, kamu ingin punya adik laki laki atau perempuan?" Tanya Niken suatu hari pada anaknya.

"Lia ingin adik laki laki mah..
Tapi kata Devi adik Lia yang akan lahir perempuan!"
Jawab si kecil Lia

"Lia, sudahlah.. tak usah bicara bawa bawa teman hayalanmu itu.. bukankah sebentar lagi kamu akan punya adik? Adikmu lebih pantas kamu perhatikan dibanding Devi-mu itu!" Kata Niken dgn kesal karena dalam hal sekecil apapun Lia selalu menyebut nyebut nama teman hayalannya itu.

"Mamah jahat! Lihat itu Devi jadi sedih mendengar kata2 Mamah, walaupun Aku sudah punya adik kandung tapi aku masih tetap sayang pada Devi!"
Jawab Lia sambil menangis.

"Ya sudah.. Mamah yang salah, tolong sampaikan permintaan Mamah sama Devi ya?"
Kata Niken mengalah.

"Iya mah.. Devi sangat baik, Devi pasti mau memaafkan.. lihat itu Mah, Devi tersenyum pada Mamah!" Jawab Lia sambil menunjuk ke kursi didepannya padahal disitu tidak ada apa2.

Hal seperti itu membuat Niken sering merasa sedih bahkan takut, jangan jangan sosok Devi yang disebut sebut sebagai teman baik oleh anaknya itu bukan sekedar teman hayalan saja tetapi memang ada, mungkin makhluk ghaib yang menyerupai anak kecil yang hanya bisa dilihat oleh putrinya.
Hal itu membuat Niken merinding ngeri,
terlebih lagi sering dilihatnya saat Lia sedang bermain dgn bonekanya tiba2 tertawa sendiri sambil tangannya bergerak gerak menghalau sesuatu yang tak terlihat oleh mata Niken.

"Devi... jangan menggelitiki aku, geli tau!" Kata Lia.
-------------

Suatu hari saat Niken sedang duduk diteras rumah sambil menjahit bajunya Lia yg lepas kancingnya saat itu pula ada seorang yang datang bertamu.

"Eh apa kabar dik Nardi,mari sini masuk!" Kata Niken menyambut tamunya.

Nardi adalah saudara sepupu dari suaminya. Seorang Mahasiswa Semester di Perguruan Tinggi Swasta.
Nardi berkulit eksotis, tubuhnya tinggi kurus dan berwajah tirus serta berkaca mata tebal.

"Alhamdulillah kabar baik mbak, Oya mbak kedatangan saya kesini diutus oleh Mas Bambang untuk menyerahkan titipan uang, mas Bambang tidak bisa pulang minggu ini, menurut beliau lagi banyak urusan yang harus diselesaikan di tempat kerja!"
Kata Nardi sambil menyerahkan amplop berisi uang pada Niken.

Story From The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang