Story From The Darkness

[32] ISTANA KELELAWAR

SFTD SEASON II

Episode: ISTANA KELELAWAR

Sesosok makhluk melayang dgn kecepatan laksana kilat menuju arah barat membelah kepekatan malam, cahayanya membias warna merah jingga menyelubungi wujudnya yang hanya bisa dilihat oleh makhluk2 sebangsanya yaitu makhluk ghaib dan beberapa gelintir manusia yg dikaruniai kelebihan oleh Tuhan sehingga matanya mampu menangkap wujud seberkas cahaya berwarna merah membelah langit. sosok itu terus meluncur deras dgn kecepatan cahaya.
siapakah makhluk itu?
dia tak lain dan tak bukan adalah makhluk dari alam astral yg berwujud seorang gadis jelita usia belasan, Intan Permata sari yang terlahir dari rahim ibunya yang seorang kuntilanak hasil dari pernikahannya dgn manusia biasa.
saya rasa tak perlu saya jelaskan lagi tentang asal usul Intan karena sudah saya post asal usul Intan dlm Story from the darkness season pertama dlm episode Pernikahan ghaib.

sosok makhluk ghaib yang bernama Intan itu dalam hitungan detik telah sampai di markas besar Istana kelelawar, Sang Pewaris Istana kelelawar tak kalah cantik dan molek dibanding Intan, Wajahnya mirip artis berdarah india tetapi bermata biru, siapakah dia kalau bukan Devinda?
Devinda adalah salah satu keturunan jin, dulu kedua orang tuanya menetap selama ratusan tahun di hutan yang berada di New Delhi sebelum akhirnya hijrah kepulau jawa.
Di pulau jawa itu kedua orang tua Devinda membangun Istana kelelawar dan menjadi penguasa binatang mamalia pemakan buah2an itu, kekuasaannya meliputi hampir seluruh pulau jawa.
binatang mamalia itu tak hanya menjadi pengikut saja tetapi dgn mudah diperintah menjadi ribuan pasukan ganas yang bisa mencabik cabik siapa saja dgn gigi2 dan cakarnya yang tajam.

sudah hampir tiga purnama kepemimpinan istana kelelawar berserta batu mustika kelelawar sudah diserahkan pada satu2nya putri mereka yaitu Devinda dan sejak saat itu pula setiap kali devinda pergi selalu diantar oleh Kalong gonteng, kepala pasukan kelelawar yang berwujud raksasa dgn kepala lebih besar dari kepala seekor sapi.

Kedatangan Intan di markas besar istana kelelawar sudah dinantikan oleh Devinda, begitu Intan menjejakkan kaki di depan markas besar pasukan kelelawar langsung disambut dengan jabatan erat oleh Devinda,
Lalu Devinda mengajak Intan untuk memasuki istana sebuah goa yang cukup besar, didalam goa gelap yang dipenuhi oleh stalagmit dan stalagtit.
pada dinding2 goa yg gelap dan pengap itu menempel ribuan bahkan jutaan ekor kelelawar dgn sikap waspada menatap Intan yang berjalan bersisian dgn Devinda.
dalam kegelapan goa terdengar suara gemericik air mengalir dari sebuah sendang atau mata air yg terletak tepat berada di pinggiran goa, ukuran mata air itu cukup besar, dgn ukuran 2X3 meter.

kira2 sepeminum teh kemudian jalan yang semula lurus berbelok menuju kearah kiri, pada belokan goa itu cahaya terang benderang laksana siang dan kira2 dua puluh meter seusai belokan Intan tak lagi merasa dalam goa karena dirinya telah berada di sebuah lembah yang sangat subur,pepohonan tumbuh tinggi menjulang dan diatas sebuah tebing terlihat sebuah bangunan yang sangat megah, bangunan itu terbuat dari batu semua, sangat besar dan kokoh  pada samping bangunan itu berdiri sebuah bangunan yang agak kecil tetapi sangat tinggi, mencapai puluhan meter dan diatas bangunan menara itu terdapat sebuah batu safir warna biru yang ukurannya tiga kali ukuran gajah.

Bangunan megah, berada di tempat yang indah tetapi tetap saja terkesan angker dan seram, bangunan itu adalah Istana kelelawar, di tempat itulah saat ini Devinda bermukim ditemani oleh ribuan kelelawar yang selalu menjaga dan mengabdi padanya.

"Tempat yang megah dan luar biasa indah, betapa beruntungnya kamu dapat warisan istana semegah ini, belum lagi ada seribu pasukan yang selalu siap siaga menjagamu... " kata Intan

"Tapi disini Aku kesepian, Aku lebih suka menjelajah alam astral dan terkadang singgah ke alamnya manusia.. " jawab Devinda

"Ah jangan2 kamu naksir sama manusia, Ayo katakan padaku siapa orangnya, Aku kok jadi penasaran..." ucap Intan sambil tersenyum senyum